Pelayanan khotbah (KOM 240.2)

Dari GBI Danau Bogor Raya
Revisi sejak 1 Oktober 2024 01.50 oleh Leo (bicara | kontrib) (fmt dan koreksi typo)
(beda) ← Revisi sebelumnya | Revisi terkini (beda) | Revisi selanjutnya → (beda)
Lompat ke: navigasi, cari

Bagian-bagian dari pada kitab itu, yakni Taurat Allah, dibacakan dengan jelas, dengan diberi keterangan-keterangan, sehingga pembacaan dimengerti.

Nehemia 8:9

Tujuan

Melengkapi peserta dengan kemampuan dasar dalam mempersiapkan dan dalam menyampaikan khotbah.

Kata ‘Homiletika’ adalah kata yang agak asing di telinga jemaat awam, tetapi cukup populer di kalangan mahasiswa teologi dan siswa-siswi di sekolah Alkitab. Istilah ini berasal dari bahasa Yunani yang kata dasarnya adalah homilia, sebuah kata benda pergaulan, atau sebuah percakapan yang ramah tamah, yang juga mempunyai pengertian kata-kata yang indah atau elok. Sedangkan kata kerjanya adalah homilein, yang dalam bahasa Inggris diterjemahkan to talk atau to converse, berbicara atau bercakap-cakap). Percakapan yang dimaksud adalah pemberitaan Firman Tuhan.

Jadi, homiletika adalah ilmu berkhotbah yang mempelajari cara-cara dan metode-metode mempersiapkan isi khotbah dan penyampaiannya.

Fungsi khotbah dalam ibadah

  1. Memperkenalkan dasar-dasar pengenalan akan Tuhan
  2. Menuntun orang yang tersesat dan terhilang
  3. Menyampaikan kehendak Allah kepada jemaat melalui pemberitaan (Yun: Kerygma)
  4. Memberikan makanan rohani kepada jemaat, sehingga kehidupan rohani jemaat terpelihara
  5. Mengajarkan tentang iman, pengharapan, dan kasih kepada Tuhan
  6. Memberikan kekuatan untuk menang dalam "peperangan rohani"
  7. Memberikan pedoman dalam pergumulan hidup agar dapat bertumbuh ke arah kesempurnaan

Jenis-jenis khotbah

Dalam homiletika, kita mendapatkan beberapa jenis khotbah praktis yang memiliki ciri khusus:

  1. Khotbah topikal
  2. Khotbah topikal adalah susunan khotbah yang mengambil topik tertentu sebagai pokok bahasan. Khotbah jenis ini menggabungkan beberapa ayat dan berbagai sumber untuk menjelaskan suatu pokok bahasan, sehingga membentuk suatu khotbah yang lengkap. Topik itu dapat berupa:

    1. Topik-topik doktrinal-Alkitabiah
    2. Contoh: Keselamatan, kelahiran baru, Roh Kudus, kedatangan Tuhan Yesus kedua kalinya, dan lain-lain.

    3. Topik-topik praktikal
    4. Contoh: Apa yang Alkitab katakan mengenai pernikahan dan perceraian, mendidik anak, keuangan, hidup sehat, dan lain-lain.

    Keuntungannya:

    1. Lebih menarik, sebab terdapat kebebasan memilih topik yang relevan dengan kebutuhan jemaat.
    2. Memperluas dan memperdalam pengertian mengenai suatu topik secara Alkitabiah.
    3. Lebih mudah dicerna, diterima, dan dipahami, karena pokok bahasannya jelas dan tidak membosankan.

    Kelemahan:

    1. Bila terlalu sering menggunakan khotbah jenis ini, dapat menyebabkan hanya terfokus pada satu topik itu saja dan mengecilkan topik yang lain
    2. Bila tidak hati-hati dalam cara menggalinya, dapat mengakibatkan pemaksaan kata atau kalimat menjadi topik khotbah
    3. Bila tidak hati-hati, dapat memaksakan ayat untuk lepas dari konteksnya (perlu melihat latar belakang dan bahasa aslinya)

  3. Khotbah tekstual/analisis
  4. Khotbah tekstual adalah susunan khotbah yang menggali satu atau dua ayat dan memperhatikan kata demi kata yang terdapat dalam ayat tersebut serta menjelaskannya menjadi bagian-bagian utama khotbah.

    Contoh:

    1. Yes 48:18 Ketaatan mendatangkan berkat
    2. Mat 4:19 Panggilan Tuhan

    Keuntungan:

    1. Pengkhotbah dapat mempelajari satu/dua ayat secara mendalam sehingga menemukan satu ide dan kebenaran baru.
    2. Dapat menggali lebih terperinci setiap kata dan kalimat.
    3. Pengkhotbah lebih berkembang dalam hermeneutika (penafsiran).

    Kelemahan:

    1. Dibutuhkan wawasan yang luas untuk penjelasan yang lebih luas.
    2. Dibutuhkan dorongan emosi yang kuat untuk menghidupkan tiap poin.

  5. Khotbah ekspositori
  6. Khotbah ekspositori adalah susunan khotbah yang menguraikan satu perikop yang terdiri dari banyak ayat dan membaginya dalam beberapa bagian serta memberikan penjelasan arti rohaninya.

    Contoh:

    1. Yeh 47:1-2 Sungai yang mengalir dari Bait Allah
    2. Ef 6:1-10 Peperangan rohani

    Keuntungan:

    1. Mengajarkan untuk lebih teliti membaca Alkitab dan menemukan kebenaran-kebenaran di dalamnya
    2. Membaca Alkitab dengan memahami konteks, latar belakang, dan kesan yang lebih lengkap

    Kelemahan:

    1. Dibutuhkan tingkat pemahaman Alkitab yang tinggi
    2. Biasanya dibutuhkan waktu yang cukup lama dibandingkan dengan waktu khotbah yang biasa
    3. Biasanya tidak langsung menjawab kebutuhan pendengarnya, dan bila pengkhotbah tidak hati-hati dapat kehilangan arah

Mempersiapkan khotbah

  1. Menemukan bibit khotbah
  2. Benih khotbah timbul oleh ilham Roh Kudus dalam hati seorang pengkhotbah dalam pergumulannya mempersiapkan sebuah khotbah.

    Beberapa sumber khotbah:

    1. Pengalaman jemaat
    2. Membaca Alkitab
    3. Program khotbah yang direncanakan (termasuk visi gereja)
    4. Pengalaman pengkhotbah
    5. Inspirasi
    6. Peristiwa-peristiwa yang terjadi di dunia dan masih relevan

  3. Mengumpulkan bahan khotbah
  4. Beberapa sumber bahan khotbah:

    1. Ensiklopedia
    2. Konkordansi
    3. Kamus Alkitab
    4. Literatur
    5. Berbagai versi Alkitab

  5. Melengkapi dengan ilustrasi
  6. Ilustrasi memudahkan pendengar menyerap dan mengingat esensi-esensi yang hendak disampaikan oleh pengkhotbah.

    Beberapa sumber ilustrasi:

    1. Alkitab
    2. Media elektronik dan cetak
    3. Berita-berita yang aktual
    4. Pengalaman hidup
    5. Literatur-literatur
    6. Prinsip-prinsip dari alam sekitar

Struktur khotbah

Tema/judul:
Nats/ayat:
Tujuan khotbah:
Pendahuluan:
Kalimat tanya:
Kalimat peralihan:
Isi khotbah:
1. Ide bagian pertama:
a. Uraian penjelasan pertama:
b. Uraian penjelasan kedua:
2. Ide bagian kedua:
a. Uraian penjelasan pertama:
b. Uraian penjelasan kedua:
3. Ide bagian ketiga:
a. Uraian penjelasan pertama:
b. Uraian penjelasan kedua:
Kesimpulan/penutup:
1.
2.
3.

Kehidupan pengkhotbah

  1. 2 Tim 2:19-22 Memiliki kehidupan yang kudus di hadapan Allah
  2. Semakin kudus seseorang, semakin efektif dia menjadi hamba-Nya.

  3. Memiliki kehidupan yang bergaul erat dengan Allah
  4. Mempunyai kebiasaan berdoa, memuji, dan menyembah Tuhan dalam kehidupan sehari-hari.

  5. Rom 10:2 Memiliki pengetahuan Alkitab yang cukup dan benar
  6. Tekun membaca Alkitab dan literatur-literatur yang bermutu dan Alkitabiah. Seorang pengkhotbah tidak pernah berhenti belajar.

  7. Peka dan mengerti akan kebutuhan jemaat dan lingkungan sekitarnya
  8. Seorang pengkhotbah yang lahir dari pelayanan pastoral akan memiliki kepekaan yang lebih baik akan kebutuhan rohani jemaat.

  9. Peka dan memahami kejadian-kejadian yang berlangsung
  10. Mengamati dan mempelajari setiap peristiwa dari perubahan di dunia.

Penampilan pengkhotbah

  1. Sikap yang wajar
  2. Pengkhotbah dalam melakukan tugasnya hendaklah:

    1. Jangan ada kesan angkuh ataupun rendah diri
    2. Beri kesan rileks
    3. Jangan terpaku kepada mimbar

  3. Bahasa tubuh
  4. Pendengar tidak hanya mendengar suara pengkhotbah, tetapi mereka juga menyimak gerak-geriknya, dan menafsirkan ekspresi tubuh.

    Dibutuhkan keselarasan antara bahasa tubuh dan suara.

    1. Sikap badan: tegak, jangan pernah bersandar pada mimbar.
    2. Sikap tangan: jangan memasukkan tangan ke dalam saku, digerakkan secara wajar (tidak over acting), tepat waktu, seirama dengan ucapan pengkhotbah.
    3. Wajah dan mimik muka: mengekspresikan isi khotbah yang sesuai dengan poin yang sedang dibahas.
    4. Pandangan mata: menciptakan kontak dengan pendengar.
    5. Gerakan kaki: jangan membuat gerakan yang tidak bermakna, dan gunakanlah itu hanya untuk menegaskan poin khotbah.

  5. Suara yang teratur
  6. Suara memegang peranan penting dalam menentukan keberhasilan pengkhotbah mengkomunikasikan idenya kepada jemaat.

    1. Berbicara dengan intonasi yang dinamis, tidak datar.
    2. Berbicara dengan menghindari pengucapan dalam aksen bahasa daerah.
    3. Berbicara dengan kecepatan yang ‘sedang’; tidak terlalu cepat dan juga tidak terlalu banyak ‘pause’.
    4. Berbicara dengan volume suara yang terukur; tidak berteriak-teriak maupun berbisik-bisik.

  7. Bahasa yang baik
  8. Bahasa adalah sarana untuk mengkomunikasikan isi khotbah.

    1. Berbicara dengan menggunakan kaidah tata bahasa yang baik.
    2. Menggunakan redaksional kalimat yang baik.
    3. Memiliki perbendaharaan kata agar ide-ide dapat dikomunikasikan dengan lebih jelas dan mudah dimengerti.
    4. Menggunakan bahasa dan kalimat yang dapat dimengerti oleh mayoritas pendengar.
    5. Menghindari penggunaan kata dan kalimat yang pengertiannya tidak jelas/absurd.
    6. Gunakanlah bahasa asing, kata-kata ilmiah, terminologi teologis dengan sewajarnya.
    7. Sedapat mungkin menghilangkan akses daerah di mana ia berasal.

Tips bagi pengkhotbah

  1. Memilih tema khotbah yang menarik bagi pengkhotbah maupun jemaat.
  2. Menguasai sedalam-dalamnya pokok bahasan yang disampaikan kepada jemaat.
  3. Berbicara sesering mungkin, seringlah berlatih khotbah.
  4. Menerima ketegangan sebagai hal yang wajar/biasa bagi seorang pengkhotbah.
  5. Tidak menyerah setiap kali menghadapi situasi yang sulit.

Diskusi

  • Apakah kita sering mengalami 'grogi' atau 'demam panggung' saat berbicara di depan orang banyak? Diskusikan bagaimana cara mengatasinya!

Proyek ketaatan

Susunlah sebuah kerangka khotbah yang baik, tentukan tema yang Anda sukai.

Sumber

  • Abraham Lalamentik dan Tim (September 2022). "240.2 Pelayanan khotbah". Editor Robbyanto Tenggala. The Servant (edisi ke-3 (ebook)). Jakarta: GBI Jalan Gatot Subroto. ISBN 978-979-3571-17-1.