Pengendalian emosi (KOM 230.3)

Dari GBI Danau Bogor Raya
< KOM‎ | KOM 200
Lompat ke: navigasi, cari

Orang yang sabar melebihi seorang pahlawan, orang yang menguasai dirinya, melebihi orang yang merebut kota.

Amsal 16:32

Ams 4:23

Tujuan

Memberikan pengertian tentang bagaimana caranya mengendalikan emosi dalam kehidupan kita.

Kehidupan manusia seringkali dipengaruhi oleh keadaan emosi/gejolak perasaannya. Kondisi emosi yang labil dapat menjadi pemicu terjadinya konflik; baik terhadap diri sendiri maupun dengan orang lain, dan menjadi penghambat dalam proses pertumbuhan kedewasaan rohani seseorang. Karenanya penting sekali untuk dapat mengendalikan emosi kita.

Meruntuhkan kesombongan

  1. Gal 6:4; Flp 2:3; Yak 4:7 Kebanggaan yang benar
  2. Adalah baik dan wajar jika manusia merasa mempunyai kebanggaan tetapi perasaan ini haruslah datang dari pengujian diri di hadapan Tuhan dan bukan hasil pembandingan dengan sesama.

  3. Luk 18:11; Rom 12:3; 2 Kor 10:5 Kebanggaan yang salah
  4. Kesombongan dapat mengakibatkan tangan Tuhan menentang kita.
    Bahaya utama dari kesombongan dapat membawa kita kepada kesombongan rohani. Kesombongan adalah alasan yang nomor satu mengapa orang sulit sekali menerima pemberian cuma-cuma yaitu keselamatan dari Tuhan.

Mengendalikan amarah

  1. Empat reaksi yang menyulut kemarahan
    1. Pemikiran yang salah
      • Mengobarkan pemikiran tentang pembalasan dendam.
      • Merasa sakit hati dan mendendam terhadap seseorang.
      • Merencanakan cara untuk membalas dendam.
      • Menginginkan sesuatu yang buruk terjadi atas mereka.

    2. Ams 15:1; Mat 12:34 Kata-kata yang salah
    3. Psikologi modern mengajarkan adalah baik bagi kita untuk berteriak atau mencari sarana pelepasan bagi kemarahan kita namun Amsal menasihatkan bahwa jawaban yang lemah lembut meredakan kegeraman.

    4. Ams 14:17; Hak 14:19; Ef 4:26 Tindakan yang salah
    5. Banyak dari kita yang mengobarkan kemarahan kita sendiri dengan melakukan sesuatu yang jahil/jahat. Keburukan daripada mengekspresikan kemarahan tanpa kendali adalah bahwa kita justru akan memperbesar masalah yang ada.

    6. Penekanan yang salah
    7. Banyak orang mengambil cara ini. Karena kita tidak berani mengekspresikannya, jadi kita memendamnya.

  2. Lima langkah untuk menangani kemarahan
    1. Ams 29:11; 16:32; Pkh 7:8-9 Merenungkan sebelum menjawab
    2. Mengambil waktu untuk merenungkan situasi, dan berusaha memahami situasi dan kondisi orang lain akan memampukan kita mendalami masalah itu lebih jauh.
      Merenungkan kenyataan; bahwa kita telah banyak diampuni, namun sulit memaafkan orang lain.

    3. Ams 19:11; 17:14 Mengabaikan perselisihan paham yang sepele
    4. Mengembangkan sikap yang selektif dalam mendengar.
      Melatih kemampuan untuk mengabaikan hal yang kurang penting.

    5. Ams 15:1; 21:23 Belajar mengendalikan lidah
    6. Ketika marah, pasanglah penutup pada mulut kita.
      Lidah selalu melambai-lambaikan panji peperangan.
      Kendalikan lidah kita untuk berbicara selembut mungkin.

    7. Ams 22:24-25 Membina hubungan dengan selektif
    8. Dengan siapa kita bergaul, kita akan segera menjadi serupa itu.
      Sebab itu pilihlah kelompok pergaulan dengan hati-hati.

    9. Ef 4:26-27 Akhiri kemarahan dengan cepat
    10. Pertengkaran yang dilanjutkan dengan perang dingin akan memasuki tahap yang berbahaya. Itu akan memberi kesempatan kepada setan untuk menyelinap masuk dalam hubungan tersebut dan menyebabkan luka yang besar.
      Hanya butuh suatu retakan di dinding untuk memungkinkan seekor ular menyelinap masuk ke dalam rumah.

Mengatasi rasa tertekan

  1. Tiga gejala tekanan
    1. Ay 16:14; 2 Kor 4:8-12 Kondisi yang "kering"
    2. Kita harus berhati-hati untuk tidak mengambil ‘beban’ yang melebihi kapasitas kita, sebab hal itu akan menyebabkan ‘kekeringan’ dalam jiwa kita. Sekali kita kering, itu akan membentuk suasana hati yang mendorong kita untuk berhenti melakukan pekerjaan-pekerjaan yang sebenarnya sangat diharapkan dari hidup kita.
      Contoh: Elia

    3. Mentalitas kematian
    4. Kita bisa saja sempat merasa kehilangan semangat pada saat tertentu, tetapi untuk keluar dari keberadaan ini, kita harus kembali mengendalikan hidup kita.
      Contoh: Daud, Musa, Yunus.

    5. Perspektif yang menyimpang
    6. Sekali kondisi seseorang merosot ke bawah, fokusnya akan bergeser; dari apa yang riil kepada yang dirasakan; dari Tuhan kepada diri sendiri.
      Ketika mata kita berpaling dari Tuhan:

      • Masalah kita menjadi lebih besar
      • Iman kita menjadi lebih kecil
      • Perspektif kita lalu menyimpang
      • Pemikiran yang negatif menguasai kita

  2. Tiga cara mengatasi tekanan
    1. 1 Raj 19:4-8 Pemulihan fisik
    2. Kadang-kadang hal yang paling rohani untuk dilakukan adalah beristirahat, makan dan tidur.
      Untuk orang Kristen yang tertekan dan letih-lesu, Tuhan akan memberi resep istirahat fisik dan meditasi horisontal-makanan, minuman dan istirahat - 3 kali sehari.

    3. Rat 3:17-18; 1 Raj 19:9-18; Gal 6:1-2 Pemulihan emosional
    4. Orang yang sedang tertekan sukar untuk melakukan kebersamaan dengan orang lain. Mereka cenderung menarik diri, sehingga teman-temannya bosan kepadanya dan menolak dia.
      Padahal sebenarnya ia justru membutuhkan persekutuan, dan orang sekitarnya harus merangkulnya dengan pengertian dan kata-kata penguatan.

    5. 1 Raj 19:11 Pemulihan rohani
    6. Memasuki saat teduh dengan Tuhan dan membiarkan Dia mengangkat kita keluar dari keputusasaan serta memulihkan kita kembali secara rohani.

Menghadapi ketakutan

Lima kunci untuk mengalahkan ketakutan:

  1. Mzm 3:3, 6 Jaga mata
  2. Mengamati apa yang sedang menjadi pusat perhatian kita, apakah Tuhan atau keadaan kita?

  3. Jaga telinga
  4. Mengamati tentang perkataan siapa yang kita dengarkan.
    Ada dua macam orang berjalan berkeliling; yaitu orang yang sedang membawa ember air dan orang yang membawa bensin.
    Kita perlu dibebaskan dari batasan-batasan yang ditaruh setan ke dalam pikiran kita.

  5. Ul 7:17-19; 1 Sam 17:37 Jaga pikiran
  6. Ketika kita menghadapi keadaan yang menyebabkan kita takut dan cemas, ingatlah akan perbuatan-perbuatan Tuhan dan bangkitkanlah iman. Iman yang agresif dapat menang atas ketakutan yang melemahkan.

  7. 1 Sam 17:46 Jaga hati
  8. Semua orang melihat raksasa berukuran 9 kaki itu, tetapi Daud melihat Tuhan menjulang tinggi di belakang raksasa tersebut dengan tinju terkepal, siap untuk menjatuhkannya!
    Itu adalah iman - melihat situasi dari perspektif Tuhan.

  9. Why 1:18; Yoh 14:27 Jaga punggung
  10. Hanya ada satu jalan untuk mengakhiri ketakutan yang melemahkan di dalam hidup kita yaitu dengan menerapkan prinsip kebangkitan Tuhan Yesus kepada hidup kita.

Ketika Tuhan membangkitkan Kristus dari kematian pada Hari Paskah, Ia membuktikan untuk sekarang dan selama-lamanya setan telah dikalahkan.

Mengatasi rasa bersalah

Budaya modern telah menyatakan perang kepada rasa bersalah. Seluruh konsep rasa bersalah dianggap ketinggalan zaman dan usang. Masyarakat sekarang cenderung mendorong orang untuk berbuat dosa, dan di lain pihak merancang terapi untuk menyingkirkan rasa bersalah yang dihasilkan oleh dosa tersebut.

Pendekatan psikolog modern untuk memerangi rasa bersalah; bukan dengan berbalik kepada Tuhan, tetapi dengan menyangkali rasa bersalah mereka.

  1. Beberapa penyebab rasa bersalah
    1. Kegagalan yang belum diselesaikan
    2. Setan menggunakan masa lalu kita untuk menuduh kita.

    3. Harapan yang tidak terwujud
    4. Ketika kita memenuhi apa yang diharapkan, kita senang dan merasa Tuhan disenangkan, tetapi ketika kita tidak bisa memenuhinya kita merasa diri kita tidak berharga.

    5. Peristiwa yang tidak diungkapkan
    6. Pengalaman atau peristiwa yang sifatnya mendatangkan aib dalam hidup seseorang, yang tersembunyi jauh di dalam dasar hati, misalnya: pengguguran kandungan, pelecehan seksual, dan sebagainya.

  2. Perilaku dalam rasa bersalah
    1. 1 Yoh 1:6-7; Mzm 32:4-5 Menyembunyikan
    2. Menyembunyikan perasaan bersalah kita dengan berusaha menjadi seseorang yang tidak seperti apa adanya kita.
      Bersembunyi dibalik bahasa rohani.

    3. 1 Tim 4:1-2 Melawan
    4. Kita mengabaikan semua rasa bersalah dan menyangkalinya sampai hati nurani kita menjadi kebal.

    5. Why 12:11; Ef 1:7 Menuruti
    6. Kita menuruti harapan dari semua orang, institusi atau sistem yang ditaruh di atas kita; menjadi budak bagi harapan orang lain.
      Berjuang dan bekerja keras untuk melakukan segalanya dan semua yang akan membuat kita merasa lebih baik dan menebus rasa bersalah kita.

Kemenangan atas kekuatiran

Kuatir adalah suatu kebiasaan

Matius 6:25-34

Seperti halnya kebiasaan lain, kekuatiran dapat dihadapi dengan berani dan dikalahkan. Kuatir adalah aktifitas yang tidak menghasilkan apa-apa sampai kita mengubahnya, sehingga mengakibatkan tindakan yang positif.
Seorang Kristen yang merasa cemas adalah sebuah kontradiksi.

Mengalahkan kekuatiran:

  1. Doa yang tepat
  2. Jika kita berdoa dan memohon, maka damai sejahtera Tuhan akan memerintah hati dan pikiran kita sebagai ganti keraguan dan kecemasan.

  3. Berpikir dengan tepat
  4. Damai yang benar melibatkan tidak hanya hati, tetapi pikiran juga. Betapa seringnya ketakutan itu kita rasakan lebih dari kenyataannya!

  5. Hidup dengan benar
  6. Kita tidak bisa memisahkan sikap hati dan tindakan.
    Doa yang benar dan pikiran yang benar pada akhirnya membawa kita ke arah hidup yang benar.

Diskusi

Bagikan pengalaman kita, dari antara emosi-emosi di atas; manakah yang paling sering kita alami?

Proyek ketaatan

Ceritakanlah kesaksian pribadi Anda ketika Anda berhasil mengatasi salah satu masalah emosi di atas!

Those who are patient in adversity and forgive wrong are the doers of excellence.

Anonymous

Sumber

  • Abraham Lalamentik dan Tim (September 2022). "230.3 Pengendalian emosi". Editor Robbyanto Tenggala. The Servant (edisi ke-3 (ebook)). Jakarta: GBI Jalan Gatot Subroto. ISBN 978-979-3571-17-1.