KOM/KOM 200/230.5

Dari GBI Danau Bogor Raya
Revisi sejak 27 September 2024 03.47 oleh Leo (bicara | kontrib)
Lompat ke: navigasi, cari

Istri, tunduklah kepada suamimu, seperti kepada Tuhan. Sebab suami adalah kepala atas istrinya, sama seperti Kristus pun menjadi kepala atas jemaat dan Ia sendirilah juga Raja Penyelamat bagi jemaat yang menjadi tubuh-Nya. Sama seperti jemaat juga tunduk kepada Kristus, begitu pun dalam segala hal istri harus tunduk kepada suami.

Suami, kasihilah istrimu, sama seperti Kristus mengasihi jemaat serta mengurbankan diri-Nya untuk jemaat itu. Kristus melakukan itu supaya Ia dapat membersihkan jemaat itu dengan ajaran-Nya dan melalui air baptisan, supaya kemudian Ia dapat menyerahkan-Nya kepada Allah. Dengan demikian Kristus membuat jemaat itu berdiri dengan agung dan murni di hadapan-Nya, tanpa ada cacat atau cela apa pun. Begitulah juga suami harus mengasihi istrinya seperti ia mengasihi tubuhnya sendiri. Orang yang mengasihi istrinya berarti ia mengasihi dirinya sendiri.

Efesus 5:22-28

Tujuan

Memberikan pemahaman yang Alkitabiah tentang hakikat pernikahan, dan memberikan keterampilan untuk menjabarkannya dalam hidup nikah kita.

Pernikahan adalah level tertinggi dari hubungan antara dua manusia. Perjanjian Lama maupun Perjanjian Baru diawali dan diakhiri dengan issue pernikahan. Berarti pernikahan adalah juga tema sentral kekristenan.

Hubungan nikah adalah salah satu keterlibatan paling signifikan dalam hidup setiap orang. Hubungan itu bisa mempengaruhi jalan hidup, membentuk karakter kita oleh keterlibatan yang bisa berlangsung sepanjang tiga perempat masa hidup kita.

Oleh sebab itu, kebenaran-kebenaran Alkitabiah haruslah mendasari keputusan kita untuk menikah, dan selanjutnya mewarnai perjalanan hidup nikah kita.

Tujuan sebuah pernikahan

  1. Efesus 5:27 Hidup dalam kekudusan
  2. Hubungan nikah yang mengimplementasikan saling mengasihi dan komitmen untuk saling menyerahkan diri akan memelihara hidup kita dari berbagai ketidakkudusan.

  3. 1 Petrus 3:7,9 Hidup dalam kebahagiaan dan berkat
  4. Hubungan nikah yang harmonis dan saling mengasihi menjadi sarana kita mewarisi berkat Allah.

  5. Kejadian 1:26-28 Hidup dalam kesinambungan
  6. Tuhan menyediakan janji berkat bagi keturunan kita untuk menguasai bumi.

Prinsip-prinsip pernikahan

  1. Kejadian 1:28 Seseorang hanya dibenarkan menikah dengan lawan jenisnya
  2. Prinsip ini menolak dosa homoseksual dan lesbian.

  3. Kejadian 1:27 Pria dan wanita mempunyai kedudukan yang sama di hadapan Tuhan
  4. Prinsip ini menolak dosa diskriminasi gender.

  5. Kejadian 1:28 Seorang pria hanya boleh menikah dengan seorang wanita, dan sebaliknya
  6. Prinsip ini menolak dosa poligami dan poliandri.

  7. Kejadian 1:28 Sebuah pasangan boleh bersatu hanya setelah upacara pemberkatan
  8. Prinsip ini menolak dosa free sex.

  9. Kejadian 2:24 Seorang pria atau wanita hanya boleh bersatu dengan pasangannya sendiri
  10. Prinsip ini menolak dosa perzinahan.

  11. Maleakhi 2:14-16; Matius 19:6 Sebuah pernikahan dirancang Tuhan untuk seumur hidup
  12. Prinsip ini menolak perceraian dengan dalih apapun juga.

  13. 2 Korintus 6:14 Sebuah pasangan sama-sama mengasihi Tuhan
  14. Prinsip ini menolak pernikahan lintas agama.

Kehidupan tidak menikah

Matius 19:12 Empat hal yang dapat menyebabkan seseorang tidak menikah:

  1. Kelainan fisik atau mental
  2. Peristiwa-peristiwa luar biasa dalam hidupnya (kebiri, kecelakaan)
  3. Kehendak sendiri (Paulus)
  4. Kehendak Allah (Yeremia)

Orang yang termasuk di dalam kategori 1 dan 2 bukannya dihalangi untuk menikah, tetapi mempunyai kendala di dalam menjalani pernikahan secara normal.

Keputusan untuk menikah

  1. Alasan-alasan yang tidak sehat
    1. Ekspresi pemberontakan
      • Melawan pendapat orang tua
      • Melarikan diri dari rumah
    2. Sarana pemulihan citra diri
    3. Untuk membuktikan bahwa dirinya cukup berharga untuk dicintai.

    4. Takut hidup sendiri
    5. Phobia yang bisa dialami oleh seseorang yang pernah kehilangan orang yang paling dicintai.

    6. Takut mengecewakan orang lain
      • Menolak cinta

      • Mengecewakan konseli

      • Mengecewakan orang tua

    7. Karena sudah berhubungan seks atau hamil
    8. Menikah belum tentu menjadi jalan keluar yang terbaik, tetapi bertobat pasti menjadi salah satu yang harus dilakukan.

  2. Kejadian 2:18 Alasan-alasan yang sehat
    1. Kehendak Allah
    2. Pernikahan menjadi proyek ketaatan kita kepada perintah-Nya.

    3. Mengekspresikan komitmen dan kesetiaan
    4. Pernikahan menjadi sebuah proyek rohani dalam hidup kita.

    5. Memiliki tempat menumpahkan kasih sayang
    6. Pernikahan menjadi sebuah wadah di mana kita melatih diri kita dalam mengekspresikan kasih; yang adalah karakter Allah.

    7. Memenuhi kebutuhan dan hasrat seksual dengan cara kudus
    8. Seks adalah bagian dari kodrat manusia, dan membutuhkan pemenuhan yang sesuai dengan tujuan penciptaannya.

Hubungan dalam pernikahan yang sehat

  1. Persahabatan
    1. Komunikasi yang didasari keterbukaan dan kejujuran
    2. Apresiasi yang dinyatakan secara kreatif
    3. Prioritas
  2. Berbagi segalanya dengan pasangan
  3. Belajar menghargai dan menikmati apa yang disukai, dihargai dan sedang dikerjakan oleh pasangan kita.

  4. Bekerja sama
  5. Keduanya berkomitmen untuk memenuhi kebutuhan satu sama lain dalam banyak hal.

  6. Memaksimalkan potensi masing-masing
  7. Mendukung pasangan kita dalam mengejar destiny-nya.

  8. Tumbuh bersama dalam kerohanian
  9. Suasana hubungan yang kondusif bagi pertumbuhan rohani suami maupun isteri.

Tiga langkah memasuki pernikahan

  1. Meninggalkan
  2. Seseorang yang menikah harus siap ‘berpisah’ dengan orang tuanya, dan selanjutnya memiliki sendiri:
    • Sumber kemesraan yang utama
    • Sumber daya keuangan dan sebagainya yang utama
    • Prioritas dalam berbagai hal
  3. Bersatu
  4. Seseorang yang menikah menjadi satu dengan pasangannya, sehingga mereka memiliki:
    • Memiliki visi tentang masa depan bersama
    • Membangun kehidupan rohani bersama
    • Mengelola kepemilikan bersama
    • Menjalani kehidupan bersama
  5. Menjadi satu daging
  6. Seseorang yang menikah, menyatu dengan pasangannya sehingga secara badaniah mereka satu sama lain:
    • Saling menyerahkan diri
    • Saling memuaskan
    • Sama-sama menjaga kekudusan

Seks dalam pernikahan

  1. Kesucian seks
    1. Eksklusivitas
    2. Hal ini yang membedakan hubungan pernikahan dari hubungan-hubungan lainnya.

    3. Memiliki dan dimiliki
    4. Ketika menikah, seseorang menyerahkan kuasa atas tubuhnya kepada pasangannya.

  2. Keindahan Seks
    1. Rekreasi
    2. Seks diberikan Tuhan untuk dinikmati di dalam pernikahan.

    3. Prokreasi
    4. Seks diberikan Tuhan sebagai sarana untuk memiliki keturunan.

Ancaman dalam pernikahan

  1. Perselisihan
  2. Perbedaan pendapat, karakter, kepribadian dan kebudayaan berpotensi menimbulkan konflik.
    Perselisihan yang tidak diselesaikan dengan tuntas akan menimbulkan masalah yang lebih besar di kemudian hari.

  3. Perselingkuhan
  4. Kebutuhan-kebutuhan yang tidak dikomunikasikan dan dipenuhi dapat mengakibatkan perselingkuhan.

  5. Kejadian Luar Biasa
  6. Situasi-situasi yang dapat “mengganggu” kondisi pernikahan:
    1. Koma yang berkepanjangan
    2. Keterpisahan yang berkepanjangan (MIA-Missing in Action)
    3. Cacat tetap, termasuk organ-organ reproduksi.
    4. Kematian prematur
    5. Yang dimaksud disini bukanlah kematian yang terjadi dalam kehendak Tuhan, tetapi yang disebabkan oleh kelalaian sendiri.
      Contoh:
      • hobi yang berbahaya,
      • pola hidup yang tidak baik,
      • pola makan yang tidak sehat
  7. Perceraian
  8. Pada dasarnya Allah tidak menghendaki perceraian dengan alasan apapun! Dalam keadaan tertentu di mana jiwa salah seorang pasangan terancam, dapat dianjurkan Perpisahan Sementara, tetapi bukan perceraian. Tujuannya adalah memberikan waktu kepada pasangannya untuk bertobat dan kemudian hubungan mereka dapat dipulihkan kembali.

Ekspresi kasih dalam pernikahan

  1. Kasih itu Mengampuni
  2. Ketika pernikahan melalui jalan-jalan yang berbatu karang dan menyakitkan.

  3. Kasih itu Melayani
  4. Ketika pernikahan melalui medan-medan yang berat.

  5. Kasih itu Setia
  6. Ketika pernikahan melalui masa-masa yang sulit.

  7. Melindungi
  8. Ketika pernikahan berada di dalam bahaya.

  9. Merayakan
  10. Ketika pernikahan melalui saat-saat yang mendatangkan rasa syukur.

Diskusi

  1. Apa ciri utama dari pernikahan yang sehat?
  2. Bandingkan dengan kondisi pernikahan kita saat ini! (Bagi yang sudah menikah).

Proyek ketaatan

Menuliskan pendapat pribadi kita tentang materi diskusi tersebut di atas.

To forgive is the highest, most beautiful form of love. In return, you will receive untold peace and happiness.

— Dr Robert Muller

Sumber

  • Abraham Lalamentik dan Tim (September 2020). "230.5 Kehidupan nikah Kristiani". Editor Robbyanto Tenggala. The Servant (edisi ke-1 (ebook)). Jakarta: GBI Jalan Gatot Subroto. ISBN 978-979-3571-17-1.