Kebangkitan orang mati (Pengajaran Dasar GBI)

Dari GBI Danau Bogor Raya
Lompat ke: navigasi, cari

"Pada akhirnya semua orang mati akan dibangkitkan. Orang benar akan bangkit pada kebangkitan yang pertama dan menerima hidup yang kekal, tetapi orang jahat akan bangkit pada kebangkitan yang kedua dan menerima hukuman selama-lamanya.”

A. Pendahuluan

Gereja Bethel Indonesia adalah gereja yang secara fundamental memercayai bahwa semua orang mati akan dibangkitkan, bukan sekedar kebangkitan dalam pengertian rohani, tetapi secara harafiah dan fisik.

Dasar kebangkitan orang percaya tentunya adalah kebangkitan Kristus, sebab "Ia menjadi yang sulung dari kita sekalian" (1 Kor 15:20). Yesus berkata bahwa Ia adalah kebangkitan dan hidup (Yoh 11:25). Itu sebabnya Ayub berkata, "Tetapi aku tahu: Penebusku hidup, dan akhirnya Ia akan bangkit di atas debu" (Ayub 19:25). Pernyataan ini sekaligus bisa pula menjadi penghiburan bagi orang percaya saat orang-orang yang dikasihi mereka meninggal, tentunya mereka yang sudah percaya Yesus. Kita tidak bersedih seperti orang yang tak berpengharapan. Kita dapat menanti-nantikan suatu pertemuan kembali yang mengagumkan suatu hari dengan mereka dan dengan Dia yang telah wafat dan bangkit untuk kita.

Pernyataan pengakuan iman di atas akan sangat jelas bila setiap kalimat dieksplorasi sehingga penekanan-penekanannya di sini dapat menolong kita memahami secara hakiki ajaran ini.

B. "Pada akhirnya semua orang mati akan dibangkitkan”

Pernyataan ini merupakan kalimat penutup dari tahapan-tahapan yang akan terjadi menjelang dunia ini berakhir. "Pada akhirnya" memberikan peringatan bahwa waktu dan ruang akan berakhir eksistensinya.

Walau masih banyak orang hidup di dalam dunia waktu kedatangan Tuhan, tetapi orang-orang yang mati (tanpa terkecuali) akan dibangkitkan. Tidak usah kiranya kita terlalu memusingkan bagaimana cara ALLAH membangkit mereka yang mati di laut, yang mati dengan tubuh hancur akibat ledakan bom, atau yang diterkam binatang buas. Gereja Bethel Indonesia memandang bahwa Alkitab tidak menaruh perhatian yang terlalu detail bagaimana cara-cara ALLAH membangkitkan; dengan demikian kita tidak akan berspekulasi dengan itu. Fakta yang terpenting adalah semua orang mati akan dibangkitkan. Dari sini kita menegaskan bahwa manusia pada dasarnya makhluk kekal, entah kekal di neraka atau kekal di Sorga.

C. "Orang benar akan bangkit pada kebangkitan yang pertama dan menerima hidup kekal, tetapi orang jahat akan bangkit pada kebangkitan yang kedua dan menerima hukuman selama-lamanya”

Kebangkitan yang dimaksudkan di atas adalah kebangkitan akhir zaman secara fisik. Secara rohaniah orang percaya memang mengalami kebangkitan untuk hidup yang baru di dunia ini seperti yang dikatakan Alkitab, bahwa kita telah mati dan dibangkitkan bersama-sama dengan Dia dalam baptisan, dan telah dibangkitkan bersama-sama dengan Dia untuk suatu hidup yang baru di bawah pimpinan Roh Kudus (Rom 6:4 dan Kol 2:12). Tetapi lebih spesifik pada akhir zaman ada kebangkitan orang percaya dari dunia ini kepada kehidupan yang kekal. Hal itu nyata dari istilah "hidup" dan "hidup yang kekal" yang digunakan Perjanjian Baru. Namun,

maksud dari kebangkitan kelak itu ialah hidup dengan tata waktu ALLAH, yang tidak sama dengan tata waktu kita di dunia ini.

Seperti yang sudah ditegaskan di atas, karena manusia adalah makhluk kekal, maka entah ia orang benar atau tidak, pasti akan mengalami kebangkitan. Tentu, di dunia ini hidup kita tidak kekal, kita mempunyai batas umur: tetapi pada hakikatnya kita akan tetap kekal, apakah kekal di Sorga atau di penghukuman.

Pernyataan iman di atas menegaskan keyakinan Gereja Bethel Indonesia akan kepastian bahwa orang yang percaya kepada Tuhan Yesus akan menerima kehidupan kekal. Dasar pemikiran ini adalah doktrin keselamatan Kristen yang didasarkan pada:

  1. Keselamatan itu adalah anugerah Tuhan Yesus, bukan karena kebenaran manusia dengan melakukan serangkaian peraturan-peraturan agama (Ef 2:8-9).
  2. Yesus Kristus sendiri satu-satunya Pribadi yang telah mewakili dan atas nama kita telah memenuhi semua tuntutan hukum Taurat (baca: agama), secara sempurna, sehingga tidak ada lagi kewajiban bagi kita memenuhi hukum agama agar kita diselamatkan. “Sebab andaikata hukum Taurat diberikan sebagai sesuatu yang dapat menghidupkan, maka memang kebenaran berasal dari hukum Taurat" (Gal 3:21). Dan itu artinya, "Kamu lepas dari Kristus, jikalau kamu mengharapkan kebenaran oleh hukum Taurat; kamu hidup di luar kasih karunia" (Gal 5:4). Ia bahkan telah menjadi kutuk karena kita dan untuk kepentingan kita (bnd. 1 Tim 2:6, Tit 2:14). Artinya sebagai Seseorang yang diutus oleh Bapa (ALLAH), Kristus mengambil alih kutuk Taurat dan meletakkannya pada diri-Nya sendiri. Dengan memikul kutuk Taurat itu, Ia mati di kayu salib sebagai ganti manusia. Dengan karya-Nya itu Ia mempersatukan kehendak ALLAH untuk menyelamatkan dunia ini dengan kutuk ALLAH terhadap dosa dunia.
  3. Kristus sudah mendamaikan dunia dengan diri-Nya (2 Kor 5: 19), pendamaian itu terjadi oleh kematian Kristus, Anak-Nya, ketika kita masih menjadi seteru ALLAH, bukan ketika kita sudah 'beres'. Bahkan secara spesifik Paulus mengutarakan bahwa "mendamaikan" (Yunani: katallage) yang berarti memperbaiki apa yang rusak, dan "korban pendamaian" (Yunani: hilasmos) yaitu sebagai sarana yang digunakan oleh Kristus untuk mendamaikan, itu memberikan kepada kita penegasan bahwa prakarsa Kristus sendiri yang menjamin keselamatan orang percaya.
  4. Tuntutan dari harga maut itu sudah sepenuhnya dibayar Kristus secara lunas (1 Kor 6:20, 7:23, Gal 3:13, 4:5)

Tentunya banyak lagi penegasan-penegasan Alkitab di mana keselamatan orang percaya kelak sewaktu Ia datang semata-mata adalah karena pekerjaan Kristus.

Kemudian, perlu kita perhatikan pula, ungkapan "orang benar" dalam kalimat "orang benar akan dibangkitkan dan menerima hidup yang kekal" tentu perlu diklarifikasi di sini. Ungkapan "orang benar" tidak berkonotasi seolah-olah orang-orang yang mampu mencapai suatu tingkatan perbuatan-perbuatan kesucian versi manusia. Ini lebih merujuk kepada status orang percaya yang sudah dibenarkan oleh ALLAH. Perhatikan kembali alasan keselamatan di atas. "Dibenarkan" bukan berarti ALLAH menganggap bahwa manusia sudah benar hidupnya: melainkan karena Kristus, orang berdosa yang mengakui dosanya dan membuka hatinya menerima Kristus sebagai Tuhan dan Juru selamat menjadi terhisap dalam kebenaran Anak ALLAH. "Aku berkata kepadamu: Sesungguhnya barangsiapa mendengar perkataan-Ku dan percaya kepada Dia yang mengutus Aku, ia mempunyai hidup yang kekal dan tidak turut dihukum, sebab ia sudah pindah dari dalam maut, ke dalam hidup" (Yoh 5:24).

Kata kerja dikaioo (membenarkan) lebih erat kaitannya dengan pembebasan dari hukuman yang adil atas dosa. Sama seperti yang terdapat dalam pengadilan di mana seseorang dapat dinyatakan bebas, yang berarti bahwa terdakwa tersebut tidak dapat dijatuhi hukuman; demikian juga Paulus melihat bahwa seseorang dapat dinyatakan benar, dan dosa-dosanya tidak lagi ditimpakan kepadanya (Rom 3:24). Seperti dasar keselamatan di atas tadi, maka sekali lagi harus ditegaskan bahwa karena manusia tidak dapat beroleh pembenaran oleh dirinya sendiri, maka ALLAH telah menyiapkannya. Pertanyaannya sekarang adalah, "Bagaimana ALLAH dapat mengampuni dosa manusia namun tinggal tetap benar?" dijawab tanpa ragu oleh Paulus dengan, "Salib Kristus."

Kemudian, ungkapan "orang benar" di kontraskan dengan ungkapan "orang jahat," yang artinya orang yang tidak percaya kepada Tuhan Yesus Kristus. Kejahatan mereka bukanlah sekadar kejahatan kehidupan sehari-hari, tetapi ketidakpercayaan kepada Kristus merupakan kejahatan yang luar biasa di mana Alkitab banyak menegaskan bahwa penghukuman kekal menanti orang yang tidak percaya (Yoh 3:16).

Kedua ungkapan di atas bersumber dari pernyataan dari perkataan Injil Yohanes 5:28-29, "Janganlah kamu heran akan hal itu, sebab saatnya akan tiba, bahwa semua orang yang di dalam kuburan mendengar suara-Nya, dan mereka yang telah berbuat baik (=ungkapan orang benar) akan keluar dan bangkit untuk hidup yang kekal, tetapi mereka yang telah berbuat jahat akan bangkit untuk dihukum." Inspirasi firman Yohanes ini berasal dari Daniel 12:2, "Dan banyak dari antara orang-orang yang telah tidur di dalam debu tanah, akan bangun, sebagian untuk mendapat hidup yang kekal, sebagian untuk mengalami kehinaan dan kengerian yang kekal."

D. Urutan peristiwa akhir zaman

Pengajaran akan kebangkitan yang dianut oleh Gereja Bethel Indonesia bisa dilihat dalam seluruh tahapan-tahapan eskatologi yang terdapat dalam buku Dasar Yang Teguh karangan J. Wesley Brill.

Di situ dijelaskan bahwa peristiwa pengangkatan orang benar terjadi lebih dahulu sebelum kebangkitan orang jahat untuk penghukuman. Pengangkatan orang percaya itu terjadi sebelum terjadinya aniaya besar (tribulasi). Meskipun di antara kalangan Pantekosta/Karismatik ada sedikit perbedaan pandangan yaitu sebagian memercayai bahwa Gereja tidak mengalami penganiayaan, ada yang mengatakan bahwa sebagian orang Kristen mengalami aniaya 7 tahun lamanya, ada pula yang menganut bahwa Gereja akan mengalami aniaya (masa tribulasi) selama 3 1/2 tahun pertama.

Kebangkitan pertama, seperti yang disebutkan dalam 1 Tes 4:16-17 terjadi bersama dengan pengangkatan (rapture) orang-orang percaya yang masih hidup setelah terlebih dahulu diubahkan. Sementara kebangkitan yang kedua terjadi pada akhir pemerintahan 1000 tahun, setelah Iblis dilepas untuk sementara waktu (Why 20:4b). Kebangkitan orang-orang jahat, yang tidak percaya kepada Tuhan Yesus, adalah untuk menerima penghukuman kekal.

Memang ada banyak pandangan dan perdebatan di sekitar peristiwa akhir zaman, namun ada PERSAMAAN PANDANGAN di kalangan gereja Pantekosta dan Injili. Persamaan itu misalnya:

  1. Semua meyakini bahwa Tuhan Yesus pasti datang untuk yang kedua kali;
  2. Semua gereja dan pemikir meyakini bahwa tidak seorang pun yang tahu kapan Ia datang. Sebab itu setiap orang percaya harus siap sedia setiap waktu, sebab Alkitab mengatakan bahwa kedatangan-Nya seperti pencuri di malam hari;
  3. Semua meyakini bahwa kebangkitan fisik itu ada dan pasti terjadi;
  4. Semua meyakini bahwa orang yang percaya Tuhan Yesus tidak dihakimi untuk penentuan Sorga atau neraka, namun dalam rangka pemberian upah/mahkota; dan penghakiman orang jahat (yang tidak percaya kepada Tuhan Yesus) adalah dalam rangka melemparkan mereka kepada kebinasaan kekal;
  5. Semua meyakini bahwa neraka dan Sorga itu ada;
  6. Semua meyakini bahwa akhirnya semua orang percaya akan hidup dalam persekutuan dengan Tuhan selama-lamanya (kekal).

Skema berikut ini dapat membantu kita memahami perbandingan-perbandingan pandangan-pandangan yang pernah ada, lengkap dengan tokoh-tokoh pelopor pandangan-pandangan tersebut. Skema ini diambil dari Moody's Handbook of Theology.

Kalau kita boleh simpulkan, maka sesungguhnya pandangan eskatologi yang dianut oleh Gereja Bethel Indonesia adalah pandangan premilenium dispensasional.

Pandangan berkenaan dengan akhir zaman

Kategori Amilenialisme Postmilenialisme Premilenialisme historis
Kedatangan Kristus kedua kali Peristiwa sekali, tidak ada perbedaan antara pengangkatan dan kedatangan Kristus; memperkenalkan Sorga Peristiwa sekali, tidak ada perbedaan antara pengangkatan dan kedatangan Kristus; Ia datang setelah kerajaan 1000 tahun Pengangkatan dan kedatangan Kristus terjadi secara simultan; Kristus datang untuk memerintah di bumi
Kebangkitan Kebangkitan umum orang percaya dan yang tidak percaya pada kedatangan Kristus yang kedua kali Kebangkitan umum orang percaya dan yang tidak percaya pada kedatangan Kristus yang kedua kali Kebangkitan orang percaya pada permulaan kerajaan 1000 tahun
Penghakiman Penghakiman umum semua orang Penghakiman umum semua orang Penghakiman pada kedatangan kedua kali dan penghakiman pada akhir aniaya
Aniaya besar (tribulasi) Tribulasi dialami pada masa sekarang Tribulasi dialami pada masa sekarang Pandangan post-tribulasi: Gereja mengalami aniaya yang akan datang
Kerajaan 1000 tahun Tidak ada kerajaan 1000 tahun secara harafiah setelah kedatangan Kristus. Kerajaan hadir pada Gereja masa kini Masa sekarang bercampur dengan kerajaan 1000 tahun karena kemajuan Injil Kerajaan 1000 tahun ada baik sekarang maupun yang akan datang. Kristus sedang memerintah di Sorga. Kerajaan 1000 tahun itu tidak harus sungguh-sungguh 1000 tahun
Israel dan gereja Gereja adalah Israel yang baru. Tidak ada perbedaan Israel dan Gereja Gereja adalah Israel yang baru. Tidak ada perbedaan Israel dan Gereja Beberapa perbedaan antara Israel dan Gereja masa depan untuk Israel tetap, gereja adalah Israel rohani
Penganut L. Berkhof O.T. Allis G.c. Beckhouwer C. Hodge B.B. W meld W.G.T. Shedd A.H. Stong G.E. Ladd A. Reese M.J. Erickson

E. Keadaan orang-orang percaya yang dibangkitkan dan orang-orang yang tidak percaya

Bagian ini tentunya tidak kalah pentingnya. Seperti yang telah dijelaskan di atas bahwa kita tidak usah memikirkan bagaimana cara Tuhan mengumpulkan serpihan-serpihan tubuh untuk kemudian dibangkitkan; Paulus mengecam pikiran yang membatasi Tuhan dalam kebangkitan dengan penegasan, "Tetapi mungkin ada orang yang bertanya: "Bagaimanakah orang mati dibangkitkan? Dan dengan tubuh apakah mereka akan datang kembali?” (1 Kor 15:35).

Namun, mengenai gambaran tentang tubuh orang yang telah dibangkitkan itu, ditegaskan oleh Paulus sebagai berikut:

"Tetapi ALLAH memberikan kepadanya suatu tubuh, seperti yang dikehendaki-Nya ... Demikian pula halnya dengan kebangkitan orang mati. Ditaburkan dalam kebinasaan, dibangkitkan dalam ketidakbinasaan. Ditaburkan dalam kehinaan, dibangkitkan dalam kemuliaan. Ditaburkan dalam kelemahan, dibangkitkan dalam kekuatan. Yang ditaburkan dalam tubuh alamiah, yang dibangkitkan adalah tubuh rohaniah ... Sama seperti kita telah memakai rupa dari yang alamiah, demikian pula kita akan memakai rupa dari yang Sorgawi... orang-orang mati akan dibangkitkan dalam keadaan yang tidak dapat binasa..." (1 Kor 15:38,42-44,49, 52b).

Untuk menjelaskan gambaran dari tubuh orang yang percaya di atas diumpamakan oleh Paulus dengan perumpamaan tentang biji dalam 1 Kor 15:33-44. Perumpamaan ini adalah untuk menjawab skeptisme tentang kebangkitan tubuh yang sudah menyusup ke dalam jemaat Korintus. Perumpamaan biji ini melukiskan kuasa ALLAH yang mampu untuk memberi hidup kepada hal-hal yang mati. Hidup baru itu bukanlah merupakan reproduksi dari hidup sebelumnya, tetapi sesuatu yang lebih baik. Atas dasar perumpamaan biji ini Paulus mengajarkan bahwa walaupun terdapat kesinambungan antara tubuh daging yang sekarang dan tubuh kebangkitan kelak, namun ada juga perubahan. ALLAH akan memberikan manusia semacam tubuh kemuliaan yang mempunyai hubungan langsung dengan tubuh dagingnya yang sekarang. Hal ini didukung lebih lanjut oleh pernyataan bahwa tiap biji mempunyai tubuhnya sendiri (1 Kor 15:38), artinya ada kesinambungan antara biji dan tanaman yang dihasilkannya. Betapa indahnya gambaran tentang keadaan tubuh dari orang yang percaya kepada Tuhan Yesus pada waktu kebangkitan itu.

Sementara, keadaan orang-orang yang tidak percaya itu tidak secara langsung disebut Alkitab. Yang jelas, mereka akan dibangkitkan pula tetapi dalam kehinaan dan tubuh yang tidak dapat mati, namun menderita penderitaan yang tak berkesudahan.

Tempat mereka kelak selama-lamanya di neraka, yang dalam Alkitab dipakai istilah gehenna. Istilah ini berbeda dengan hades dan sheaf yang merupakan tempat penderitaan sementara yang mirip dengan neraka kekal, sewaktu mereka belum dibangkitkan. Sementara istilah gehenna, tempat penghukuman yang lebih dahsyat, yang merupakan tempat penghukuman selama-lamanya (kekal).

Istilah gehenna sendiri terdapat 12x dalam PB, yang artinya menunjuk suatu tempat untuk penghukuman kekal yang diambil dari kata Ibrani GE HINNOM, merujuk pada Lembah HINNOM yang terbentang di bagian selatan dan sisi timur Yerusalem. Di lembah tersebut, ada penyembahan kepada Dewa Molekh dan pengorbanan bayi dalam api (2 Raj 16:3, 17:7, 21:6). Yeremia menyatakan lembah Hinnom akan menjadi tempat penghakiman ALLAH (Yer 7:32, 19:6). Lembah ini juga akan menjadi tempat di mana mayat binatang dan orang jahat yang tertolak, dikuburkan. PB kembali mempertegas bahwa, GEHENNA menjadi tempat penghukuman akhir zaman (Mat 23:15,33, 25:41,46).

Sebenarnya menurut Alkitab banyak istilah yang dipakai untuk menggambarkan penghukuman, yaitu istilah krima, katakrein, krisis, yang artinya "penghakiman" atau "penghukuman." Sementara penggunaan kata apolluein, apoleia, yang artinya "pembinasaan." Kata yang terakhir ini menegaskan bahwa bukan hanya manusia durhaka yang harus binasa (2 Tes 2:3), tetapi mereka yang mengikuti manusia durhaka itu juga akan turut binasa (2 Tes 2:10, apollumenoi).

F. Kesimpulan

Gereja Bethel Indonesia menaruh keyakinan akan adanya masa kebangkitan orang percaya dan kebangkitan orang yang tidak percaya. Urutan keduanya berbeda.

  • Yang pertama kebangkitan orang percaya untuk menerima keselamatan.
  • Sementara kebangkitan orang yang tidak percaya pada urutan berikutnya, untuk menerima penghukuman selama-lamanya.