Article: 20100726/DV: Perbedaan antara revisi

Dari GBI Danau Bogor Raya
Lompat ke: navigasi, cari
Leo (bicara | kontrib)
k Penggantian teks - " | tanggal = " menjadi "| date ="
Leo (bicara | kontrib)
k Penggantian teks - " | judul =" menjadi "| title="
 
(2 revisi perantara oleh pengguna yang sama tidak ditampilkan)
Baris 2: Baris 2:
  | namespace = Article
  | namespace = Article
  | pagename  = 20100726/DV
  | pagename  = 20100726/DV
  | tanggal  = 2010-07-26
  | date= 2010-07-26
| judul  = Mata yang fokus
| title= Mata yang fokus
  | tahun  = 2010
  | tahun  = 2010
  | minggu = 30
  | minggu = 30
Baris 60: Baris 60:
==Sumber==
==Sumber==
* {{cite web
* {{cite web
  | nama = Divisi Profetik
  | name= Divisi Profetik
| date =26 Juli 2010
| date =26 Juli 2010
  | artikel = Mata yang fokus
  | artikel = Mata yang fokus

Revisi terkini sejak 24 November 2022 03.09

Marilah kita melakukannya dengan mata yang tertuju kepada Yesus, yang memimpin kita dalam iman, dan yang membawa iman kita itu kepada kesempurnaan, yang dengan mengabaikan kehinaan tekun memikul salib ganti sukacita yang disediakan bagi Dia, yang sekarang duduk di sebelah kanan tahta Allah. (Ibrani 12:2)

Mata kita sangat menentukan langkah perjalanan iman kita. Kita menjadi orang yang taat berjalan di jalan Tuhan, atau menyimpang dari kehendak Tuhan, awalnya ditentukan oleh ke mana mata diarahkan. Alkitab kaya dengan contoh, apa yang terjadi ketika mata kita salah fokus, dan apa yang diraih ketika Tuhan yang menjadi fokus. Hawa dan Daud adalah contoh tragis karena salah fokus, dan Yosafat adalah teladan kemenangan karena dia memilih untuk tetap berfokus kepada Tuhan.

  • Hawa melakukan pelanggaran firman Tuhan setelah dia melihat buah yang dilarang untuk dimakan.
Perempuan itu melihat, bahwa buah pohon itu baik untuk dimakan dan sedap kelihatannya, lagipula pohon itu menarik hati karena memberi pengertian. Lalu ia mengambil dari buahnya dan dimakannya ... (Kejadian 3:6)
Karena melihat, jadi “tergiur” -- anak gaul katakan bikin kepengenan sampe jadi ngiler. Kalau Hawa tidak melihat ke buah itu bagaimana? Pasti dia bisa menghalau bujukan yang masuk ke pikirannya itu dengan firman Tuhan: “tetapi pohon pengetahuan tentang yang baik dan yang jahat itu jangan kamu makan buahnya ...” (Kejadian 2:17). Akibat dari mata yang sudah diarahkan ke buah itu, lalu kelihatannya menggiurkan, maka saat firman itu berbicara di hati untuk melarangnya, langsung tertutup oleh gambaran kenikmatan buah yang menggiurkan. Lebih kuat tarikan dan ajakan kenikmatan yang sudah tergambar di depan mata dari pada bisikan kebenaran di dalam hati. Gara-gara mata!
  • Bagaimana dengan Daud? Karena matanya tidak difokuskan kepada Tuhan, bisa berubah jadi mata keranjang. Ini peringatan yang keras tentang perlunya mata selalu dijaga supaya fokus kepada Tuhan.
“... pada waktu petang, ketika Daud bangun dari tempat pembaringannya, lalu berjalan-jalan di atas sotoh istana, tampak kepadanya dari atas sotoh itu seorang perempuan sedang mandi; perempuan itu sangat elok rupanya. Lalu Daud menyuruh orang ...” (2 Samuel 11:2-3)
Dimulai dengan hanya iseng jalan-jalan sore di atas sotoh. Tidak ada salahya sama sekali, bangun tidur di petang hari, menghirup udara segar, wajar untuk melihat-lihat dan menikmati keindahan di sekitar. Masalahnya adalah ketika mata tidak didisiplinkan untuk fokus kepada Tuhan, saat ada godaan sedikit saja bisa terpeleset dan terseret arus. Kisah selanjutnya sudah kita ketahui: peristiwa ironis dan tragis yang berbuntut panjang. Berawal dari mata salah fokus. Akibat dari apa yang Daud lakukan, peristiwa tragis menimpa keluarganya. Nabi Natan menempelak dosa Daud dengan perkataan berikut: “Oleh sebab itu, pedang tidak akan menyingkir dari keturunanmu selama-lamanya, ... malapetaka akan Kutimpakan ke atasmu dari kaum keluargamu sendiri ...” (2 Samuel 12:10-11)
Bukan saja Daud harus menanggung malu akibat perbuatannya berzinah dengan Betsyeba; anaknya pun jadi rusak. Amnon memperkosa Tamar, dan Absalom membunuh Amnon. Lalu Daud dikudeta Absalom sehingga harus jadi pengungsi yang melarikan diri ke hutan, sekaligus perang saudara antara anak dengan bapak. Dimulai dengan mata, berujung dengan aib dan malapetaka sampai mengorbankan banyak nyawa. Sekali lagi, ini gara-gara mata!
  • Bagaimana dengan Yosafat? Dia mengarahkan matanya kepada Tuhan.
Saat musuh yang sangat besar dari tiga bangsa, Moab, Amon dan orang Meunim mengepungnya, Yosafat merasa tidak berdaya. Kemampuan yang ada tidak cukup untuk menghadapi serangan mendadak. Tetapi dalam ketidakberdayaan dan merasa takut, Yosafat mencari Tuhan dan matanya fokus kepada Tuhan.
Yosafat menjadi takut, lalu mengambil keputusan untuk mencari Tuhan ...
Ya Allah kami, tidakkah Engkau akan menghukum mereka? Karena kami tidak mempunyai kekuatan untuk menghadapi laskar yang besar ini, yang datang menyerang kami. Kami tidak tahu apa yang harus kami lakukan, tetapi mata kami tertuju kepada-Mu.
(2 Tawarikh 20:3, 12)
Hasilnya adalah Yosafat dapat menghancurkan semua musuh itu dengan cara yang ajaib. Ketekunan mencari Tuhan, dan rela berpuasa menanti-nantikan Tuhan dalam hadirat-Nya karena mata yang fokus diarahkan kepada Tuhan berakibat meraih kemenangan yang Tuhan sediakan. Dalam 2 Tawarikh 20:22-25, firman Tuhan menggambarkan hasilnya. Mereka bukan hanya menghancurkan musuh tanpa sempat menebaskan pedang, lebih dari itu mereka menjarah banyak barang rampasan, sampai perlu tiga hari mengangkutnya ke Yerusalem. Ini terjadi karena mata yang fokus kepada Tuhan.

Fokus pada Tuhan

Apa yang harus kita lakukan supaya kita fokus kepada Tuhan?

  1. Jadikan Tuhan Yesus sebagai prioritas utama (Kolose 3:1-2)
  2. Pelihara hati yang murni (Matius 5:8)
  3. Minta Roh Kudus mencelikkan mata batin oleh Roh Hikmat Nya (Efesus 1:17-18).
  4. Bergaullah dan berjalanlah dengan Roh Kudus. Bangun penyembahan dalam Roh yang semakin dalam, kobarkan senantiasa roh kita dengan berbahasa roh (I Korintus 2:10).

Ketika terus mempraktekkan empat hal ini, maka mata kita akan terlatih untuk berfokus kepada Tuhan. Ketika hal ini kita bangun menjadi gaya hidup kita setiap hari, maka perjalanan kita adalah kemenangan yang membawa kepada kemenangan yang semakin besar, dan hidup kita semakin berdampak bagi orang lain di sekitar kita.

“Marilah kita melakukannya dengan mata yang tertuju kepada Yesus, yang memimpin kita dalam iman ...”

Sumber