Manusia (Pengajaran Dasar GBI)

Dari GBI Danau Bogor Raya
Lompat ke: navigasi, cari

Semua manusia sudah berdosa dan kehilangan kemuliaan Allah sehingga harus bertobat dan berpaling kepada Allah untuk menerima pengampunan dosa.

A. Pendahuluan

Pemahaman tentang manusia merupakan satu doktrin yang penting untuk diketahui. Pembahasan ini dapat dilakukan secara filosofis maupun teologis. Namun pada bagian ini pembahasan yang dilakukan bersifat teologis. Hal itu berarti bahwa uraian atau penjelasan tentang manusia akan dilakukan berdasarkan tinjauan alkitabiah.

Pembahasan secara alkitabiah tentang manusia jauh lebih penting untuk dipahami bukan karena kita orang Kristen, melainkan karena keyakinan bahwa Alkitab adalah sumber penyataan Allah yang utama. Pendekatan filsafat tentang manusia dapat merupakan acuan lain untuk memahami siapakah manusia itu. Tetapi perlu disadari bahwa pembahasan manusia seperti itu hanya merupakan satu segi dari penyataan Allah yang bersifat umum.

Perlu ditegaskan di sini bahwa pembahasan mengenai manusia perlu dilakukan untuk melihat relasi atau hubungannya dengan Allah, sesama dan alam sekitar. Penjelasan ini dapat dihubungkan dengan Pengakuan Iman GEREJA BETHEL INDONESIA, alinea ke-4 bahwa, "Semua manusia sudah berdosa dan kehilangan kemuliaan Allah sehingga harus bertobat dan berpaling kepada Allah untuk menerima pengampunan dosa."

B. Asal usul manusia

Ada tiga teori yang berkembang mengenai keberadaan manusia yakni teori evolusi, teori evolusi teistik dan teori penciptaan.

1 . Teori Evolusi

Charles Darwin adalah tokoh dari teori evolusi. Menurut teori evolusi keberadaan manusia merupakan hasil dari suatu perkembangan atau proses yang secara lambat laun mengalami perubahan bentuk dari sederhana meningkat kepada yang lebih sempurna. Teori evolusi sebanding dengan filsafat materialisme dalam memandang eksistensi alam semesta yaitu benda berasal dari benda.

2. Teori Evolusi Teistik

Dalam teori evolusi teistik, manusia diakui merupakan ciptaan Allah. Namun demikian keberadaannya sebagai manusia tidak terjadi secara langsung melainkan secara bertahap atau secara evolusi. Mereka mendasarkan pandangannya kepada ilmu pengetahuan dan mencocokkannya dengan Alkitab. Bahwa adanya manusia purba dapat juga ditemukan di Alkitab.

3. Teori Penciptaan

Dalam teori penciptaan diyakini dan diakui bahwa eksistensi keberadaan manusia terjadi karena manusia diciptakan oleh Allah. Bahkan segala sesuatu yang ada di dalam alam semesta ini ada karena Allah yang menciptakannya. Alkitab menyatakan: "Pada mulanya Allah menciptakan langit dan bumi" (Kej 1:1). Pada bagian lain Alkitab menyatakan, "Karena di dalam Dialah telah diciptakan segala sesuatu, yang ada di sorga dan yang ada di bumi, yang kelihatan dan yang tidak kelihatan " (Kol 1:16).

Jika kita menyimak Alkitab secara sungguh-sungguh dan tanpa bermaksud kompromi dengan teori yang ada di sekitar ilmu pengetahuan maka kita akan jelas dapat menemukan asal usul manusia. Bahwa manusia ada karena diciptakan oleh Allah sendiri. Alkitab menyatakan, "Berfirmanlah Allah: Baiklah Kita menjadikan manusia menurut gambar dan rupa Kita. Maka Allah

menciptakan manusia itu menurut gambar-Nya, menurut gambar Allah diciptakanNya dia; laki-laki dan perempuan diciptakanNya mereka" (Kej 1:26,27, bandingkan dengan Yak 3:9).

Jadi dapat disimpulkan bahwa teori evolusi dan teori evolusi teistik tidak sesuai dan bertentangan dengan Alkitab. Pandangan yang alkitabiah tentang keberadaan manusia adalah teori penciptaan yaitu bahwa manusia ada karena diciptakan oleh Allah.

C. Manusia sebagai ciptaan Allah

Sebagai makhluk manusia diciptakan berbeda dari yang lainnya:

Ketika menciptakan ciptaan yang lain Tuhan berfirman, "Jadilah…" ("Jadilah terang": Kej 1:3, bnd. ayat 6,14) atau, "Hendaklah" ("Hendaklah segala air yang di bawah berkumpul pada satu tempat, sehingga kelihatan yang kering"; Kej 1:9, bnd. ayat 11,20,24). Tetapi pada saat menciptakan manusia Ia berkata, "Baiklah Kita menjadikan manusia…" (Kej 1:26). Itu berarti Allah bermusyawarah, karena menjadikan manusia lebih penting daripada makhluk lain (bnd. Kej 2:7). Jadi manusia diciptakan terencana sebagai mahkota ciptaan.

Allah tidak langsung berfirman tetapi menciptakannya dengan penuh kasih. ".. .Allah membentuk manusia itu dari debu tanah dan menghembuskan nafas hidup ke dalam hidungnya, demikianlah manusia itu menjadi makhluk yang hidup" (Kej 2:7).

Hanya manusia saja yang diciptakan menurut gambar dan rupa Allah.

Karena itu manusia diperintahkan untuk menguasai segala sesuatu; artinya bahwa derajat dan martabat manusia lebih tinggi dari makhluk lain.

Dengan ringkas dapat dikatakan bahwa makhluk lain di bumi berbadan kasar (memiliki tubuh), sedangkan manusia diberi roh. Antara roh dan tubuh (fisik) bukan "lebih hebat sedikit atau kurang hebat sedikit" dari makhluk lain, tetapi perbedaan tersebut mutlak dan dasarnya pun berbeda. Karena itu tidak benar kalau dikatakan bahwa manusia berasal dari suatu evolusi yang meyakini perubahan secara bertahap dari yang sederhana hingga mencapai kesempurnaan.

D. Pengertian gambar dan rupa Allah

Apakah yang disebut gambar Allah? Dalam Kejadian 1:26-27, ada perkataan gambar dan rupa, yang dalam bahasa asli Alkitab (bhs. Ibrani) hanya disebutkan tselem demuth tanpa kata “dan”. Dalam bahasa Latin diartikan sebagai Imago Dei (citra Allah). Hal itu mau menunjukkan bahwa kedua kata itu sama artinya. Karena itu pada satu bagian ada ayat yang hanya menggunakan kata “rupa”. Pada waktu manusia itu diciptakan oleh Allah, dibuatNyalah dia menurut rupa Allah (Kej 5:1, bnd. Yak 3:9). Sedang pada bagian lain ada ayat yang menggunakan kata “gambar”. Sebab Allah membuat manusia itu menurut gambarNya sendiri (Kej 9:6, bnd. Kej 1:27). Gambar atau rupa pada ayat-ayat tersebut hendak menunjukkan bahwa manusia diciptakan dengan memiliki citra atau karakter Allah. Berarti juga bahwa manusia diciptakan dengan potensi hubungan yang akrab dengan Allah. Jadi gambar atau rupa tidak boleh diartikan bahwa Allah mempunyai tubuh/fisik seperti manusia.

Pengertian gambar Allah secara khusus berarti bahwa manusia memiliki kemuliaan, kebenaran dan kesucian. Namun setelah manusia berdosa maka kemuliaan, kebenaran atau kesucian manusia itu hilang. Kemuliaan yang dimiliki oleh manusia adalah ketika ia dapat berhubungan atau bersekutu dengan Allah. Namun manusia tidak dapat mencapai sasaran yang telah Allah tetapkan yakni menjadi sekutu/sahabat Allah atau bersekutu dengan Allah, la tidak mengikuti ataupun taat pada perintah Allah. Sebaliknya manusia menjadi pemberontak dan melawan Allah. Manusia tidak menjadi sekutu Allah melainkan seteru Allah. Itulah yang terjadi ketika manusia ingin menjadi seperti Allah. Dengan mengikuti nasehat atau bujukan ular, Adam dan Hawa memetik lalu memakan buah pengetahuan baik dan jahat. Sejak saat itulah semua manusia (keturunan Adam dan Hawa) berdosa dan kehilangan kemuliaan Allah sebab ia tidak dapat berhubungan atau bersekutu dengan Allah (Rom 3:23). Manusia tidat memiliki kebenaran (Rom. 3:10). la juga tidak memiliki kesucian lagi sehingga diusir pergi dari hadapan Allah (1 Pet 1:15-16, Im 11:44-45).

Gambar Allah secara umum berarti segala sifat manusia berbeda dari makhluk lain yaitu memiliki pikiran, perasaan dan kemauan Setelah manusia itu berdosa, ia tidak kehilangan pikiran. la masih memiliki perasaan dan kehendak. Namun pikiran, perasaan dan kehendak yang dimiliki manusia dipusatkan kepada dirinya sendiri. Pikiran, perasaan dan kehendaknya ditujukan untuk mencari kebenaran dan kemuliaan diri sendiri.

Jadi setelah manusia berdosa gambar Allah pada manusia tidak hilang tetapi rusak. Karena itu manusia diminta bertanggung jawab kepada Allah atas segala sesuatu yang diperbuatnya (Rom. 14:12).

Namun Alkitab menyatakan bahwa meskipun manusia telah rusak tetapi Allah sanggup mengubah manusia berdosa itu menjadi baru di dalam persekutuan dengan Tuhan Yesus Kristus (2 Kor 5:17), sebab benih ilahi ada di dalamnya (1 Yoh 3:9) dan seterusnya mengalami tumbuh kembang sampai memperoleh kedewasaan penuh dan kesempurnaan dalam Kristus Yesus, menjadi serupa kembali dengan gambaran Anak-Nya (Ef 4:13, Rom 8:29, Kol 1:28).

E. Makna gambar dan rupa Allah

Alkitab menyatakan bahwa manusia diciptakan menurut gambar dan rupa Allah. Pemahaman tersebut dapat membawa kita kepada makna sebagai berikut:

1. Allah sebagai sumber hidup manusia

Allah adalah Pencipta alam semesta. Tidak ada sesuatu apapun dari yang ada yang tidak diciptakan oleh Allah (bandingkan Yoh 1:3). Seperti telah dikemukakan terdahulu bahwa Allah jugalah yang menciptakan manusia. Bahkan Allah menciptakan manusia menurut gambar dan rupa-Nya sendiri. Hal itu berarti bahwa Tuhan adalah sumber kehidupan manusia. Tanpa Sumber Hidup, yaitu Allah, manusia tidak memiliki arti hidup yang sesungguhnya. Ada yang mengatakan bahwa di dalam hati manusia ada sebuah sudut kosong yang tidak dapat diisi oleh apapun juga kecuali oleh Tuhan. Tanpa Tuhan hidup manusia tidak akan memiliki arti lagi. Dan manusia tanpa Sumber Hidup akan menyebabkan kekacauan dan kehancuran. Hal itu telah dinyatakan dalam Alkitab bahwa keadaan manusia tanpa Tuhan adalah kehidupan di dalam kecemaran dan kejahatan (Rom 1:18-32).

2. Allah sebagai model atau teladan hidup manusia

Jikalau manusia diciptakan menurut gambar dan rupa Allah berarti manusia harus meneladani Allah. Tetapi Alkitab menyatakan bahwa semua manusia sudah berdosa. Itu berarti bahwa manusia tidak dapat memancarkan gambar Allah yang ada di dalam dirinya. Jadi setelah manusia jatuh kedalam dosa hidupnya tidak semakin naik melainkan turun, bukan makin baik tetapi makin buruk.

Namun dalam ketidakberdayaan manusia Allah mengaruniakan AnakNya yang tunggal, Tuhan Yesus Kristus. Dia adalah gambar Allah yang sempuna. Tuhan Yesus adalah Allah. Tuhan Yesus Kristus adalah model atau teladan dalam ketaatan, penundukan diri, penyerahan hidup, sabar menanggung penderitaan, kerendahan hati, dsb. Tuhan Yesus menyatakan bahwa kita juga dapat melakukan apa yang Dia lakukan, bahkan pekerjaan-pekerjaan yang lebih besar (Yoh 14:12). Dan semua pekerjaan pelayanan (rasul, nabi, pemberita Injil, gembala dan pengajar)

harus dilakukan dengan tujuan untuk mengembalikan gambar Allah yang telah rusak itu. Alkitab menyatakan: "Dan lalah yang memberikan baik rasul-rasul maupun nabi-nabi, baik pemberita pemberita Injil maupun gembala-gembala dan pengajar-pengajar, untuk memperlengkapi orang-orang kudus bagi pekerjaan pelayanan, pembangunan tubuh Kristus, sampai kita semua telah mencapai kesatuan iman dan pengetahuan yang benar tentang Anak Allah, kedewasaan penuh, dan tingkat pertumbuhan yang sesuai dengan kepenuhan Kristus" (Ef 4:11-13).

3. Allah sebagai tujuan hidup manusia

Tujuan hidup manusia bukanlah apa yang ada dalam dunia ini: materi, uang, kedudukan, status sosial, dsb. Tujuan hidup manusia sesungguhnya adalah bersekutu dengan Allah. Manusia mengalami masa pencarian makna hidup sebelum ia bertemu dengan Allah. Sebaliknya setelah manusia bertemu dan hidup dalam pesekutuan dengan Allah hidupnya akan bermakna. Dan kebermaknaan hidup manusia itu terjadi kalau ia mengabdikan dirinya kepada Tuhan serta mengarahkan hidup kepada-Nya.

4. Allah menciptakan manusia sebagai ciptaan yang unik

Manusia diciptakan berbeda dari ciptaan yang lain. Keunikan manusia dari ciptaan yang lain adalah bahwa manusia diciptakan dengan kemampuan untuk bersekutu dengan Allah. Dalam persekutuannya dengan Allah, manusia dipanggil untuk mengabdikan diri sepenuhnya dalam penundukan kepada kehendak-Nya dan penyerahan hidup kepada Allah. Demikian pula tidak ada makhluk atau ciptaan lain yang diciptakan menurut gambar dan rupa Allah. Manusia diciptakan secara khusus dan spesial. la dibentuk dengan penuh kasih sayang dari debu tanah; seperti seorang yang mengukir patung bagian demi bagian dengan sepenuh hati dan perhatian, lalu menghembusinya dengan nafas-Nya sendiri sehingga manusia itu menjadi makhluk yang hidup (Kej 2:7) dan dapat berhubungan dengan Allah.

Para ahli ilmu jiwa juga meneliti dan menemukan bahwa di dalam dunia ini tidak ada dua manusia yang sama persis. Hal itu disebabkan karena setiap manusia itu unik. la bisa mirip dalam penampilan fisik tetapi sesungguhnya berbeda dalam karakter dan kepribadiannya, bahkan di antara anak kembar sekalipun. Karena itu kita harus bangga (bukan sombong) atas anugerah yang dikaruniakan-Nya kepada kita sehingga kita dapat tetap dan terus memandang Allah untuk menjadi orang seperti yang Allah inginkan.

F. Pengertian dosa

Alkitab dengan jelas menyatakan adanya dosa dengan segala konsekuensinya. Berikut ini beberapa bagian yang berhubungan dengan dosa.

1. Definisi dosa menurut beberapa ayat Alkitab

  1. Dosa diartikan sebagai pemikiran yang bodoh (Am 24:9).
  2. Pelanggaran terhadap hukum Allah diartikan sebagai dosa (1 Yoh 3:4).
  3. Dosa juga bisa disamakan dengan kejahatan, sebab setiap kejahatan berarti dosa (1 Yoh 5:17).
  4. Alkitab menyatakan bahwa segala sesuatu yang dilakukan tanpa iman berarti dosa (Rom 14:23).
  5. Orang yang tahu bagaimana harus berbuat baik tetapi tidak melakukannya disebut berdosa (Yak 4:17).

2. Istilah Alkitab mengenai dosa

Dalam bahasa asli Alkitab istilah dosa dipakai dalam beberapa kata yaitu sebagai berikut:

  1. Istilah Perjanjian Lama mengenai dosa
    • Khata artinya tidak mengenai sasaran (Im 4:2-3, 25-35, Maz 32:1,5, 51:2-5, Yes 53:10,12).
    • Ra artinya menghancurkan, menghentikan, jahat.
    • Pasha artinya memberontak, pelanggaran (Kel 34:7, Bil 14:18, Maz 19:13, 32:1, Yes 53:8, Dan 9:24).
    • Awon artinya perasaan bersalah akibat perbuatan dosa yang dilakukannya (Maz 52:3, Im 16:21-22, Maz 103:3,10, Yes 53:5, 11, Dan 9:24).
    • Shagag artinya melakukan kesalahan, tersesat seperti domba.
    • Asham artinya rasa bersalah (Im 6:2,5,6, 7:1-7).
    • Taah artinya menyimpang, tersesat.
    • Jadi konsep dosa menurut Perjanjian Lama adalah:
    • Dosa bertentangan dengan norma dan merupakan ketidaktaatan kepada Allah.
    • Perbuatan salah akan menyebabkan rasa bersalah.
    • Dosa merupakan perbuatan aktif dalam kesalahan atau tindakan menuju sasaran yang salah.
  2. Istilah Perjanjian Baru mengenai dosa
    • Kakos artinya buruk, tidak baik.
    • Poneros artinya kejahatan.
    • Hamartia artinya tidak mencapai sasaran (Mat 1:21, 26:28, Luk 24:47, Yoh 8:24, Kis 2:38, Rom 3:20).
    • Hamartema artinya ketidakpatuhan terhadap hukum (Mar 3:28, 4:12, Rom 3:25, 1 Kor 6:18).
    • Anomia artinya kedurhakaan, tidak punya aturan/hukum (Mat 7:23, 23:28, 24:12, Rom 4:7, 6:19, 2 Tes 2:7).
    • Parabates artinya pelanggaran (2 Pet 2:16).
    • Paraptoma artinya pelanggaran secara sengaja (Mat 6:14-15, Rom 4:24, 5:15-20, 11:11-12, 2 Kor 5:19, Gal 6:1).
    • Agnosis artinya tidak berpengetahuan, tidak berpengertian (Ibr 9:7).
    • Jadi konsep dosa menurut Perjanjian Baru adalah:
    • Semua dosa adalah pelanggarna hukum atau pemberontakan.
    • Dosa atau kejahatan memiliki bentuk yang banyak sekali.
    • Dosa menuntut pertanggung jawaban manusia.

G. Kejatuhan manusia

Alkitab tidak menyatakan tentang asal mula dosa/yang kita ketahui adalah Tuhan Mahasuci (I Yoh1:5) dan Tuhan yang menciptakan segalanya tidak menciptakan dosa. Namun Alkitab menyatakan:

  1. Manusia diciptakan dengan kemungkinan untuk berbuat berdosa karena manusia diberikan kehendak bebas yaitu kebebasan untuk memilih taat kepada Allah atau melawan kehendak Allah. Dan kebebasan itu harus dipergunakan dengan penuh tanggung jawab.
  2. Pohon pengetahuan tentang baik dan jahat diberikan sebagai ujian ketaatan, agar manusia secara rela dan atas kehendaknya sendiri memilih Allah, dan menolak Iblis.
  3. Tuhan mengizinkan manusia digoda setan.
  4. Manusia yang suci itu tergoda oleh Iblis, kemudian ia mengambil serta memakan buah pengetahuan yang baik dan jahat. Kejatuhan manusia terjadi karena manusia lebih percaya kepada Iblis daripada kepada Allah sehingga ia tidak taat kepada Allah. Jadi dosa tidak berasal dari Allah. Allah tidak menciptakan dosa. Bahkan Allah tidak menciptakan suatu kejahatan. Dalam Kitab Kejadian dinyatakan bahwa setelah Allah menciptakan langit dan bumi, "Maka Allah melihat segala yang dijadikanNya itu, sungguh amat baik" (Kej 1:31). Perkataan “sungguh amat baik” dalam ayat tersebut mempunyai arti bahwa semua ciptaan itu telah diciptakan sesuai dengan maksud dan rencana Allah, tidak meleset sedikitpun, dan tanpa cacat atau cela.

H. Sumber dosa

Ada yang menyatakan bahwa (Roh) Allah sebagai sumber kebaikan, sedangkan benda sumber kejahatan. Manusia memiliki tubuh yang jahat dan roh yang baik. Menurut pandangan itu Tuhan membagi ciptaan-Nya ke dalam 2 bagian yakni benda yang rendah dan benda yang tinggi (termasuk manusia karena memiliki unsur roh di dalamnya). Oleh sebab itu manusia yang menghampiri Allah harus melepaskan dan menghinakan benda atau tubuhnya sendiri sebab tubuhnya mengikat.

Pandangan itu bertentangan dengan Alkitab karena Tuhan menciptakan benda atau tubuh sebagai ciptaan yang baik. Allah menciptakan semesta yaitu benda dan roh yang amat baik. Tuhan tidak menyatakan bahwa dosa ada di dalam benda atau tubuh, melainkan di dalam hati manusia (Mat 15:19).

Alkitab mengatakan bahwa keinginan daging bertentangan dengan keinginan Roh (Gal 5:17). Jadi sumber dosa itu bukanlah daging secara fisik atau tubuh jasmani, melainkan keinginan daging. Jadi bukan Tuhan yang merupakan sumber dosa. Dan dosa menjadi tanggung jawab manusia; karena itu jangan berbuat dosa.

I. Menjalarnya dosa

Plagius berpendapat bahwa dosa tidak menjalar karena bersifat moral bukan benda. Orang yang melakukan dosa saja yang harus dihukum. Jadi dosa Adam tidak berpengaruh pada keturunannya karena mereka dilahirkan sebagai orang baik. Tetapi pendapat Plagius ditentang oleh Agustinus, Luther dan Calvin. Alkitab menjelaskan bahwa dosa Adam menjalar kepada keturunannya (Kej 3:15, band. Maz 51:7, Rm 5:12, I Kor 15:12,22).

Dengan demikian dosa dibedakan menjadi dosa warisan dan dosa perbuatan.

1. Dosa warisan: dibagi menjadi kesalahan warisan dan kerusakan warisan.

  1. Kesalahan Warisan.
  2. Adam adalah "kepala manusia", maka tidak heran kalau semua manusia yang dikepalai Adam turut melanggar perjanjian tersebut seperti dalam Kejadian 2. Pemimpin bangsa melibatkan bangsa yang dipimpinnya. Kesalahan Adam menjadi kesalahan kita. Terbukti dari hukuman yang dijatuhkan Allah kepada Adam dan keturunannya (Kej 3:15-16, Rm 6:23).

  3. Kerusakan Warisan.
  4. Karena dosa maka Adam menjadi benih yang tidak baik. Dan benih yang tidak baik itu akan menentukan pohon di kemudian hari. Hukuman terhadap Adam merusak jiwa dan tubuh, bahkan bukan sekadar "sakit” tetapi "mati". la tidak dapat berbuat baik tetapi cenderung kepada yang jahat. (Ef 2:1). Kerusakan warisan berjalan karena benih laki-laki melalui kelahiran (Ayb 14:4, Yoh 3:6). Apakah Allah adil jika kesalahan Adam ditimpakan kepada keturunannya? Benar. Tuhan adalah Allah yang Mahaadil. Kesalahan Adam menjadi kesalahan seluruh umat manusia. Namun Allah juga yang telah menentukan “Adam yang akhir”, yaitu Tuhan Yesus Kristus, untuk membenarkan semua manusia berdosa berdasarkan iman, bukan berdasarkan kelahiran (Rm 5:18-19, 1 Kor 15:22, 45).

2. Dosa perbuatan

Dosa perbuatan adalah dosa yang dilakukan oleh manusia itu sendiri. Tentu hal tersebut disebabkan oleh dosa warisan yang mendatangkan kelemahan sehingga tidak dapat berbuat baik dan cenderung kepada yang jahat.

  1. Dosa dibedakan menjadi dosa pikiran, dosa perkataan dan dosa perbuatan.
  2. Namun dosa tersebut merupakan dosa manusia seutuhnya. Jadi dosa tidak dibedakan berdasarkan besar kecil atau berat ringannya pelanggaran, karena dosa tetap dosa.

  3. Alkitab juga menyatakan adanya dosa terhadap Roh Kudus.
  4. Dalam Matius 12:24-32, ketika Yesus menyembuhkan seorang yang buta dan bisu karena kerasukan setan, Yesus dituduh mengusir setan dengan kuasa Beelzebul atau penghulu setan.

Kemudian Yesus menyampaikan peringatan tentang dosa penghujatan terhadap Roh Kudus bahwa, "Apabila seorang mengucapkan sesuatu menentang Anak Manusia (Yesus Kristus), ia akan diampuni, tetapi jika ia menentang Roh Kudus, ia tidak akan diampuni” (Mat 12:32). Jadi penghujatan terhadap Roh Kudus diartikan sebagai menentang pekerjaan Roh Kudus; menyatakan pekerjaan yang dilakukan oleh Roh Kudus sebagai pekerjaan Iblis.

Ada pula yang mengartikan penghujatan Roh Kudus sebagai kemurtadan. Bahwa orang yang sudah mengecap dan tinggal dalam kebenaran Allah, namun tanpa paksaan dari siapapun atau tanpa keadaan apapun, secara sadar meninggalkan kebenaran tersebut. Bila hal itu terjadi maka tidak ada lagi korban Kristus untuk penebusan dosanya (Band. Ibr 6:4-6, I Yoh 5:16).

Namun perlu diketahui juga bahwa orang yang takut dan kuatir kalau-kalau ia berdosa terhadap Roh Kudus, maka orang itu sebenarnya tidak berdosa terhadap Roh Kudus.

J. Akibat dosa

Dosa memiliki akibat yang sangat luas dan mengerikan.

Kasih Allah setara dengan keadilan-Nya. Allah yang adil harus menghukum dosa, namun kasih Allah Yang Mahasuci tidak mungkin bersama-sama dengan yang najis. la membenci dosa tetapi mengasihi orang berdosa. Dengan menghukum Adam, Allah menggenapi firman-Nya (Kej 2:17).

Jika Allah menghukum, hal itu mempunyai 2 arti. Hukuman Allah bagi orang berdosa berarti ganjaran bagi perbuatan jahat. Sedangkan bagi orang percaya, hukuman Allah merupakan disiplin atau hajaran yang memurnikan orang yang bergaul dengan Allah

Hukuman terhadap dosa meliputi:

1. Maut atau kematian

Alkitab menyatakan bahwa upah dosa ialah maut (Rm 6:23). Maut artinya perceraian antara apa yang telah dipersatukan oleh Tuhan. Maut atau kematian terdiri dari:

  1. Perceraian roh dan tubuh (mati jasmani)
  2. Allah menciptakan manusia sebagai tubuh dan roh, tetapi suatu saat tubuh akan kembali menjadi debu, dan roh kembali kepada Allah yang mengaruniakannya (Pkh 12:7). Kematian Adam secara jasmani setelah ia makan buah pengetahuan yang baik dan jahat tidak terjadi pada hari itu juga. Tetapi kematian jasmani pasti akan dialaminya kemudian.
  3. Perceraian antara Allah dengan manusia (mati rohani). Namun jika orang berdosa itu bertobat dan kembali kepada Allah, hubungannya dapat dipulihkan sehingga ia tidak mengalami kematian rohani.
  4. Perceraian kekal antara Allah dengan manusia (kematian kedua, kematian kekal, Why 21:8). Hal ini akan terjadi kepada orang berdosa yang tidak mau bertobat dan kembali kepada Allah sehingga ia akan mengalami kematian kekal.

2. Hubungan manusia dengan Allah menjadi rusak

Sebelum manusia berdosa, manusia hidup enak di Taman Eden. Setelah berdosa, diusir dari taman itu dan tersingkir dari hadirat Tuhan. Ia harus bekerja keras dan mengalami banyak kesulitan. Rusaknya hubungan dengan Allah membawa dampak bagi yang lain. Hubungan dengan sesama manusia dan dengan lingkungan sekitarnya juga menjadi tidak harmonis.

K. Bertobat dan akibatnya

Dari penjelasan di atas, jelaslah bahwa semua manusia sudah berdosa. Dan untuk menerima pengampunan dosa maka ia harus bertobat.Tidak ada jalan lain untuk pemulihan hubungan dengan Allah kecuali bertobat. Dalam hal inilah maka berita tentang pertobatan harus disampaikan agar manusia berdosa dapat menerima anugerah keselamatan dari Allah.

Pada bagian berikut kita akan melihat pengertian bertobat. Bahwa bertobat bukan hanya berhenti dari berbuat dosa. Bertobat berarti stop berbuat dosa, kemudian berpaling kepada Allah. Setelah seseorang menyadari bahwa ia berdosa maka ia harus berhenti melakukan dosa. Ia harus berpaling kepada Allah, melangkah dan berjalan menuju Allah dengan cara sungguh-sungguh hidup di dalam persekutuan dengan Allah. Unsur lain yang ada dalam pertobatan adalah penyesalan. Namun tidak semua penyesalan dapat diartikan pertobatan. Misalnya, Yudas Iskariot yang menyerahkan Yesus untuk disalibkan. Setelah melakukan itu Yudas Iskariot sangat menyesal tetapi ia tidak datang kepada Allah untuk minta pengampunan-Nya.

Ada yang mengatakan bahwa bertobat artinya berhenti berbuat dosa dan mulai melakukan kehendak Tuhan. Firman Allah dinyatakan melalui nabi Yehezkiel, “... Bertobatlah dan berpalinglah dari segala durhakamu..., Buanglah dari padamu segala durhaka yang kamu buat terhadap Aku dan perbaharuilah hatimu dan rohmu! Bertobatlah, supaya kamu hidup!" (Yeh 18:30-32). Jadi adanya kesadaran, penyesalan, pengakuan dan keputusan bertobat dari segala dosa, serta mengikut Tuhan Yesus Kristus dengan setia adalah hal yang mendatangkan kelepasan dan keselamatan yang kekal.

Dalam Alkitab dipakai beberapa istilah untuk tobat:

  1. Istilah Perjanjian Lama
    • Nakhos artinya menyesal.
    • Syub artinya berpaling dan kembali kepada Tuhan (meninggalkan jalan yang dilalui atau meninggalkan pekerjaan yang dilakukan).
  2. Istilah Perjanjian Baru
    • Metanoia, kata ini menunjuk pada perubahan dalam hati atau perubahan niat.
    • Epistrope, kata ini menunjuk pada perubahan dalam gaya/cara hidup atau tingkah laku yang kelihatan.

Jadi bertobat berarti keadaan di mana seorang berdosa menyesali dosa-dosanya yang ditunjukkan oleh firman Allah dan jamahan Roh Kudus, sehingga dengan kehendaknya sendiri ia mengubah pikirannya dan hatinya, lalu berbalik dari dosanya dan berpaling pada Allah. Sebelumnya ia ber-tuhan-kan diri sendiri, kini ia menjadikan Yesus Kristus sebagai Tuhan dalam hidupnya. Dengan demikian pertobatan menyangkut 3 hal berikut:

  1. Pertobatan menyangkut pikiran seseorang.
  2. "Dan anak itu menjawab: 'Aku tidak mau' tetapi kemudian ia menyesal lalu pergi juga" (Mat 21:30). Perkataan 'menyesal di sini berarti mengubah pikiran. Hal ini juga dilukiskan dalam perumpamaan anak terhilang dalam Luk 15 dan Luk 18.

  3. Pertobatan menyangkut perasaan hati.
  4. Rasul Paulus berkata: "Namun sekarang aku bersukacita, bukan karena kamu telah berdukacita, melainkan karena dukacitamu membuat kamu bertobat (2 Kor 7:9). Ini adalah dukacita di dalam hati yang disebabkan oleh perbuatan yang melanggar hukum Allah. Pertobatan sejati mengakibatkan perubahan sikap hati yang besar.

  5. Pertobatan menyangkut kehendak seseorang
  6. Salah satu kata Ibrani untuk bertobat adalah syub atau epistrope yang berarti berbalik atau kembali. Anak yang hilang itu berkata, “Aku akan bangkit dan pergi kepada Bapaku". Anak itu telah mengubah pikirannya, menyesal, bangkit serta berbalik kepada bapanya. Orang yang bertobat merasa hancur hati oleh sebab dosa-dosa yang diperbuatnya. Karena itu ia meninggalkan dosanya itu lalu kembali kepada Allah.

Jika seorang menyadari bahwa dirinya berdosa dan hanya menyesali dosa itu namun tidak meninggalkan dosanya, maka itu bukan pertobatan yang sungguh. Pertobatan yang sungguh meliputi mengaku dosa kepada Allah serta permohonan ampun.

Yang perlu diperhatikan ialah bahwa pertobatan merupakan karunia Allah. la menarik hati kita kepada pertobatan. Itulah pekerjaan Roh Kudus dalam manusia. "Maksud kemurahan Allah ialah menuntun engkau kepada pertobatan” (Rom 2:4). Kita diperintahkan Allah untuk bertobat, dan Ia akan memberikan dorongan pertobatan kepada barangsiapa yang mau memperhatikan gerakan Roh Kudus di dalam hatinya.

Seseorang yang belum mengenal Yesus Kristus dan kemudian menyesali dosanya serta menerima Yesus Kristus sebagai Juruselamat, disebut pertobatan pertama yang terjadi hanya satu kali. Pertobatan dari seorang yang sudah menerima Yesus Kristus sebagai Juruselamatnya terjadi berulang kali untuk pengudusan dari dosa-dosa yang diperbuat, disebut sebagai pertobatan yang terus menerus.

Hasil dari Pertobatan:

  1. Menerima pengampunan dosa dan penyucian (1 Yoh 1:9, Yes 1:18).
  2. Tanpa pertobatan tidak ada pengampunan dosa. Karena itu pertobatan merupakan jalan bagi manusia untuk memperoleh pengampunan

  3. Mempunyai rasa damai dengan Allah (2 Kor 5:19-20).
  4. Pengampunan berarti juga pendamaian. Orang yang diampuni kini memiliki hubungan yang baru dengan Allah. Hubungannya dengan Allah telah dipulihkan sehingga ia menjadi sekutu Allah kembali. Manusia juga memiliki damai di dalam dirinya karena tidak ada lagi perasaan bersalah yang menuduh dirinya.

  5. Ada sukacita besar pada Allah (Luk 15:10).
  6. Pertobatan membawa suatu sukacita yang besar bagi Allah karena yang hilang telah ditemukan dan yang mati telah hidup kembali. Manusia yang menerima pengampunan juga bersukacita karena ia telah memiliki segala haknya sebagai anak.

  7. Ada sukacita besar pada malaikat-malaikat Allah (Luk 15:1-10).
  8. Sukacita yang besar tidak hanya terjadi pada pihak Allah dan manusia melainkan juga para malaikat. Mereka turut dalam kesukaan Allah karena manusia yang berdosa telah kembali kepada Allah.

L. Kesimpulan

Dari uraian di atas jelas nampak bahwa rencana Allah atas manusia sungguh indah dan mulia. Allah menciptakan manusia menurut gambar dan rupa-Nya sendiri. Dengan demikian manusia dapat berhubungan dengan Allah dan menjadi sekutu/sahabat Allah. Itulah kemuliaan manusia yang diberikan oleh Allah. Di samping itu juga manusia diciptakan sebagai penguasa dan pemimpin atas alam semesta. Manusia diberkati dan diberi mandat serta perintah untuk berkuasa atas ciptaan Allah yang lainnya.

Namun rencana Allah yang agung tersebut menjadi rusak karena manusia tidak taat kepada Allah. Manusia memberontak kepada Allah. Bahkan manusia berbalik dan melawan Allah. Manusia tidak percaya kepada rencana Allah yang mulia atas dirinya. Akibatnya manusia yang mulia itu menjadi manusia yang hina dan berdosa serta kehilangan kemuliaan Allah, karena dosa mengakibatkan

perceraian atau perpisahan sehingga manusia tidak dapat bersekutu lagi dengan Allah. Itulah dosa yang diperbuat oleh Adam dan Hawa, manusia pertama. Akibatnya semua manusia, yang menjadi keturunan Adam, berdosa (Rom 3:23).

Dengan usahanya sendiri manusia tidak dapat melepaskan diri dari dosa. Segala upaya manusia untuk berbuat baik dan menyelamatkan dirinya justru membuktikan bahwa ia manusia berdosa yang tidak akan luput dari penghukuman. Dan firman Allah menyatakan bahwa upah dosa ialah maut (Rom 6:23). Tetapi kasih karunia Allah kepada manusia yang berdosa sangat besar. Itulah sebabnya la mengaruniakan Anak-Nya yang tunggal untuk menjadi Juruselamat (Yoh 3:16). Dengan demikian manusia tidak perlu berbuat apa-apa kecuali percaya kepada Tuhan Yesus Kristus yang telah menebus dosanya, kemudian bertobat dan berpaling kepada Allah agar ia menerima pengampunan dosa. Tanpa iman serta pertobatan manusia tidak akan memperoleh pengampunan dosa.