Panggilan hidup dalam dunia kerja (KOM 230.7)
- 210.1 Karakter Pelayan Tuhan I
- 210.2 Karakter Pelayan Tuhan II
- 210.2.1 Orang yang lemah lembut
- 210.2.2 Orang yang lapar dan haus akan kebenaran
- 210.2.3 Orang yang murah hati
- 210.3 Karakter Pelayan Tuhan III
TUHAN Allah mengambil manusia itu dan menempatkannya dalam taman Eden untuk mengusahakan dan memelihara taman itu.
Tujuan
Menanamkan pengertian tentang maksud dan tujuan Tuhan sehubungan dengan keberadaan orang Kristen di dalam dunia kerja.
Bagi banyak orang, ‘bekerja’ adalah hal yang menjemukan dan suatu beban kehidupan yang harus dipikul. Ada semboyan yang mengatakan: “Terima kasih Tuhan, hari ini adalah hari Jumat!” – (Thanks God, it’s Friday!), karena kita merasa lega setiap kali memasuki akhir pekan.
Dilain pihak, bekerja tidak terhindarkan karena pada kenyataannya hidup ini menuntut pemenuhan-pemenuhan kebutuhan, dan jalan satu-satunya bagi pemenuhan itu adalah dengan bekerja.
Padahal, lebih jauh dan lebih dalam dari pada itu; sesungguhnya pekerjaan adalah bagian dari usaha untuk mengisi masa hidup kita agar hidup kita ini bermakna. Itu sebabnya kita harus mampu menemukan tujuan hidup kita, dan mencapai pemenuhannya di dalam pekerjaan kita.
Tiga perspektif Alkitab tentang bekerja
- Kej 1:28; 2:15 Bekerja adalah suatu ketetapan
- Kej 2:2; Yoh 5:17 Bekerja bermakna kepada transformasi kita
- Mat 5:13-14 Bekerja adalah sebuah platform pelayanan
Pekerjaan hadir sebelum masuknya dosa ke dalam dunia ini, untuk memberi makna kepada hidup Adam dalam zamannya.
Kel 34:21 “Kamu akan bekerja 6 hari...”
Ini adalah suatu ketetapan, bukan suatu pilihan.
Dipandang dari sudut ini, bekerja merupakan ketetapan Allah, sebab itu patutlah kita memandang dan meraih pekerjaan kita dengan semangat seorang pemenang, sebab Tuhan pasti akan memberikan yang terbaik dalam hidup kita!
Sesungguhnya Tuhan sendiri juga bekerja!
Tujuan akhir Tuhan bagi kita semua adalah “diselaraskan dengan gambaran Anak-Nya”. Dan seringkali, Tuhan menggunakan situasi pekerjaan kita untuk tujuan pembentukan karakter kita.
Kita ditetapkan sebagai garam dan terang dunia, tetapi di mana terang dan garam ini diharapkan berfungsi? Di antara orang tak beriman! Di dalam dunia kerja! Pekerjaan kita adalah sebuah platform bagi berfungsinya peran tersebut.
Pekerjaan adalah panggilan hidup kita
- Dua distorsi utama yang perlu kita sadari:
- Penyimpangan ke arah rohani
- Penyimpangan ke arah sekuler
- Dua aspek panggilan
- Aspek yang utama: Keberadaan kita
- Aspek yang kedua: Karya kita
- Akibat ketidakseimbangan
- “Terkubur” dalam kesibukan
- Menjadi budak prestasi
- Hidup yang tertekan (stress)
- “Menikah” dengan uang
- Mengejar kekuasaan
- Terjebak dalam kompromi
- Dikuasai oleh kegelisahan
Penyimpangan ini terjadi ketika manusia terlalu mengangkat hal-hal yang rohani (hidup dalam perenungan) di atas hal-hal yang duniawi (hidup yang aktif/sekuler).
Selagi penyimpangan rohani mengangkat hal yang rohani di atas hal-hal yang duniawi, penyimpangan yang lain mengangkat hal-hal yang duniawi melebihi hal-hal yang rohani.
Tantangan terbesar adalah untuk memelihara kedua aspek panggilan tersebut di dalam “tensi” (keseriusan) yang sama dan untuk menjaganya tetap di dalam urutan yang benar. Pengertian tentang aspek-aspek panggilan ini kemudian memberi martabat dan arti kepada pekerjaan kita sehari-hari.
Ketidakseimbangan mengakibatkan kita dikendalikan dan bukan mengendalikan hidup kita sendiri, dengan gejala-gejala sebagai berikut:
Ambisi dalam bekerja
- Pengertian Ambisi
- Mengenali ambisi kita
- What? - Apakah ini suatu sasaran yang benar?
- Why? - Apakah alasannya murni?
- Salahkah kalau kita berambisi?
- Apakah ambisi kita egosentris atau berpusat kepada Tuhan?
- Apakah ambisi kita termotivasi oleh keinginan saleh atau keuntungan pribadi?
- Apakah ambisi kita selaras dengan tujuan-tujuan Tuhan?
- Apakah kita sampai menjadi workaholic?
Ambisi bukan benar maupun salah. Itu adalah bagian dari sifat alami kita, seperti rasa lapar, keinginan atau nafsu. Nafsu yang tak terkendalikan dapat merusak kehidupan seseorang. Dengan cara yang sama; ambisi yang tak terkendalikan dapat menjadikan kita dikendalikan olehnya.
Ambisi tidaklah salah, masalahnya adalah:
Cara menikmati pekerjaan kita
- Kol 3:23 Ubah perspektif kita
- 1 Tes 2:19; 2 Kor 12:15 Berorientasi kepada manusia
- 2 Kor 5:18-20 Memperjelas tujuan
- Dengan pasif
- Dengan pro-aktif
Tuhan memerintahkan kita untuk bekerja, karena itu ketika kita beker- ja, kita sedang melayani Tuhan dan bukan manusia. Fokusnya adalah sikap dan melakukan yang benar, jadi tentang “apa” dan “mengapa”-nya kita bekerja!
Pekerjaan kita membawa kita ke tempat-tempat dan kepada orang-orang yang tidak bisa dijangkau oleh gereja. Itu sebabnya kita harus berfokus kepada orang-orang yang Tuhan ijinkan ada di sekitar kita atau yang sedang “menyeberangi” alur kehidupan kita. Ketika kita berorientasi kepada orang lain, suatu makna baru masuk ke dalam pekerjaan kita.
Pekerjaan kita adalah suatu platform untuk pelayanan pendamaian. Maka di dalam pekerjaan itu, kita harus menemukan peluang untuk menjadi saksi Kristus.
Kita dapat bersaksi dengan dua cara:
Melalui cara kita menempatkan diri di dalam pekerjaan dan kehidupan kita, maka orang-orang di sekitar kita akan melihat terang Kristus dan merasakan “keasinan garam” kita.
Ketika kita dengan sengaja dan secara pro-aktif mencari perjump- aan ilahi di mana Tuhan mengutus kita untuk menjangkau orang yang terhilang, bersekutu dengan mereka, menemukan kebutuhan yang mereka rasakan dan dengan penuh kasih berbagi Injil dengan mereka.
Pandangan Alkitabiah tentang berkat materi
Prinsip | Teologia Kemisikinan | Teologia Kemakmuran | Teologia Penatalayanan |
---|---|---|---|
Pandangan terhadap kekayaan | Dosa | Kebenaran | Tanggung jawab |
Tujuan bekerja | Sekedar memenuhi kebutuhan | Agar jadi kaya | Melayani Tuhan |
Orang benar | Orang miskin | Orang miskin | Orang miskin setia |
Orang berdosa | Orang kaya | Orang kaya | Orang yang murtad |
Alasan memberi pemakaian uang | Keharusan | Untuk mendapatkan sesuatu nantinya | Mengasihi Tuhan |
Pemakaian uang | Tanpa rasa syukur kepada Tuhan | Tidak berhati-hati dan konsumtif | Berdoa dan bertanggungjawab |
Enam perspektif radikal tentang bekerja
- Bekerja bukan untuk nafkah
- Pekerjaan adalah suatu perintah dari Tuhan
- Pekerjaan bermakna transformasi
- Pekerjaan adalah suatu platform pelayanan
- 2 Tes 3:10 Tidak ada hubungan sebab akibat antara berapa keras kita bekerja dengan berapa banyak yang kita dapatkan
- Hag 1:6; Mzm 75:6-7 Tidak ada nilai yang hakiki dalam produk pekerjaan kita
- Produk dari pekerjaan kita mempunyai nilai manfaat, tetapi tidak punya nilai yang hakiki.
- Produk dari pekerjaan kita mungkin punya nilai sentimentil, tetapi mereka tidak punya nilai yang hakiki. Semuanya akan terbakar habis pada suatu hari.
- Kita tidak dapat menyokong apapun kepada pekerjaan Tuhan
- Yer 9:23-24 Yang kaya tidak berhak untuk beristirahat lebih daripada yang miskin
- Kel 34:21 Siklus dalam pekerjaan bukanlah menyelesaikan tanpa istirahat
- Sabat memungkinkan kita berhenti bekerja dan mengamati apa arahan Tuhan. Keringat kita membutakan kita terhadap apa yang sedang Tuhan lakukan di sekitar kita.
- Sabat menenangkan hati kita yang hiruk-pikuk, sehingga kita dapat mendengarkan bahkan suara yang lembut dari Tuhan kita.
- Sabat memisahkan diri kita dari orang-orang yang sedang bertaut pada kita, atau orang-orang yang secara rutin kepada mereka kita bertaut untuk identitas kita, dan sekali lagi menyerahkannya kepada Tuhan.
Tiga pertimbangan mengapa kita bekerja:
Tuhan bisa menggunakan pekerjaan seseorang untuk memenuhi kebutuhan hidup orang tersebut, tetapi itu tidak berarti dia melihat pekerjaan itu untuk memperoleh keuntungan semata-mata.
Ingat: Tuhan adalah penyedia kita, bukan pekerjaan!
Secara kultural kita telah diajar bahwa kita harus bekerja berat jika kita mau jadi kaya, tetapi pemikiran seperti itu tidak mengambil Tuhan sebagai penentu.
Inilah sebabnya mengapa wanita-wanita akhirnya merasa dirinya tidak berarti jika mereka hanya tinggal di rumah dan memelihara anak-anak. Ini adalah salah satu dari kepalsuan (perspektif yang salah) yang besar dari dunia modern!
Ketika Yesus mati di kayu salib, Ia menyatakan bahwa “Sudah selesai.” Dari sini, kita dapat mengambil bagian di dalam pekerjaan Tuhan tetapi kita tidak dapat menyokong apapun untuk itu.
Perhentian adalah suatu anugerah dari Tuhan dan bukan produk dari uang. Ini berakar pada fakta bahwa kedua-duanya; waktu dan kekayaan adalah karunia Tuhan.
Mereka yang dilahirkan di dalam keadaan kaya tidak punya lebih banyak hak untuk bersantai dibandingkan dengan mereka yang dilahirkan di dalam keadaan miskin.
Bekerja dan istirahat datang di dalam hembusan nafas yang sama. Adalah penting bagi kita untuk menjalani irama kehidupan dengan mengharmonisasikan jam kerja dan jam istirahat. Inilah di mana hari Sabat hadir.
Kata “hari Sabat” atau “sabbaton” di dalam bahasa Yunani berarti “berhenti” atau “menyela”.
Beberapa prinsip tentang Sabat:
Diskusi
Bagaimana membedakan ambisi yang murni dari ambisi yang salah di pemandangan Tuhan?
Contoh: Filipi 1:15-17
Proyek ketaatan
Buat sebuah kesaksian tentang pandangan dan perasaan kita selama ini tentang bekerja dan pekerjaan!
“Often God shuts a door in our face, and subsequently opens the door through which we need to go.”
— Chaterine Marshall
Sumber
- Abraham Lalamentik dan Tim (September 2022). "230.7 Panggilan hidup dalam dunia kerja". Editor Robbyanto Tenggala. The Servant (edisi ke-3 (ebook)). Jakarta: GBI Jalan Gatot Subroto. ISBN 978-979-3571-17-1.