Pelayanan konseling (KOM 240.1)

Dari GBI Danau Bogor Raya
Revisi sejak 4 Oktober 2024 06.21 oleh Leo (bicara | kontrib) (typo)
Lompat ke: navigasi, cari

Dialah yang kami beritakan, apabila tiap-tiap orang kami nasihati dan tiap-tiap orang kami ajari dalam segala hikmat, untuk memimpin tiap-tiap orang kepada kesempurnaan dalam Kristus.

Kolose 1:28

1 Tes 6:11,14; Kol 3:16; 2 Tim 3:16-17; Yoh 4:1-42

Tujuan

Peserta mengerti arti dan proses konseling serta diharapkan dapat melakukannya dengan baik.

Pelayanan Yesus bersifat holistik. Ia berkhotbah, mengajar, melakukan pelayanan pribadi, konseling, menyembuhkan hati yang terluka dan juga menyembuhkan tubuh yang sakit. Semua itu Yesus lakukan agar orang percaya dapat menjalani kehidupannya dengan baik.

Konseling adalah bagian dari proses membantu orang percaya di dalam perjalanannya menjadi murid Kristus. Orang percaya bisa saja mengalami pergumulan, tantangan, permasalahan yang dapat menghambat perjalanan hidup rohaninya, karena itu membutuhkan bantuan untuk mengatasinya.

Definisi konseling

Konseling adalah hubungan timbal balik antara dua individu, yaitu konselor yang berusaha menolong atau membimbing dan konseli yang membutuhkan dihadapinya.

Pribadi yang terlibat dalam proses konseling

  1. Konselor
  2. Yaitu seorang yang:

  3. Konseli
  4. Yaitu seorang yang:

  5. Roh Kudus
  6. Yoh 14:17; 16:8, 13 Roh Kudus bekerja tidak hanya di dalam dan melalui konselor, tetapi juga di dalam konseli untuk menyingkapkan hal yang tidak benar dan menuntunnya kepada kebenaran.

Fungsi konseling

  1. Remedial
  2. Untuk memecahkan masalah hidup.

  3. Prevention
  4. Untuk memfasilitasi pertumbuhan iman percaya konseli dengan menggunakan sumber daya pribadi, kawan-kawannya dan keluarganya untuk beradaptasi terhadap tantangan-tantangan dalan kehidupannya.

  5. Enhancement
  6. Untuk meningkatkan daya tahan dalam menghadapi peristiwa-peristiwa yang mendatangkan stres, ketidakpuasan, atau ketidakbahagiaan.

  7. Mastery
  8. 2 Tim 3:16; Rom 8:28 Untuk menentukan sasaran baru yang lebih dalam atau yang lebih tinggi - dengan tingkat pengertian, penghargaan, dan hikmat mengenai kehidupan dan potensi firman Tuhan untuk memberi jalan keluar.

Aspek-aspek konseling

  1. Melibatkan perasaan, pemikiran, dan tindakan konseli
  2. Konselor penting sekali fokus pada kondisi kerohanian, keadaan perasaan, cara berpikir, pola-pola perilaku dan hubungan konseli dengan masyarakat, dengan keadaan atau benda tertentu.
    Contoh: Perempuan Samaria datang ke sumur siang hari

  3. Penerimaan konselor terhadap persepsi dan perasaan konseli
  4. Konselor menerima keadaan konseli; mengerti situasi, dan memahami pemikiran-pemikiran konseli sebelum menentukan ke arah mana konseli harus berubah.
    Menerima keadaan konseli bukan berarti menyetujui.

  5. Kerahasiaan masalah konseli
  6. Privasi sangat penting. Secara fisik berupa tempat yang memungkinkan konseli mencurahkan isi hatinya tanpa terganggu dengan hadirnya orang lain. Secara mental dan spiritual, kerahasiaan harus terjamin sebagai kode etik konselor terhadap sesama manusia dan tanggung jawabnya kepada Tuhan.

  7. Keinginan sukarela dari konseli
  8. Konseling tidak akan efektif bila konseli diwajibkan oleh pihak lain atau konselor karena melihat keadaannya. Dia sendiri yang harus menyadari masalahnya, dan masalah itu bukan beban konselor.

  9. Dalam bentuk komunikasi verbal maupun nonverbal
  10. Konselor harus peka dan waspada terhadap kemungkinan adanya asumsi yang keliru; oleh karena adanya perbedaan ras, kesukuan, atau kebudayaan. Bila tidak yakin atau tidak mengerti, dapat langsung ditanyakan dan minta penjelasan.

  11. Memperhatikan etika yang berlaku
    • Menghindari perdebatan
    • Memperhatikan aturan gender
    • Dilakukan dalam durasi yang optimal

Mekanisme konseling

Dalam proses konseling, seorang konselor bukanlah seorang pengam- bil keputusan, melainkan seorang yang membantu konseli melalui percakapan, sehingga konseli dapat mengeksplorasi, menemukan dan menyadari apa yang terjadi dengan dirinya. Untuk itu ada beberapa tahapan yang perlu dilakukan.

  1. Attending behavior (memberikan perhatian)
  2. Konselor memperhatikan bahasa tubuh, nada suara konseli dengan sikap yang baik.

  3. Listening (menyimak)
  4. Konselor mendengarkan dan berusaha memahami konseli.

  5. Paraphrasing (mengalimatkan ulang)
  6. Konselor mengklarifikasi apa yang telah disampaikan konseli dengan mengulang kembali kata-kata konseli.

  7. Questioning (mengajukan pertanyaan)
  8. Konselor menggali informasi dari konseli dengan mengajukan pertanyaan-pertanyaan.

  9. Summarising (merangkum)
  10. Konselor memahami keseluruhan situasi dari hal-hal yang terungkap dengan:

    • Merefleksikan kembali hal-hal yang telah diungkapkan konseli.
    • Mengklarifikasi kembali pernyataan yang tidak jelas.

  11. Reframing (membingkai ulang)
  12. Konselor menolong konseli memaknai satu pengalaman, kejadian dengan cara pandang yang berbeda dalam perspektif kebenaran firman Tuhan.

Ukuran keberhasilan konseling

  1. Konseli mampu melihat permasalahannya dalam konteks yang berbeda dari yang biasanya dilihat konseli, yaitu di dalam perspektif yang baru.

  2. Konseli memperoleh pengertian yang lebih mendalam akan permasalahan dalam hubungannya dengan Tuhan.

  3. Konseli mendapat pembekalan pola respon baru dalam menghadapi masalah-masalah lamanya.

  4. Konseli memiliki respon yang baru dan efektif terhadap pribadi-pribadi yang bermasalah dengan konseli.

Diskusi

  1. Apakah hanya orang-orang tertentu saja yang dapat menjadi konselor yang baik?
  2. Simulasikan proses konseling sesuai dengan prinsip-prinsip yang telah dipelajari.

Proyek ketaatan

Simulasi konseling diantara peserta menjadi konselor dan konseli, dilakukan secara bergantian. Masalah yang disampaikan harus masalah konseli yang sebenarnya bukan masalah orang lain.

Sumber

  • Abraham Lalamentik dan Tim (September 2022). "240.1 Pelayanan konseling". Editor Robbyanto Tenggala. The Servant (edisi ke-3 (ebook)). Jakarta: GBI Jalan Gatot Subroto. ISBN 978-979-3571-17-1.