Baptisan Roh Kudus (Pengajaran Dasar GBI)
Pembahasan tentang baptisan Roh Kudus ini adalah usaha untuk memahami Pengakuan Iman Gereja Bethel Indonesia yang berbunyi:
Baptisan Roh Kudus adalah karunia Tuhan untuk semua orang yang telah disucikan hatinya;
tanda awal baptisan Roh Kudus adalah berkata-kata dengan bahasa roh sebagaimana diilhamkan oleh Roh Kudus.
Kedua pengakuan ini sangat dipengaruhi oleh tulisan Lukas di dalam Kisah Para Rasul.
A. Pendahuluan
Perlu dikatakan di sini bahwa peristiwa turunnya Roh Kudus memenuhi murid-murid pada hari Pentakosta di dalam Kisah Para Rasul 2 dan pasal-pasal lainnya merupakan peristiwa yang sangat penting bagi gereja-gereja Pentakosta. Gereja-gereja ini melihat baptisan Roh di dalam Kisah Para Rasul sebagai paradigma normatif bagi setiap orang percaya untuk memberitakan Injil. Sebenarnya pengajaran gereja-gereja Pentakosta ini mendapat tantangan yang sangat kuat. Salah satu tantangan yang sangat mendasar mengatakan bahwa kitab-kitab yang bersifat sejarah (seperti Kisah Para Rasul) tidak dapat dijadikan dasar untuk membangun suatu pengajaran tentang Roh Kudus. Jika pendapat ini benar, maka semua pengajaran baptisan Roh gereja-gereja Pentakosta akan gugur.
Apakah Lukas menulis Kisah Para Rasul yang bersifat sejarah demi kepentingan sejarah semata? Tentu saja tidak. Banyak bagian lain dari Alkitab yang disebut sebagai kitab sejarah sarat dengan pengajaran-pengajaran yang teologis. Demikian pula dengan Kisah Para Rasul. Lukas tidak mengumpulkan data sejarah demi sejarah itu sendiri, melainkan ia mengumpulkannya untuk mengajar para pembacanya tentang apa yang Allah sedang selesaikan di dunia dan apa yang Allah perintahkan kepada orang percaya untuk lakukan di dalam dan melalui peristiwa-peristiwa yang ia ceritakan. Lukas memiliki maksud teologis ketika ia menceritakan peristiwa-peristiwa yang berkaitan dengan Roh Kudus, demikian pula dengan peristiwa baptisan Roh.
B. Istilah-istilah Baptisan Roh Kudus
1. Dibaptis dengan Roh (Kudus)
Istilah "dibaptis dengan Roh" atau "dibaptis dengan Roh Kudus" muncul sebanyak tujuh kali di dalam Alkitab. Matius menggunakan sekali (Mat 3: 11), Markus sekali (Mrk 1: 8), Lukas tiga kali (Luk 3: 16, Kis 1:5; 11:16), Yohanes sekali (Yoh 1:33) dan Paulus sekali (1 Kor 12:13). Istilah baptisan Roh yang dikutip oleh para penulis Injil adalah ucapan Yohanes Pembaptis untuk membedakan pelayanan baptisan air yang ia laksanakan sebagai tanda pertobatan dengan baptisan Roh yang akan Yesus laksanakan. Dalam Kisah Para Rasul, Yesus dan Petrus masing-masing mengucapkan istilah ini sekali (Kis 1:5 dan 11:16). Sedangkan Paulus menggunakan istilah ini di dalam 1 Korintus 12:13 untuk mengatakan pengalaman semua orang percaya pada waktu pertobatan dan menempatkan orang percaya ke dalam Tubuh Kristus (Gereja). Akan tetapi pengajaran Paulus tentang baptisan Roh ini tidak sama dengan Kisah Para Rasul. Perbedaan keduanya bukan pertentangan, melainkan kekayaan dalam keragaman. Jika baptisan Roh dalam Kisah Para Rasul dipaksa harus berbunyi sama dengan pengajaran baptisan Roh Paulus, maka kemandirian Lukas dikebiri.
Istilah "dibaptis dengan Roh (Kudus)" hendak menyatakan penyelaman ke dalam Roh yang berlimpah-limpah dan tidak akan terlupakan. Penyelaman ini menciptakan hubungan orang percaya dengan pribadi Ilahi yang memberi kuasa, dan bukan sekadar dengan sebuah cairan atau pengaruh (kuasa). Hal ini akan dibahas lebih jauh kemudian.
2. Janji Bapa
Lukas menggunakan istilah "janji Bapa" atau "janji" untuk menyatakan tentang baptisan Roh. Hal ini dapat dilihat melalui perkataan Yesus kepada murid-murid-Nya untuk menantikan janji Bapa (Kis 1 :4). Perkataan ini dilanjutkan dengan mengatakan bahwa tidak lama lagi mereka akan dibaptis dengan Roh Kudus (Kis 1:5). Melihat kedua ayat ini, jelas bahwa janji Bapa identik dengan baptisan Roh. Istilah ini mengatakan bahwa asal pencurahan Roh tersebut adalah Bapa. Dalam khotbahnya Petrus mengatakan: "Sebab bagi kamulah janji itu dan bagi anak-anakmu dan bagi orang-orang yang masih jauh, yaitu sebanyak yang akan dipanggil oleh Tuhan Allah kita" (Kis 2:39). Tentunya yang Petrus maksudkan dengan "janji itu" adalah janji Bapa yang baru ia dan murid-murid lainnya alami, yaitu baptisan Roh. Petrus juga hendak mengatakan bahwa baptisan Roh bukan hanya untuk murid-murid yang berkumpul di loteng di Yerusalem saja, tetapi juga untuk umat Allah sebanyak yang Ia panggil sendiri. Oleh sebab itu baptisan Roh Kudus bukan sekadar kenangan tentang sesuatu yang pernah terjadi, tetapi realita yang ada sekarang ini dan nanti.
3. Karunia Roh
Petrus berkata kepada orang-orang yang terharu mendengar khotbahnya: "...kamu akan menerima karunia Roh Kudus" (Kis 2: 38). Apakah Petrus sedang berkata tentang karunia-karunia Roh seperti Paulus di dalam 1 Kor 12? Tentu saja tidak. Petrus tidak sedang berbicara tentang karunia-karunia Roh yang Paulus ajarkan. Apakah karunia Roh yang Petrus maksud adalah keselamatan? Ini juga bukan. Karena setelah ia berkata tentang penerimaan karunia Roh, kemudian ia melanjutkan tentang janji Bapa untuk semua umat Allah dari generasi ke generasi (Kis 2:39). Konteks ini hendak mengatakan bahwa karunia Roh ini sama dengan janji Bapa, sedangkan janji Bapa adalah baptisan Roh. Pada kesempatan lain Petrus berkata kepada Simon, si Penyihir, yang menawarkan uang untuk menerima karunia Roh: "Engkau menyangka bahwa engkau dapat membeli karunia Allah dengan uang" (Kis 8:20). Tentunya karunia yang hendak dibeli oleh Simon adalah juga karunia yang Petrus beritakan pada hari Pentakosta. Petrus juga menyaksikan bagaimana Kornelius dan keluarganya menerima karunia Roh. Lukas mencatat dan berkata: "Karunia Roh Kudus dicurahkan ke atas bangsa-bangsa lain juga" (Kis 10:45). Untuk peristiwa yang dialami oleh keluarga Kornelius ini, Petrus menyamakan dengan apa yang ia dan murid-murid lain alami pada hari Pentakosta (Kis. 10:47, 11: 15). Jadi karunia Roh atas keluarga Kornelius adalah baptisan Roh juga (Kis 11:16). Dengan menggunakan kata "karunia" (Yun: dorea atau dorean) berarti bahwa baptisan Roh adalah pemberian Allah cuma-cuma yang keluar dari kekayaan kemurahan hati-Nya. Ini adalah tindakan anugerah Allah.
4. Dipenuhi Roh Kudus
Istilah yang digunakan oleh Lembaga Alkitab Indonesia (LAI) dalam versi Terjemahan Baru (TB) untuk turunnya Roh Kudus atas orang percaya adalah “penuh dengan Roh Kudus” (Kis 2:4, 4:8, 31, 9:17, 13:9). Pertama-tama yang harus diberi catatan bahwa kata "dengan" tidak ada di dalam teks Yunani. Kata Yunani yang dapat diterjemahkan "dengan" adalah "en" atau "syn" atau "metha." Yang kedua, kata "penuh" menyatakan gagasan keadaan seseorang yang sudah dilengkapi Roh Kudus. Gagasan ini menjadi benar kalau dikenakan pada Stefanus dan murid-murid di Antiokhia (Kis 6:5 dan 13:52). Kedua ayat ini menggunakan kata Yunani "pleres" yang berarti "being full" (keadaan penuh) dan "pleroo" yang berarti "to be full" (menjadi penuh). Sedangkan kelima ayat di atasnya menggunakan kata kerja Yunani dalam bentuk pasif dari "pimplemi" yang berarti "filled" (diisi atau dipenuhi). Kata kerja pimplemi menyatakan gagasan proses, dan jika dikenakan untuk penerimaan Roh, maka pimplemi menegaskan proses Allah melengkapi orang percaya dengan Roh; dan pleres atau pleroo adalah keadaan yang dihasilkan dari pimplemi (diisi atau dipenuhi) Roh.
Apakah dipenuhi Roh Kudus adalah istilah yang menunjuk kepada baptisan Roh? Siapa pun orangnya akan setuju bahwa peristiwa pada hari Pentakosta merupakan penggenapan janji Bapa atau baptisan Roh oleh Yesus sebelum Ia naik ke sorga (Kis 1:4-5). Kalau memang demikian kenyataannya, apa yang disebut "dipenuhi Roh Kudus" di dalam Kis 2:4 tidak lain adalah baptisan Roh. Secara singkat dapat dikatakan bahwa istilah yang sama, digunakan oleh penulis yang sama untuk menceritakan beberapa peristiwa yang sama dalam kitab yang sama meskipun pada ayat-ayat yang berbeda, akan mempunyai pengertian yang sama. Demikian juga istilah "dipenuhi Roh Kudus" di dalam Kisah Para Rasul 2:4 sama pengertiannya dengan "dipenuhi Roh Kudus" di dalam Kisah Para Rasul 4:8,31, 9:17, 13:9). Di dalam Kisah Para Rasul 4:8 dan 13:9 dikatakan bahwa Petrus dan Paulus dipenuhi Roh. Kedua ayat ini hendak mengatakan bahwa mereka berdua yang sudah dipenuhi Roh pada peristiwa yang terdahulu (Kis 2:4 dan 9:17) dipenuhi Roh lagi. Jadi pemenuhan Roh dapat terjadi berulang.
5. Istilah-istilah yang lain
Istilah yang lain untuk baptisan Roh Kudus adalah pencurahan Roh. Petrus menafsirkan peristiwa Pentakosta sebagai "pencurahan Roh" (Kis 2: 17-18, 2:33). Demikian pula apa yang dialami oleh keluarga Kornelius disebut dengan pencurahan Roh (Kis 10:45). Istilah ini hendak menekankan sebuah aliran yang turun dari atas, dan ini menyatakan Allah memberikan Roh dengan berlimpah.
Peristiwa baptisan Roh keluarga Kornelius disebut dengan istilah "menerima Roh Kudus" (Kis 10:47). Penerimaan ini tentunya bukan menunjuk kepada penerimaan Roh pada waktu pertobatan. Hal ini dapat dilihat dari perkataan Petrus yang mengatakan bahwa penerimaan itu seperti yang ia dan murid lainnya terima pada hari Pentakosta. Lukas memikirkan hal yang sama ketika ia menuliskan pertanyaan Paulus kepada murid-murid di Efesus, "Sudahkah kamu menerima Roh Kudus...?” (Kis 19:2).
Pernyataan lainnya adalah "Roh Kudus turun atas" (Kis 10:49, 19:6). Apa yang dialami oleh Kornelius dan murid-murid di Efesus disebut dengan turunnya Roh Kudus ke atas mereka. Istilah ini menggambarkan tentang kemendadakan {suddenness) dan keperkasaan (forcefulness) dari baptisan Roh. Lukas mencatat: "Tiba-tiba turunlah dari langit suatu bunyi seperti tiupan angin keras yang memenuhi seluruh rumah” (Kis 2:2). Keperkasaan Roh dapat terlihat dalam pemberian kuasa kepada orang-orang di mana Ia turun ke atasnya (Kis 1:8). Turunnya Roh ke atas orang percaya ini menyatakan pemberdayaan untuk sebuah pelayanan atau misi.
C. Hubungan baptisan Roh dan pertobatan
Ada dua pendapat yang berbeda tentang hubungan baptisan Roh dan pertobatan. Pendapat yang pertama mengatakan bahwa baptisan dan pertobatan adalah satu peristiwa yang sama dan penyatuan orang yang bertobat ke dalam Tubuh Kristus. Pendapat ini adalah benar jika didasarkan pada perkataan Paulus di dalam 1 Korintus 12:13, "Sebab dalam satu Roh kita semua... telah dibaptis menjadi satu tubuh...." Seperti dikatakan di atas bahwa doktrin baptisan Roh Kudus gereja-gereja Pentakosta tidak didasarkan pada 1 Korintus 12:13, melainkan Kisah Para Rasul. Jika pengertian Paulus pada baptisan Roh ini digunakan untuk membaca istilah baptisan Roh yang digunakan Lukas, maka yang terjadi adalah pengebirian kemandirian Lukas. Pengebirian ini akan mengakibatkan tidak satu pun penafsiran alternatif diizinkan, kecuali seperti apa yang dikatakan Paulus.
Bagaimana gereja-gereja Pentakosta melihat hubungan baptisan Roh dan pertobatan? Untuk melihat hubungan antara keduanya dapat diajukan sebuah pertanyaan: "apakah murid-murid sudah bertobat sebelum hari Pentakosta?" Satu ayat yang sangat menarik untuk pertama-tama dibahas adalah Yoh 20:28. Di dalam ayat ini Tomas mengakui Yesus sebagai Tuhan dan Allahnya. Memang kata "kyrios" yang digunakan di dalam ayat ini dapat diartikan sebagai "tuan" (Ing: sir atau lord) atau Tuhan. Adalah sangat mungkin sekali bahwa yang ada dalam pikiran Tomas adalah Tuhan, dan bukan tuan. Karena ia menyejajarkan kyrios dengan theos (Allah). Bukankah tidak ada orang yang dapat mengaku Yesus adalah Tuhan, kecuali oleh Roh Kudus? (1 Kor 12:3). Jika benar demikian kejadiannya, bukankah ini menggambarkan peristiwa pertobatan Tomas? Bukankah pada peristiwa sebelumnya Yesus telah memberikan Roh Kudus kepada murid-murid? (Yoh 20:22). Pemberian Roh inilah yang memampukan mereka berkata kepada Tomas: "Kami telah melihat kyrios." Tentu saja kyrios di dalam pikiran murid-murid sama seperti di dalam pikiran Tomas. Karena pemahaman murid-murid tentang ketuhanan Yesus yang sesungguhnya terjadi setelah kebangkitan-Nya, dan bukan dimulai pada pencurahan Roh di hari Pentakosta. Jadi sangat setuju jika TB LAI menyebutkan orang-orang yang berkumpul di Yerusalem sebelum pencurahan Roh sebagai "semua orang percaya" (Kis 2: 1).
Di atas dijelaskan bahwa Roh Kudus telah tinggal di dalam murid- murid sebelum Pentakosta, tentu apa yang terjadi pada hari Pentakosta berbeda dengan kedatangan Roh pada waktu pertobatan. Kisah Para Rasul memberi gambaran bahwa keselamatan datang pertama dan baru kemudian baptisan Roh. Sangat jelas bahwa orang-orang Samaria telah percaya kepada Injil Kerajaan Allah dan Yesus Kristus yang diberitakan oleh Filipus. Bahkan mereka dibaptis sebagai tanda pertobatan (Kis 8:12). Apakah mereka belum memiliki Roh Kudus pada waktu pertobatannya? Mustahil. Jika Lukas mencatat bahwa Roh Kudus belum turun ke atas mereka (Kis 8:15), pasti bukan Roh Kudus pada pengalaman pertobatan (lihat istilah "Roh turun atas" pada ulasan di atas). Ketika Petrus dan Yohanes datang ke Samaria, mereka mendoakan dan menumpangkan tangan atas orang-orang Samaria untuk menerima Roh Kudus, pasti juga bukan penerimaan Roh pada waktu percaya (lihat istilah "menerima Roh" di atas). Apa yang hendak dikatakan dalam peristiwa yang dialami orang-orang Samaria adalah turunnya dan penerimaan Roh sebagai baptisan Roh setelah pertobatan.
Diyakini oleh Paulus sendiri bahwa penampakan Yesus di jalan menuju Damsyik sebagai pengalaman pertobatannya. Inilah saat perubahan seorang Saulus. Beberapa hari kemudian datanglah Ananias atas perintah Tuhan untuk mendoakan Saulus supaya dapat melihat lagi dan dipenuhi Roh Kudus (Kis 9:17). Di dalam ayat ini Ananias menyebut Saulus sebagai "saudara." Tentunya bukan sebagai saudara sekandung dan bukan sekadar saudara sebangsa. Konteks sebelumnya menyatakan Ananias menyebut Saulus sebagai orang yang penuh kejahatan terhadap orang-orang Kudus, dan dengan maksud yang jahat pula Saulus datang ke Damsyik (Kis 9:13-14). Setelah Tuhan menyatakan rencana-Nya kepada Ananias bahwa Saulus dikehendaki-Nya menjadi alat pilihan bagi-Nya untuk memberitakan nama Tuhan barulah Ananias mendatangi Saulus dengan menyebut "saudara." Ini memberi indikasi bahwa Ananias menganggap Saulus sebagai saudaranya di dalam iman. Kepada saudara seiman ini Ananias datang mendoakannya bukan supaya bertobat, tetapi supaya dapat melihat kembali dan dipenuhi Roh. Kepenuhan Roh ini yang memberdayakan Saulus menjadi alat pilihan bagi Tuhan. Di dalam Kisah Para Rasul 22, Ananias berdoa supaya Paulus dapat melihat kembali, tetapi tidak disebut supaya dipenuhi Roh Kudus; pada ayat 15 dikatakan Saulus harus menjadi saksi. Apakah menjadi saksi, di dalam pemikiran Lukas yang menulis kitab ini, lepas dari turunnya Roh Kudus untuk memberi kuasa kepada Saulus (Bnd. Kis 1:8). Tentu saja tidak. Dipenuhi Roh Kudus dan menjadi saksi atau alat pilihan bagi Tuhan merupakan satu kesatuan yang terikat kuat.
Apa yang dialami oleh keluarga Kornelius diyakini oleh Petrus seperti yang dialami di Yerusalem. Petrus pun meyakinkan jemaat di Yerusalem tentang kesamaan pengalaman mereka dengan pengalaman keluarga Kornelius. Di atas telah dibahas bahwa pertobatan mendahului baptisan Roh murid-murid di Yerusalem.
Tentunya pengalaman yang sama dialami oleh keluarga Kornelius. Pengalaman yang sama juga dialami oleh murid-murid di Efesus (Kis 19:1-7). Lukas secara konsisten menggunakan istilah “murid” dalam Kisah Para Rasul untuk mengidentifikasi orang percaya di dalam Kristus (bnd. Kis 6:1,7, 9:1,19,26, 11:26, 14:21-22). Pertobatan murid-murid Yohanes Pembaptis tidak diragukan lagi. Hal itu tercermin dari pertanyaan Paulus; "Sudahkah kamu menerima Roh Kudus ketika kamu percaya?" (Kis 19:2). Pertanyaan dapat dipahami bahwa menjadi percaya mendahului penerimaan (baptisan) Roh. Kenyataannya mereka tidak memiliki kepercayaan yang benar. Setelah dibaptis dalam nama Yesus, barulah kemudian Roh turun ke atas mereka (Kis 19:6).
Dari uraian di atas jelas bahwa menurut ajaran Pentakosta bahwa baptisan adalah karya Roh yang berbeda dengan karya-Nya dalam pertobatan dan penyatuan ke dalam Tubuh Kristus, melainkan karya kelanjutan dari pertobatan. Doktrin atau pengajaran yang sama terdapat di dalam Pengakuan Iman Gereja Bethel Indonesia butir 9 yang berbunyi: "Baptisan Roh Kudus adalah karunia Tuhan untuk semua orang yang telah disucikan hatinya."
D. Baptisan Roh dan bahasa roh
Kisah Para Rasul menghubungkan baptisan Roh dengan bahasa roh. Di mana saja manifestasi berbahasa roh muncul di dalam Kisah Para Rasul selalu ada dalam peristiwa baptisan Roh. Yang perlu digarisbawahi adalah bahwa bahasa tersebut bukan bersumber dari si pembicara, melainkan dari Roh. Lukas mengatakan bahwa Roh memberi kata-kata tersebut (Kis 2:4). Mulut orang adalah alat yang dipakai oleh Roh untuk berkata-kata. Tentunya bahasa tersebut diucapkan oleh karena inspirasi, dan bukan dipelajari si pembicara sebelumnya. Kata Yunani "kathos" yang diterjemahkan LAI "seperti" dapat juga diterjemahkan "karena" atau "sebab." Penerjemahan kathos dengan "karena" atau "sebab" mengindikasikan dengan kuat bahwa bahasa roh adalah bahasa yang berasal dari Roh, bukan manusia. Tak lama kemudian bangsa-bangsa lain menerima pengalaman baptisan Roh dengan bukti awal seperti yang terjadi pada hari Pentakosta.
Tidak dikatakan tentang berbahasa roh ketika orang-orang Samaria menerima baptisan Roh, namun ada manifestasi yang nampak dan dapat didengar yang membuktikan. Ketika Simon si Penyihir melihat bahwa melalui penumpangan tangan para rasul Roh diberikan, ia menawarkan uang, katanya: "Berikan juga kepadaku kuasa itu, supaya jika aku menumpangkan tanganku di atas seseorang, ia boleh menerima Roh Kudus" (Kis 8:19). Apa yang paling mungkin Simon lihat dan dengar adalah berbahasa roh. Keluarga Kornelius pun mengalami baptisan Roh. Alkitab mencatat: "mereka mendengar orang-orang itu berkata-kata dalam bahasa roh dan memuliakan Allah" (Kis 10:46). Petrus mengidentifikasi pengalaman Kornelius sama seperti pengalaman yang terjadi pada hari Pentakosta di Yerusalem (Kis 10:47), maka berbahasa rohlah yang meyakinkan Petrus dan jemaat di Yerusalem tentang penerimaan Roh oleh bangsa-bangsa lain. Petrus berkata: "Jika Allah memberikan karunia-Nya kepada mereka sama seperti kepada kita setelah kita percaya (yang dicetak miring adalah terjemahan penulis sendiri untuk kata Yunani pisteusasin, TB LAI menerjemahkan: pada waktu kita mulai percaya) kepada Yesus Kristus, bagaimana mungkin aku mencegah Dia?" (Kis 11:17). Beberapa tahun kemudian bukti yang sama dan yang tak mungkin salah untuk baptisan Roh muncul di Efesus (Kis 19:6). Singkatnya apa yang dikatakan Kisah Para Rasul adalah baptisan Roh Kudus secara konsisten disertai dengan pengalaman berbahasa roh sebagaimana Roh berikan untuk mengucapkannya. Atau lebih hati-hati dapat dikatakan bahwa bahasa roh adalah bukti awal yang nampak dari luar dari baptisan Roh. Apabila di dalam Kisah Para Rasul tidak disebutkan bahwa orang tertentu telah menerima Roh, seperti Paulus, tanpa disebutkan berbahasa roh tidak dapat disimpulkan bahwa orang tersebut tak berbahasa roh pada waktu Roh turun atasnya. Akan tetapi Lukas lebih menekankan pada misi yang harus diemban oleh orang tersebut. Demikian halnya dengan tidak disinggungnya baptisan dan bahasa roh setelah Kisah Para Rasul 19 karena Lukas memfokuskan kepada misi Paulus yang sudah dipenuhi dengan Roh.
Penjelasan di atas memimpin kepada sebuah pertanyaan: "Apa fungsi bahasa roh di dalam baptisan Roh?" Bukankah Paulus mengajarkan bahwa berbahasa roh berfungsi untuk membangun jemaat atau diri sendiri? Tunggu sebentar. Ada perbedaan yang hakiki antara bahasa roh di dalam Kisah Para Rasul dan di dalam 1 Korintus. Paulus sangat menekankan bahwa berbahasa roh yang disertai terjemahannya adalah demi membangun jemaat. Ia berkata: "Sebab orang yang bernubuat lebih berharga dari pada orang yang berkata-kata dengan bahasa roh, kecuali kalau orang itu juga menafsirkannya, sehingga Jemaat dibangun" (1 Kor 14:5). Tetapi "jika tidak ada orang yang dapat menafsirkannya, hendaklah mereka berdiam diri dalam pertemuan jemaat dan hanya boleh berkata-kata kepada dirinya sendiri dan kepada Allah" (1 Kor 14:28). Tetapi di dalam Kisah Para Rasul berbahasa roh tidak diharuskan ada penerjemahnya, bahkan ketiadaan penerjemah tidak membuat orang-orang yang dibaptis Roh berdiam diri, mereka tetap berbahasa roh. Mengapa demikian? Karena berbahasa roh di dalam 1 Korintus adalah salah satu dari karunia-karunia Roh yang diberikan kepada seseorang untuk membangun orang lain (jemaat), tetapi berbahasa roh di dalam Kisah Para Rasul untuk menandai seseorang dibaptis Roh. Lukas tidak menekankan pembangunan jemaat, tetapi pemberdayaan untuk pelayanan bagi orang yang dipenuhi Roh dengan tanda bahasa roh tersebut.
E. Maksud baptisan Roh
Di atas sudah beberapa kali disebutkan bahwa baptisan Roh Kudus ini dimaksud oleh Tuhan untuk memberdayakan orang percaya untuk sebuah pelayanan. Satu ayat yang sangat terkenal berbunyi: "Tetapi kamu akan menerima kuasa, kalau Roh Kudus turun ke atas kamu, dan kamu akan menjadi saksi-Ku di Yerusalem dan di seluruh Yudea dan Samaria dan sampai ke ujung bumi" (Kis 1:8). Ada yang mengatakan ayat ini merupakan tema dari Kisah Para Rasul. Ditinjau dari terang ayat ini maka keseluruhan Kisah Para Rasul dapat dibagi menjadi tiga bagian utama. Bagian pertama bercerita tentang kesaksian orang-orang yang dipenuhi Roh di Yerusalem (Kis 1:1-8:4); kedua, kesaksian orang-orang yang dipenuhi Roh di seluruh Yudea dan Samaria (Kis 8:5-12:25); dan yang ketiga, kesaksian orang-orang yang dipenuhi Roh sampai ujung bumi (Kis 13:1-28:31). Tentu saja Roh yang memenuhi seseorang demi pemberdayaan itu juga memberi daya tahan kepada orang tersebut untuk bertahan dalam penderitaan akibat pelayanan yang ia emban. Hal ini terlihat dari Petrus si Pengecut menjadi seorang yang berani bersaksi apapun akibatnya, dan Paulus si Penganiaya yang teraniaya karena pelayanannya.
F. Cara penerimaan baptisan Roh
Tidak ada pola tertentu yang diajarkan oleh Alkitab supaya orang percaya menerima Roh Kudus. Meskipun demikian ada tiga cara yang sering diusulkan untuk seseorang menerima baptisan Roh, yaitu baptisan air, penumpangan tangan dan doa. Kalau mau jujur terhadap Kisah Para Rasul, baptisan air bukanlah cara untuk menerima baptisan Roh. Ada tiga peristiwa yang dicatat Lukas tentang kaitan baptisan Roh Kudus dengan baptisan air. Baptisan Roh yang diterima orang-orang Samaria sesudah mereka dibaptis air (Kis 8:12-17), turunnya Roh ke atas keluarga Kornelius terjadi sebelum mereka dibaptis dengan air (Kis 10:44-48) dan juga penerimaan karunia Roh ini diberikan sesaat setelah baptisan air murid-murid di Efesus (Kis 19:4-6). Dapat disimpulkan bahwa baptisan air bukan cara seseorang supaya dibaptis Roh. Karena banyak teks lain menyebutkan penerimaan Roh yang tidak dikaitkan dengan baptisan air, misalnya murid-murid pada hari Pentakosta. Ada satu teks yang seakan-akan mengaitkan baptisan Roh dengan baptisan air, yaitu dalam Kisah Para Rasul 2:38. Petrus berkata: "Hendaklah kamu masing-masing memberi dirimu dibaptis dalam nama Yesus Kristus untuk pengampunan dosamu, maka kamu akan menerima karunia Roh Kudus." Jika hendak menafsirkan ayat ini, tafsirkanlah di dalam terang pengalaman Petrus sendiri pada hari Pentakosta. Penerimaan Roh oleh Petrus sendiri tidak dikaitkan dengan baptisan air. Maka ayat ini hendak berkata bahwa baptisan air adalah sebagai tanda pertobatan, dan bukan cara seseorang menerima Roh.
Jika baptisan Roh Kudus dikaitkan dengan penumpangan tangan, memang ada beberapa peristiwa yang mengaitkan keduanya (Kis 8:17, 9:17, 19:6). Tetapi ada juga peristiwa penerimaan Roh Kudus tanpa penumpangan tangan Kis 2:4, 4:8, 10:44). Bukannya melarang praktek penumpangan tangan untuk penerimaan Roh Kudus, tetapi adalah sangat gegabah jika mengatakan bahwa penumpangan tangan adalah satu-satunya cara menerima Roh. Kesimpulan semacam ini akan menuntun kepada pembatasan kedaulatan Roh dalam berkarya dan mengabaikan fakta pembaptisan Roh tanpa penumpangan tangan.
Cara yang ketiga adalah berdoa. Tak dapat disangkal bahwa baptisan Roh dikaitkan dengan doa, tetapi lebih tepat doa tidak dipandang sebagai metode penerimaan, melainkan sebagai lingkungan di mana Roh Kudus seringkali dicurahkan. Sebenarnya tak ada satu formula/metode yang mampu membuat Roh turun ke atas seseorang kecuali kebebasan Roh itu sendiri. Sama seperti tak ada satu kondisi di dalam diri manusia sehingga Allah menganugerahkan Anak-Nya yang tunggal kecuali kebebasan kasih Allah semata. Di dalam kedaulatan-Nya Roh Kudus turun ke atas orang-orang percaya (orang yang merenungkan firman Tuhan), yang menanti dan meminta di dalam doa dengan iman, baik dengan maupun tanpa penumpangan tangan.
G. Kesimpulan
Tulisan ini akan diakhiri dengan menarik beberapa kesimpulan yang berharga bagi para pejabat dan jemaat GBI atau siapa pun yang berkeinginan memahami Pengakuan Iman GBI tersebut yang berbunyi: "Baptisan Roh Kudus adalah karunia Tuhan untuk semua orang yang telah disucikan hatinya" dan "Tanda awal baptisan Roh Kudus adalah berkata-kata dengan bahasa roh sebagaimana diilhamkan oleh Roh Kudus."
- Pertama, pengajaran baptisan Roh Kudus di kalangan gereja- gereja Pentakosta, termasuk di dalamnya Gereja Bethel Indonesia (GBI), memiliki dasar utama pada naskah yang dituliskan Lukas di dalam Kisah Para Rasul dan bukan pada 1 Korintus 12:13.
Paulus di dalam 1 Korintus 12:13 mengatakan tentang baptisan dalam pengertian karya Roh dalam pertobatan dan penyatuan orang yang telah bertobat ke dalam Tubuh Kristus. GBI mempercayai apa yang diajarkan Paulus di dalam doktrin pembenaran dan kelahiran baru. Suatu pengajaran tentang baptisan Roh yang mendasarkan pada Kisah Para Rasul adalah sah karena Lukas sendiri mengumpulkan data sejarah bukan demi sejarah semata, melainkan hendak mengutarakan maksud teologisnya kepada para pembaca melalui data sejarah.
- Kedua, istilah-istilah “janji Bapa”, “karunia Roh”, “dipenuhi Roh”, “pencurahan Roh”, “turunnya Roh, “penerimaan Roh” di dalam Kisah Para Rasul menunjuk kepada peristiwa yang sama, yaitu baptisan Roh Kudus yang diucapkan Yesus di dalam Kisah Para Rasul:4-5.
GBI mempercayai bahwa pemenuhan Roh dapat terjadi berulang. Pemenuhan yang pertama disebut "baptisan" dan yang berikut adalah "kepenuhan Roh."
- Ketiga, baptisan Roh adalah karya yang berbeda dengan karya Roh di dalam pertobatan seseorang, karena merupakan kelanjutan dari karya pertobatan itu sendiri.
Tanda awal baptisan Roh ini adalah berbahasa roh.
Keempat, maksud baptisan Roh adalah pemberdayaan orang percaya guna sebuah pelayanan, dan juga memberi daya kepada orang yang melayani untuk bertahan dalam penderitaan yang dialaminya akibat dari pelayanan tersebut.
Kelima, pemberian karunia/baptisan Roh ini adalah kedaulatan Roh kepada orang-orang percaya (orang yang merenungkan firman Tuhan), yang menanti dan meminta di dalam doa dengan iman, baik dengan maupun tanpa penumpangan tangan.