Kekudusan (Pengajaran Dasar GBI)

Dari GBI Danau Bogor Raya
Lompat ke: navigasi, cari

Penyucian hidup adalah buah kelahiran baru karena percaya dalam darah Yesus Kristus yang dikerjakan oleh kuasa Firman Allah dan Roh Kudus; karena itu kesucian adalah asas dan prinsip hidup umat Kristen.

A. Pendahuluan

Uraian tentang kesucian/kekudusan sudah saatnya dilakukan karena banyak umat yang belum mendalaminya, baik jemaat biasa maupun pejabat Gereja Bethel Indonesia, walaupun itu tercantum dalam pengakuan Iman Gereja Bethel Indonesia yang berbunyi: "Penyucian hidup adalah buah kelahiran baru karena percaya dalam darah Yesus Kristus, yang dikerjakan oleh kuasa firman Allah dan Roh Kudus. Karena itu kesucian itu azas dan prinsip hidup umat Kristen."

Apalagi dalam buku Dr. H.L. Senduk, Sejarah GBI, Pengakuan Iman tersebut dipaparkan dengan ciri khas GBI sebagai gereja rasuli yang alkitabiah. Jadi perlu sekali memberikan penjelasan butir- butir Pengakuan Iman, khususnya mengenai kesucian (kekudusan). Bila tidak dipahami dengan jelas ajaran tentang kekudusan maka akibatnya banyak umat mempunyai sikap dan pemahaman yang kurang terhadap keselamatan. Keselamatan adalah anugerah Allah yang diterima dengan iman dan bukan hasil usaha manusia, sehingga kalau orang Kristen jatuh bangun berkali-kali, itu adalah hal yang wajar. Sekali sudah selamat biar hidupnya amburadul, tetap selamat. Pemahaman yang demikian yang harus diluruskan atau dikoreksi.

B. Arti kekudusan (kesucian)

Dalam Perjanjian Lama, kata kudus diterjemahkan dari akar kata Ibrani QADAS yang berarti dipisahkan untuk keperluan khusus atau tujuan khusus yang berkaitan dengan rencana Tuhan (Im 20:26) misalnya:

  1. Semua anak sulung dipisahkan untuk melayani Tuhan sebelum dipilih suku Lewi (Kel 13:2).
  2. Harun dan anaknya untuk pelayanan imamat (Kel 28:41).
  3. Tabernakel dan alat-alatnya (Kel 30:29, Im 8:10).

Dalam bahasa Yunani di Perjanjian Baru, kata kekudusan diambil dari kata HAGIASMOS yang artinya terpisah dari yang duniawi, dari yang tercemar. Menurut William Barclay, dalam Roma 6:22 kalimat yang mengatakan "membawa kamu pada pengudusan” HAGIASMOS, "Asmos" dinyatakan bukan dalam bentuk yang sudah selesai. Ini menunjukkan suatu proses berkelanjutan menuju kesucian. Untuk mencapai artikulasi karakter kudus setelah mendapat status dinyatakan kudus dalam Kristus adalah merupakan proses yang terus-menerus. Pengudusan merupakan akibat dan kelanjutan dari lahir baru. Kelahiran baru diterima pada saat orang bertobat dan menerima Yesus, pengalaman yang segera terjadi saat itu, sementara pengudusan adalah pergumulan sehari-hari bagaimana kita memberi kesediaan bagi Allah untuk memerintah hidup kita, menggantikan dosa yang dahulu memerintah kita.

C. Kekudusan termasuk bagian keselamatan

Keselamatan bukan hanya pengalaman sukacita sewaktu kita bertobat, mengaku dosa, menerima Yesus sebagai Juruselamat pribadi dan menerima pengampunan dosa serta mendapat status sebagai orang yang dibenarkan, orang yang dikuduskan (1 Kor 1:2, 1 Kor 6:11), kemudian turun rasa damai dengan Allah, lalu tinggal tunggu mati dan langsung masuk surga. Tidak begitu, ini belum selesai. Karya keselamatan Kristus yang agung tidak dirancang untuk berdampak pada kehidupan orang percaya sesederhana itu, tetapi memiliki dimensi yang sangat luas, memiliki ukuran lebar, panjang, tinggi dan dalam (Efesus 3:18). Hal yang tersebut di atas merupakan tahap pertama dari keselamatan yaitu orang percaya mendapat status dibenarkan dan dikuduskan, atau istilah teologinya justification, yang syaratnya hanya percaya (Rom 4:25, Gal 3:6-7,11) karena hal itu semata-mata anugerah atau kasih karunia Allah, jadi bukan hasil usaha manusia. Walaupun di dalamnya orang percaya diberi kuasa menjadi anak-anak Allah atau terjadi kelahiran baru (Yoh 1:12), Alkitab mengajar keselamatan tidak hanya berhenti atau cukup sampai menerima status, lihat penjelasan dalam 1 Korintus 1:2 dikatakan:

"Kepada jemaat Allah di Korintus, yaitu mereka yang dikuduskan dalam Kristus Yesus dan yang dipanggil menjadi orang yang kudus, dengan semua orang di segala tempat"

Istilah kudus yang pertama menunjukkan status dalam Kristus; dan dalam status i tu ada amanat ( panggilan) untuk mengaktualisasikan karakter kudus (istilah kedua) dalam hidup sehari-hari. Jadi keselamatan adalah gerak dinamis dari tahap pertama, justification (pembenaran), yang harus diikuti tahap berikutnya yaitu sanctification (pengudusan), bahkan nantinya harus diakhiri dengan perfection (penyempurnaan) atau glorification.

Dalam Roma 6:22 dijelaskan:

"Tetapi sekarang, setelah kamu dimerdekakan dari dosa dan setelah kamu menjadi hamba Allah, kamu beroleh buah yang membawa kamu kepada pengudusan dan sebagai kesudahannya ialah hidup yang kekal."

Orang yang sudah dimerdekakan dari dosa (menerima justification) harus masuk dalam proses pengudusan (sanctification) dengan menjadi hamba Allah; hamba kebenaran yang memiliki sifat takut dan taat pada Allah dan firman-Nya. Tanpa ini berarti manusia kembali menjadi hamba dosa (Rom 6:17). Setelah melewati tahap pengudusan baru akhirnya mendapat hidup yang kekal. Karena itu kami setuju dengan apa yang dikatakan Dr. French Arrington seorang teolog Pentakosta dalam bukunya Christian Doctrine: bahwa sanctification dan glorification termasuk bagian dari pengalaman keselamatan. Oleh karena itu Rasul Petrus menjelaskan bahwa orang yang baru lahir baru setelah percaya Yesus melalui firman-Nya dan memberi diri untuk dibaptis, harus diberi gizi firman Tuhan agar terus bertumbuh dan beroleh keselamatan (1 Pet 2:2). Apakah ini artinya orang yang hanya percaya Yesus menerima status dibenarkan dan yang telah mendapat hak anak Allah belum selamat? Sudah selamat! Artinya setelah mereka memberi diri dibaptis kemudian andaikata mati (dipanggil Tuhan) jelas ia langsung masuk surga. Namun kalau tidak langsung mati dan masih terbentang waktu yang panjang dalam menjalani hidupnya, tetapi tidak pernah mengisi kehausannya dengan firman Tuhan, tidak menjadi hamba kebenaran dan tidak bertumbuh rohaninya, berarti kembali menjadi hamba dosa. Hamba daging sama dengan seteru Allah, dia akan binasa (Lihat Roma 8:7,13), dan mengakhiri perjalanan bukan sebagai pemenang; padahal hanya yang menjadi pemenang yang namanya tidak akan dihapus dari kehidupan (Why 3:5). Jadi keselamatan tidak hanya ditentukan satu peristiwa (sesaat) orang berdosa menerima Yesus dan mendapat pembenaran, tetapi harus ada tindak lanjut dan merupakan proses terus-menerus sampai menjadi seperti Yesus (Rom 8:29). Keselamatan dimulai saat menerima Yesus dan mendapat kuasa menjadi anak-anak Allah; tetapi harus ditindak lanjuti dengan upaya mengaktualisasi hidup dengan karakter sebagai anak Allah yang dipimpin oleh Roh (Rom 8:14), baru kita pantas disebut ahli waris semua janji Allah (Rom 8:17). Keselamatan dimulai dari menerima meterai Roh saat percaya (Ef 1:1 dan harus ditindaklanjuti hidup yang terus-menerus dipimpin oleh Roh (Ef 5:18) dan harus selalu mawas diri jangan sampai mendukakan Roh Kudus (Ef 4:30).

Untuk menjelaskan uraian di atas kita bisa mengikuti diagram di bawah ini.

Diagram JSG-Kekudusan.png

Penjelasan:

  • Garis horisontal di atas (1-4-5) menggambarkan posisi Allah yang kudus dan benar namun penuh kasih.
  • Garis horisontal di bawah (2-3-6) adalah posisi manusia setelah jatuh diperhamba dosa dan kebinasaan.
  • Garis vertikal (1-2) menggambarkan peristiwa sesaat ketika manusia melanggar perintah Tuhan, makan buah yang dilarang, diusir dari Taman Eden dan kehilangan kemuliaan Allah. Dan karena pelanggaran satu orang, semua orang telah jatuh di dalam kuasa maut (Rom 3:23, 5:15b).
  • Garis diagonal (1-3) menggambarkan gerak degradasi (kemerosotan) martabat dan moral manusia yang semakin menurun seturut dengan perjalanan sejarah kehidupan.
  • Garis vertikal (3-4) menggambarkan peristiwa pada saat manusia bertobat dengan iman menerima karya keselamatan Yesus. Pada saat itu ia mendapat status dibenarkan, dikuduskan dalam Kristus diberikan kuasa menjadi anak Allah dan diberi hak (mendapat akses) menghampiri Allah. Ini baru awal pengalaman keselamatan. Kalau hanya berhenti pada titik justification dan berpikir yang penting sudah selamat namun tidak bertumbuh dalam dirinya kehidupan Kristus, atau dalam dirinya tidak ada perubahan, maka ia akan mengalami kejenuhan (bosan) dan mulai iseng-iseng kembali kepada dosa lama dan akhirnya malah lebih jahat dari sebelumnya. Garis diagonal setelah lewat titik 3 akan turun terus ke bawah (Luk 11:26).
  • Garis diagonal (3-5) menggambarkan proses keselamatan dan pertumbuhan. Setelah mendapat status (dinyatakan) kudus (justification), harus mengaktualisasi karakter kudus dalam hidup sehari hari (proses sanctification). Setelah orang percaya mendapat kuasa menjadi anak-anak Allah ia harus mengaktualisasi karakter anak-anak Allah (hamba Allah) dalam hidup sehari-hari dan terus berproses sampai menjadi seperti Yesus (Rom 8:29).
  • Dan klimaksnya pada saat Yesus datang kembali, digambarkan garis vertikal (5-6), dengan sekejap mata kita akan diubah menjadi seperti Yesus (1 Yoh 3:2-3, 1 Kor 15:52, Ibr 9:28). Dan orang yang mengharapkan ini pasti terdorong untuk lebih lagi menyucikan diri (2 Kor 7:1). Bagi yang menang sampai akhir akan mewarisi kemuliaan bersama Yesus, duduk bersama- sama dengan-Nya di atas tahta-Nya (Why 3:21).

D. Penolong (sarana) dalam proses pengudusan

Semua orang percaya yang telah beroleh status dikuduskan karena iman dalam Kristus mempunyai panggilan atau amanat untuk hidup kudus (1 Kor 1:2, lihat penjelasan butir 3 di atas). Bahkan sejak PL, jemaat sudah memiliki panggilan yang sama. “Kuduslah kamu, sebab Aku, Tuhan, Allahmu, kudus” (Im 19:2). Kalau Tuhan memberikan amanat kepada orang percaya mustahil kalau itu adalah hal yang tidak dapat dicapai. Pertama, la sudah memberikan kita kuasa untuk menjadi anak-anak Allah (Yoh 1:12), yaitu kuasa yang membangkitkan kerinduan untuk menjalani hidup baru yang menuju proses pengudusan sampai menjadi seperti Yesus, sempurna dan penuh kemuliaan (Mat 5:48, 1 Yoh 3:2-3). Dan yang kedua, Tuhan memberikan penolong atau sarana yaitu firman Tuhan dan Roh kudus.

1. Firman Tuhan

Ketika Tuhan Yesus mengungkapkan harapan-Nya kepada murid- murid-Nya agar mengeluarkan buah-buah imannya seperti carang anggur yang berbuah lebat, la mengatakan, "Kamu memang sudah bersih karena firman yang telah Kukatakan kepadamu" (Yoh 15:3). Dan dalam doanya kepada Bapa, "Kuduskanlah mereka dalam kebenaran; firmanMu adalah kebenaran" (Yoh 17:17).

Karya firman Tuhan yang membantu proses pengudusan hidup lebih lanjut dalam 2 Timotius 3:16-17, "Segala tulisan yang diilhamkan Allah memang bermanfaat untuk mengajar, untuk menyatakan kesalahan, untuk memperbaiki kelakuan dan untuk mendidik orang dalam kebenaran. Dengan demikian tiap-tiap manusia kepunyaan Allah diperlengkapi untuk setiap perbuatan baik."

2. Roh Kudus

Sebenarnya Roh Kudus dan firman adalah dua hal yang tak dapat dipisahkan. Roh Tuhan bekerja lewat firman-Nya dengan memberi pencerahan dalam hati, sehingga impartasi kebenaran Firman Tuhan akan memampukan kita untuk berjalan dalam kekudusan. Kekaguman akan kebenaran firman Tuhan membuat kita meresponi dengan sukarela untuk tumbuh dan taat, inilah kiat proses pengudusan. Seperti ungkapan Rasul Paulus, “Supaya tuntutan hukum Taurat digenapi di dalam kita, yang tidak hidup menurut daging, tetapi menurut Roh” (Rom 8:4). Pengudusan adalah hasil karya Roh yang sudah ada di dalam kita; bekerja sama dengan kerelaan atau kemerdekaan kita untuk taat dan kesediaan kita agar Roh yang memerintah hidup kita (Rom 8:9, 7:6, 2 Kor 3:17). Namun jangan salah dengan berasumsi bahwa kita akan hidup enak dan semua akan berjalan lancar tanpa hambatan, pencobaan atau pergumulan. Galatia 5 menjelaskan tentang adanya pergumulan atau pertentangan antara daging (sifat manusia lama yang berdosa) dengan Roh. Namun selama orang percaya mau memberi dirinya untuk dipimpin oleh Roh, ia tidak akan dikalahkan oleh godaan-godaan; dan dengan demikian akan mencapai tujuan keselamatan (kemerdekaan) yaitu untuk melayani sesama dengan penuh kasih (Gal 5:13).

Roh yang menguduskan (Rom 1:4). Roh yang memberi kuasa (Kis 1:8) dan Roh yang memberi karunia; Roh yang memberi kuasa dalam pelayanan bersumber dari Allah yang satu dan Roh yang satu. Jadi orang yang menginginkan dirinya dipakai Tuhan dengan penuh kuasa dalam pelayanan haruslah hidup dalam kekudusan.

E. Beberapa aspek kekudusan

Kita perlu mempelajari penjelasan Alkitab tentang aspek kekudusan:

1. Kekudusan sebagai tujuan panggilan (pilihan)

Segala sesuatu yang berkenaan dengan tujuan ibadah atau pelayanan bagi Tuhan dalam Perjanjian Lama disebut kudus; mulai dari kemah sembahyang, mezbah, minyak urapan, para imam, hari Sabat bahkan hari-hari raya dinyatakan kudus. Itu semua dipisahkan dari pemakaian sehari-hari, dan dipersembahkan khusus bagi Tuhan. Demikian juga dengan pemahaman yang hampir sama, arti kudus dalam pengertian status dalam Kristus di Perjanjian Baru. Di dalam Kristus kita dikuduskan, dipisahkan dari dunia untuk satu tujuan (Kis 9:13, Rom 8:27, I Kor 1:2, 6:1). Kematian Kristus sebagai dasar Gereja dinyatakan kudus, adalah hal yang sudah dikerjakan Kristus sekali untuk selamanya (Ibr 10:10). Namun harus diingat, itu belum meliputi pengertian telah mencapai karakter moral. Paulus menegur keras jemaat Korintus yang masih duniawi sebab masih ada iri hati dan perselisihan (1 Kor 3:3, 6-7); namun demikian mereka sudah disebut kudus dalam Kristus. Mereka memiliki tugas moral yaitu mengaktualisasikan karakter kudus, "dan yang dipanggil menjadi orang-orang kudus" (I Kor 1:2). Dari uraian tersebut menghantar kita pada aspek berikutnya.

2. Pengalaman batiniah

Alkitab juga menjelaskan bahwa kekudusan lebih dari status atau posisi baru manusia di hadapan Allah tetapi juga meliputi sesuatu yang terjadi di dalam hati, yaitu Tuhan mulai mengimpartasikan kekudusan didalam hati orang percaya dimulai dengan kelahiran baru. Aktualisasi kekudusan yang dimulai dari kelahiran baru dalam menyatukan diri dengan kematian dan kebangkitan Yesus (Rom 6:1-23). Mati dari hidup manusia yang lama, dan bangkit dalam manusia baru. Orang percaya yang memiliki komitmen untuk taat kepada Yesus adalah bukti bahwa ia telah memiliki proses pengudusan di dalam hati.

3. Karya Allah

Firman Tuhan menjelaskan bahwa kekudusan adalah karya Allah.

"Semoga Allah damai sejahtera menguduskan kamu seluruhnya” (1 Tes 5:23).

Doa Yesus kepada Bapa agar mereka dikuduskan didalam kebenaran (Yoh 17:17). Bapa bersama Yesus Kristus terlibat dalam pengudusan. Namun Alkitab banyak menjelaskan bahwa peranan pengudusan dilakukan melalui Roh Kudus (I Pet 1:2). Roh Kudus tidak hanya memulai dan kemudian membiarkan kita berjalan sendiri. Rasul Paulus mengatakan, "Hiduplah oleh Roh, maka kamu tidak akan menuruti keinginan daging” (Gal 5:16). Jadi Tuhan mengubahkan kita melalui persekutuan yang terus menerus dengan Tuhan dalam Roh Kudus, sampai kita menjadi serupa dengan Kristus (2 Kor 3:18) dan menghasilkan buah Roh (Gal 5:22-23) sebagai bukti perubahan hati kita.

4. Orang percaya harus mengerjakan bagiannya

Kekudusan adalah karya Allah dan sekaligus juga upaya manusia. Pekerjaan Roh dalam pengudusan adalah hal yang sangat penting, namun tanpa respon orang percaya yang mau mengupayakan untuk mengaktualisasikannya dalam realita hidup sehari-hari maka pengudusan gereja tidak akan terwujud. Kita tidak bisa pasif dan membiarkan Roh Kudus mengerjakan semuanya; karena proses pengudusan tidak memosisikan kita sebagai robot yang disetel untuk selalu berbuat baik dan tak bisa berbuat salah atau jahat.

Perjanjian Lama menjelaskan bahwa Allah menguduskan umat- Nya (Kel 31:31) tetapi umat-Nya diperintahkan untuk menguduskan diri (Bil 11:18). Bila Rasul Paulus mengatakan, “Kerjakan keselamatanmu dengan takut dan gentar” (Fil 2:12). Kenneth S. Wuest dalam bukunya Philippians in the Greek New Testament menjelaskan: kalimat “kerjakan keselamatanmu” dari teks Grika dikatakan to work out your own salvation, artinya upaya tersebut bukan sebagai syarat untuk menerima (memulai) keselamatan, tetapi berangkat dari keselamatan yang telah di teri ma dal am Yesus. Kita harus menindaklanjuti mengaktualisasikannya sampai mencapai tujuan terakhir yaitu menjadi serupa dengan Kristus.

Surat Ibrani 12:14 juga mengatakan: "Berusahalah hidup damai dengan semua orang dan kejarlah kekudusan, sebab tanpa kekudusan tidak seorangpun akan melihat Tuhan."

Roh Kudus memberikan kemampuan di dalam hati untuk tunduk; mendisiplin diri terus-menerus dalam pergumulan menolak dosa (kedagingan, sifat manusia lama). Tidak ada jalan pintas yang gampang untuk mencapai kekudusan dan otoritas ilahi dalam atmosfer kepentakostaan.

Untuk mencapai hal tersebut ada 2 hal yang harus dilakukan dalam proses pengudusan:

  1. Hal-hal yang harus ditanggalkan (dibuang, dimatikan) - sisi negatif
  2. Walaupun dalam Kristus kita sudah lahir baru, bukan berarti manusia lama (daging, Grika-Sarx) sudah lenyap. Kedagingan itu masih ada. Rasul Paulus dalam 2 Korintus 10:3 berkata: Memang kami masih hidup didunia (Grika: Sarx, daging, manusia lama), tetapi kami tidak berjuang secara duniawi (Sarx).

    Itulah sebabnya orang percaya terpanggil untuk mematikan daging, manusia lama, dengan kuasa Roh (Rom 8:13, Gal 5:16-21). Juga untuk menanggalkan tabiat manusia lama (Ef 4:22, Kol 3:5-9). Hal yang menarik, kata “mematikan” dalam Kol 3:5 dan Rom. 8:13 dalam bahasa aslinya (Grika) dipakai kata yang berbeda dengan tenses (perubahan bentuk kata kerja sesuai keterangan waktu, durasi kegiatan atau kejadian) yang berbeda, maka dengan sendirinya memiliki pemahaman dan aplikasi yang berbeda pula:

    • Kol 3:5 memakai kata nekrosate dan dalam bentuk arist (perbuatan pada waktu yang spesifik), mati dari hidup yang lama bersama kematian Kristus sekali untuk seterusnya, sebagai komitmen kudus yang berpusat pada Kristus.
    • Dalam Rom 8:13 memakai kata thanatoute dan dalam bentuk present progressive yang berarti orang percaya perlu terus- menerus oleh kehidupan sehari-hari mengaktualkan perbuatan mematikan daging/sifat manusia lama.

    Keinginan Tuhan untuk tiap orang percaya adalah kemenangan atas dosa; karena tanpa kemenangan atau kemerdekaan dari kuasa dosa kita kehilangan segala kekayaan berkat Kristus yang telah la sediakan.

  3. Hal-hal yang harus dikenakan - sisi positif
  4. Korban Yesus di atas salib sudah memberi dasar pemberlakuan negatif dan positif dalam proses pengudusan: “Supaya kita, yang mati terhadap dosa, hidup untuk kebenaran” (1 Pet 2:24).

    Hidup untuk kebenaran berarti diserahkan (diabdikan) untuk kekudusan. Sisi positifnya adalah memelihara kesetiaan kepada Tuhan dan hidup membuahkan karakter Kristus. Gaya hidup ini harus ditopang dengan penuh komitmen dan kehausan akan kebenaran. Yesus mengatakan, “Berbahagialah orang yang lapar dan haus akan kebenaran” (Mat 5:6, 6:33).

    Kehausan ini akan mendorong orang untuk secara berkelanjutan memelihara sikap penyerahan diri kepada Tuhan; Rasul Paulus mengatakan untuk, “Menyerahkan anggota-anggota tubuhmu menjadi hamba kebenaran yang membawa kamu kepada pengudusan. Setelah kamu dimerdekakan dari dosa dan setelah kamu menjadi hamba Allah, kamu beroleh buah yang membawa kamu kepada pengudusan dan sebagai kesudahannya ialah hidup kekal” (Rom 6:19,22).

    Sisi positif lainnya dengan lebih jelas dikatakan: "Dan mengenakan manusia baru, yang telah diciptakan menurut kehendak Allah didalam kebenaran dan kekudusan yang sesungguhnya" (Ef 4:24). “Tetapi hendaklah kamu menjadi kudus di dalam seluruh hidupmu sama seperti Dia yang kudus yang telah memanggil kamu” (1 Pet 1:15,16). Baca dan renungkan juga Filipi 4:8.

    Bagaimana supaya hal tersebut bisa terlaksana, perhatikan beberapa saran di bawah ini:

    • Hidup penuh dengan Roh Kudus (Ef 5:18, Rom 8:14).
    • Tunduk pada disiplin Allah (Ibr 12:5-11).
    • Pelihara persekutuan dengan Tuhan (Yoh 15:4).
    • Pelihara persekutuan dengan sesama orang percaya (Ef 4:15,16).
    • Tingkatkan penyerahan di dalam kehidupan doa (Mat 6:5-15, Kol 4:2).
    • Tingkatkan penyerahan dan disiplin diri (Luk 9:23, 2 Tim 2:3-6).