Penumpangan tangan (Pastoral Care Handbook)

Dari GBI Danau Bogor Raya
< Diklat COOL‎ | PasCa
Revisi sejak 3 September 2024 09.29 oleh Leo (bicara | kontrib) (Penggantian teks - "ml-" menjadi "ms-")
(beda) ← Revisi sebelumnya | Revisi terkini (beda) | Revisi selanjutnya → (beda)
Lompat ke: navigasi, cari

Cover buku Pastoral Care (2021).jpg

Daftar  Handbook

  1. Kode etik pelayanan
  2. Prayer march/doa keliling
  3. Mengatasi hutang
  4. Melayani orang sakit
  5. Pemberkatan rumah/tempat usaha
  6. Pelayanan pelepasan
  7. Melayani orang yang di penjara
  8. Penumpangan tangan/pengurapan
  9. Mengatasi perselingkuhan
  10. Retret/gathering
  11. Perayaan ulang tahun
  12. Pelayanan diakonia (kontekstual)
  13. Ibadah penghiburan dan pemakaman
  14. Narkoba
  15. Berpacaran (dating)
  16. Pelayanan kesembuhan KKR (Counselor)
  17. LGBTI
  18. Memimpin pujian dan penyembahan

Pelayanan penumpangan tangan merupakan doktrin dasar dari pelayanan Gereja mula-mula, di mana para Rasul dalam pelayanan mereka juga melakukan dan mengajarkan penumpangan tangan.

A. Introduksi

Pelayanan penumpangan tangan merupakan doktrin dasar dari pelayanan gereja mula-mula, di mana para rasul dalam pelayanan mereka juga melakukan dan mengajarkan penumpangan tangan.

Seperti Petrus dan Yohanes ketika melayani di Samaria, juga ketika Paulus melayani di Efesus. Demikian juga dengan Tuhan Yesus dalam pelayanan-Nya melakukan penumpangan tangan. Jadi maksud dan tujuan pelayanan penumpangan tangan adalah untuk mengimpartasikan kuasa kesembuhan, memberkati, baptisan dalam Roh, pengurapan untuk memperoleh karunia rohani, pengutusan untuk tugas khusus dan peneguhan Firman Tuhan. Maka setiap pelayan jemaat, khususnya gembala gereja/COOL, dapat melakukan pelayanan penumpangan tangan.

Pelayanan penumpangan tangan dapat dilakukan secara perseorangan atau secara korporat, yaitu menumpangkan tangan secara bersama-sama terhadap satu individual.

B. Dasar Firman Tuhan

C. Tindakan

  1. Pelayanan penumpangan tangan harus bersumber dari kepekaan akan perintah Roh Kudus atas beberapa orang atau semua orang yang hadir.
  2. Janganlah terburu-buru menumpangkan tangan karena harus disertai dengan sikap hati-hati sesuai tujuan pelayanannya (I Timotius 5:22).
  3. Jika diperlukan, jelaskan maksud dan tujuan dari penumpangan tangan atau pengurapan yang akan dilakukan.
  4. Penumpangan tangan pada umumnya dilakukan dengan menyentuh kepala atau dahi. Untuk orang sakit bisa dilakukan pada bagian tubuh yang sakit, apabila diizinkan
  5. Penumpangan tangan dapat dilakukan dengan atau tanpa minyak urapan.
  6. Mendoakan dengan cara menumpangkan tangan harus memperhatikan:
    • Orang yang akan didoakan dengan penumpangan tangan merasa nyaman/tidak keberatan akan tindakan ini.
    • Dapat dilakukan pada bagian dada, dengan catatan pria dengan pria, wanita dengan wanita.
    • Jangan mendorong dengan tujuan agar yang didoakan jatuh.
    • Sebelum menumpangkan tangan, pastikanlah di belakang orang tersebut tidak ada benda yang menghalangi atau ada seorang catcher, seandainya orang tersebut rebah atau jatuh.

D. Tips/kiat

  • Dalam pelayanan penumpangan tangan, manifestasi teriak-teriak, nangis, muntah, bergetar bukanlah sesuatu yang mutlak harus terjadi.
  • Jika menumpangkan-tangan untuk suami-istri, mintalah mereka berdua untuk berpegangan tangan dan posisi suami ada pada kiri, istri pada sebelah kanan, sehingga ketika Saudara menumpangkan-tangan atas mereka, tangan kanan Saudara ada pada sang suami dan tangan kiri Saudara pada sang istri.
  • Jika Saudara merasa bahwa yang didoakan pada posisi equal atau lebih tinggi secara rohani dengan Saudara, maka penumpangan tangan dapat dilakukan dengan menyentuh bahunya.

Sumber