KOM/KOM 200/210.1.1: Perbedaan antara revisi

Dari GBI Danau Bogor Raya
< KOM‎ | KOM 200
Lompat ke: navigasi, cari
k (→‎Sumber: upd sumber)
k (typo)
Baris 71: Baris 71:
* Sulit bagi seseorang untuk merendahkan hati ketika keadaan hidupnya semakin hari semakin baik, semakin naik, semakin sukses.
* Sulit bagi seseorang untuk merendahkan hati ketika keadaan hidupnya semakin hari semakin baik, semakin naik, semakin sukses.
</ol>
</ol>
==Sumber==
* {{cite book
  | last = Divisi Pengajaran
  | first =
  | authorlink = Pengajaran
  | title = '''KOM Seri 200 Pencari Tuhan'''
  | publisher = GBI Jalan Gatot Subroto
  | location = Jakarta
  | chapter = Kata Pengantar
  | month = Maret
  | year = 2019
  | edition = 8, Maret 2019
  | id = ISBN 979-3571-06-3 }}
[[Kategori:Kehidupan Orientasi Melayani]]


== Gaya hidup seseorang yang miskin di hadapan Allah ==
== Gaya hidup seseorang yang miskin di hadapan Allah ==

Revisi per 9 November 2020 04.17

Berbahagialah orang yang miskin di hadapan Allah, karena merekalah yang empunya Kerajaan Sorga."

Matius 5:3

Secara teologis, "8 ucapan berbahagia" dapat dianggap sebagai konstitusi baru dari Kerajaan Allah.

Ketika Allah untuk pertama kalinya memperkenalkan kerajaan-Nya di Gunung Sinai, Dia memperkenalkan Hukum-hukum Kerajaan-Nya supaya kehidupan bangsa Israel berbeda dengan bangsa-bangsa lainnya. Ada keteraturan dan pengaturan yang spesifik bagi bangsa Israel. Kemudian kita masuk ke dalam Perjanjian Baru, di mana Tuhan Yesus memperkenalkan "satu lompatan paradigma" yaitu Hukum-hukum Kerajaan Allah yang baru.

Khotbah di Bukit adalah manifesto dari Kerajaan Allah bagi setiap orang yang dipenuhi oleh Roh-Nya.

  • Di dalam Perjanjian Lama, intinya Allah menetapkan kalau Israel mentaati seluruh hukum-hukum Taurat maka mereka akan diberkati. Ketetapan itu meliputi ketaatan-ketaatan di dalam area physical action yang ditimpali dengan berkat-berkat fisik pula.
  • Di dalam Perjanjian Baru, Yesus mengajarkan sikap-sikap hati yang kalau kita letakkan di dalam hidup kita maka kita akan menjadi orang yang berbahagia, diberkati dalam arti yang sesungguhnya.

Hal inilah yang dipahami oleh Rasul Paulus, seperti yang dinyatakan dalam 1 Korintus 15:46 di mana: “yang mula-mula datang adalah yang alamiah, kemudian barulah datang yang rohaniah."

Pada kenyataannya, semua dari kita pasti sepakat bahwa pengertian bahagia itu bukanlah karena kita memiliki "Delapan Kebahagiaan" dalam hidup kita. Kekristenan pada kenyataannya juga meliputi berkat-berkat yang merupakan janji Allah kalau kita menaati firman-Nya. Tetapi tentu kita harus dapat membedakan dan memisahkan antara berkat materi dengan berkat dalam arti kebahagiaan batiniah.

Kata blessed arti literalnya adalah 'diberkati'. Kata 'diberkati' di sini meliputi sesuatu yang lebih berharga/luhur daripada kata 'bahagia'. Karakter seorang Kristen dimulai dari sini. Ini adalah kunci kepada kebahagiaan sejati yang Yesus ajarkan.

"Yang diberkati", "makarios" secara sederhana berarti “bahagia".

Tetapi para sarjana Yunani dapat menceritakan kepada kita bahwa "bahagia" adalah istilah yang terlalu halus untuk menyatakan suatu kekuatan yang ingin Yesus nyatakan karena kata yang lebih tepat adalah "yang diberkati".

Ini benar-benar berbicara tentang orang yang menerima perkenanan Tuhan pada sisi lahiriahnya dan keselarasan jiwa di dalam hati, ketika mereka menyadari arti kebahagiaan yang sebenarnya.

Ini bukanlah tentang apakah kita miskin atau kaya. Ada banyak orang kaya yang tidak bahagia dan sebaliknya ada orang lemah/miskin yang bahagia. Jika kita mencari kebahagiaan yang ditawarkan oleh dunia yang fana ini, kita akan dikecewakan.

Makna "miskin di hadapan Allah"

  1. Konsep tentang "miskin" dan "diberkati"
    1. Pengertian yang salah:
      • Yang diberkati adalah mereka yang mempunyai ratusan miliar rupiah di dalam deposito jangka panjang.
      • Yang diberkati adalah mereka yang bisnisnya sedang meraih sukses.
      • Yang diberkati adalah mereka yang mendapat promosi jabatan.
      • Yang miskin ialah mereka yang tidak punya sesuatu pun untuk dibanggakan.
    2. Pengertian yang benar:
      • Miskin di sini sama sekali bukanlah berarti tidak memiliki apa-apa, baik kekayaan atau kepemilikan material.
      • Diberkati adalah sebuah kondisi yang berakar dari alam surgawi, di mana orang percaya mengalami penghiburan dari Tuhan, menerima kemurahan hati Tuhan, dan lain-lain. Bukanlah semata-mata kesejahteraan materi dan kebahagiaan emosional, yang menjadi fokus manusia modern.
  2. Orang Kristen harus dapat memahami bahwa tanpa Tuhan, kita secara spiritual menjadi lemah/miskin. Sebab itu kita sangat membutuhkan-Nya
    • Ketika mata rohani kita terbuka, kita menyadari kegelapan hati kita yang terpisah dari rahmat-Nya.
    • Menyadari betapa egoisnya diri kita karena satu-satunya orang yang benar-benar aku perhatikan adalah AKU! Sebab itu kita merendahkan hati dan diri kita di hadapan-Nya, dan mengakui keegoisan dan kesombongan kita.
  3. Hati yang miskin adalah ketika kita sadar bahwa kita telanjang di hadapan Tuhan
    • Tidak terobsesi untuk membuktikan sesuatu,
    • Tidak kuatir kehilangan sesuatu, dan
    • Tidak perlu menyembunyikan sesuatu.
    Kita sadar bahwa kita ada hanya oleh anugerah Allah.

Sikap hati yang miskin di hadapan Allah

  1. Matius 5:3 Seperti pengemis yang hanya bisa meminta-minta
    • Kata "lemah/miskin” yang dipergunakan di sini adalah kata Yunani "ptochos" yang artinya adalah "lemah/miskin sampai harus meminta-minta".
    • Kata Yunani lain "pena" yang juga diterjemahkan sebagai "miskin"; digunakan untuk menguraikan orang yang "miskin sehingga harus bekerja setiap hari untuk kebutuhan hidup". Keadaan di mana seseorang mengalami kebangkrutan dan keputusasaan.
    • Kita "miskin di hadapan Allah” karena semua yang kita punyai adalah dari Dia, tetapi yang terutama adalah karena kita berhutang secara permanen kepada-Nya. Hutang yang tidak mungkin bisa kita bayar karena pengorbanan-Nya di Kayu Salib!
    Miskin hati mengandung pengertian tentang pengharapan dan kebergantungan yang besar kepada Tuhan.
  2. Mazmur 131:1-3 Seperti anak yang disapih dari ibunya
  3. Ketika seorang bayi masih menyusui maka sifatnya sangat menuntut, sangat self-centered. la diberi makan saat ia ingin makan, sebab ia memintanya dengan berteriak, menangis, menyepak dengan marah. Tetapi ketika ia di sapih, ia hanya bisa menunggu dan berharap di samping ibunya. Ia tahu bahwa pada waktu yang tepat, sang ibu akan menyediakan apa yang ia perlukan. Ini adalah pengertian yang sangat mendasar tentang sikap hati yang hanya berserah dan takluk kepada Tuhan, di mana kita sungguh-sungguh percaya dan berharap hanya kepada-Nya!
  4. Lukas 18 Mengakui kebutuhan yang mendalam akan belas kasihan Tuhan
    • Sulit bagi seseorang untuk merendahkan hati ketika ia merasa sempurna dalam banyak hal dan merasa telah hidup benar.
    • Sulit bagi seseorang untuk merendahkan hati ketika keadaan hidupnya semakin hari semakin baik, semakin naik, semakin sukses.

Gaya hidup seseorang yang miskin di hadapan Allah

  1. 1 Tesalonika 5:16; 1 Timotius 6:6 Mengucap syukur
  2. Bersyukur dan berterima kasih untuk segala hal yang Tuhan telah berikan kepada kita sebagai ganti keluh kesah karena apa yang belum la berikan. Bersyukurlah untuk tiap hal kecil yang dianugerahkan pada kita, sehingga kita tidak merasa iri kepada mereka yang kelihatannya lebih berhasil daripada kita.
  3. Filipi 3:10 6; Kolose 3:1-4 Hidup buat Tuhan
  4. Mengarahkan pengharapan kita kepada kekekalan yang akan kita alami kelak, kemuliaan yang Tuhan sediakan bagi kita yang percaya pada-Nya.
  5. 2 Korintus 8:9; Yakobus 4:13-16 Kerendahan hati
  6. Berjalan dalam kerendahan hati dan hati yang hancur karena sesungguhnya kita sebenarnya tidak punya apa-apa, tetapi sekarang dalam Kristus, kita punya segalanya!

Refleksi

Pernahkah Anda berpikir hal-hal apakah yang dapat menyenangkan hati Anda?

The humbler a man is in himself, the more obedient toward God, the wiser will he be in all things, and the more shall his soul be at peace:

Thomas A Kempis

Sumber

  • Divisi Pengajaran (Maret 2019). "210.1.1 Orang yang miskin di hadapan Allah". KOM Seri 200 Pencari Tuhan (edisi ke-8, Maret 2019). Jakarta: GBI Jalan Gatot Subroto. ISBN 979-3571-06-3.