Profetik
Pelayanan profetik merupakan wadah pelayanan para pendoa dan imam pujian dan penyembahan. Doa, pujian, dan penyembahan merupakan satu kekuatan yang tidak terpisahkan bagi orang percaya. Pelayanan ini berawal dari visi Gembala Pembina tentang Cawan dan Kecapi dalam Wahyu 5:8,
- Ketika Ia mengambil gulungan kitab itu, tersungkurlah keempat makhluk dan kedua puluh empat tua-tua itu di hadapan Anak Domba itu, masing-masing memegang satu kecapi dan satu cawan emas, penuh dengan kemenyan: itulah doa orang-orang kudus.
Secara khusus, seorang pendoa juga haruslah seorang pemuji penyembah, begitu juga seorang imam pujian penyembahan haruslah seorang pendoa. Apabila ini benar dilakukan, maka akan bangkit pendoa dan imam pemuji penyembah yang tangguh dan terobosan-terobosan akan terjadi, sehingga menjadi berkat untuk keluarga, lingkungan, kota, bangsa, bahkan bangsa-bangsa (Wahyu 5:8).
Renungan profetik
![]() ![]() | |
Devosi | |
---|---|
Tanggal | 24 Maret 2025 |
Penulis | (DL) |
Artikel devosi lainnya | |
|
Jika hidup ini boleh memilih, tidak ada orang yang akan memilih kesukaran. Mungkin semuanya menginginkan jalan hidup yang mudah, tanpa persoalan, tanpa pergumulan, tanpa isak tangis dan air mata. Apakah mungkin terjadi? Sangat mungkin, tetapi waktunya belum sekarang ini, melainkan nanti saat kita bersama sama selama-lamanya dengan TUHAN di langit dan bumi yang baru.
- Dan Ia akan menghapus segala air mata dari mata mereka, dan maut tidak akan ada lagi; tidak akan ada lagi perkabungan, atau ratap tangis, atau dukacita, sebab segala sesuatu yang lama itu telah berlalu." (Wahyu 21:4)
Namun sekarang ini, sebagaimana Daud nyatakan dalam Mazmur 23, di dalam kehidupan kita ada padang rumput yang hijau, ada air yang tenang, namun ada juga yang disebut dengan lembah kekelaman. Dalam konteks ini, "lembah kekelaman" adalah metafora untuk masa-masa sulit, tantangan, penderitaan, atau ancaman maut dalam kehidupan. Lembah ini melambangkan pengalaman manusia yang tak terhindarkan. Setiap orang Kristen, cepat atau lambat, akan menghadapi masa-masa sulit, pencobaan, atau bahkan situasi yang mengancam jiwa. Ini bisa berupa penyakit, kehilangan orang yang dicintai, masalah keuangan, penganiayaan, atau tantangan berat lainnya. Alkitab tidak menyangkal realitas penderitaan dalam kehidupan orang percaya. Yesus sendiri mengatakan bahwa di dunia ini kita akan mengalami kesukaran (Yohanes 16:33). Kitab Ayub, Mazmur, dan kitab-kitab lainnya penuh dengan contoh orang-orang yang mengalami penderitaan hebat.
Gembala pembina kita, Bapak Pdt Dr Ir Niko Njotorahardjo menyampaikan pesan Tuhan bahwa tahun 2025 ini tahun yang penuh ketidakpastian, bencana alam akibat perubahan iklim, peperangan yang makin intens, krisis ekonomi yang semakin menjadi-jadi. Bagi sebagian orang, hidup mungkin akan menjadi bertambah sukar, namun hal ini jangan sampai membuat kita menjadi takut.
Paling tidak ada tiga hal yang dapat kita lakukan untuk melalui masa yang sukar:
- Tetap pelihara kasih yang semula
- Dan pengharapan tidak mengecewakan,karena kasih Allah telah dicurahkan di dalam hati kita oleh Roh Kudus yang telah dikaruniakan kepada kita. (Roma 5:5)
- Doa, pujian dan penyembahan yang semakin intens
- Tetap menabur yang baik
- Janganlah kita jemu-jemu berbuat baik, karena apabila sudah datang waktunya, kita akan menuai, jika kita tidak menjadi lemah. (Galatia 6:9).
Persoalan dan pergumulan hidup dapat berpengaruh sangat besar terhadap kasih kita kepada Tuhan dan kepada sesama. Kesukaran dapat membuat orang menjauh dari Tuhan. Namun, teruslah berharap kepada Tuhan di masa sukar, sebab kasih Tuhan telah dicurahkan kepada kita.
Kesukaran jangan sampai membuat kita berhenti menabur. Tidak sedikit mereka yang ketika berada dalam situasi yang sukar kemudian berhenti menabur yang baik. Ishak, di tengah kesukaran tetap menabur dan Tuhan memberkatinya sehingga ia menjadi kaya, kian lama kaya sehingga ia menjadi sangat kaya (Kejadian 26:1, 12-13). Tetaplah menabur!
Jika hidup ini boleh memilih, tidak ada orang yang akan memilih kesukaran. Mungkin semuanya menginginkan jalan hidup yang mudah, tanpa persoalan, tanpa pergumulan, tanpa isak tangis dan air mata. Apakah mungkin terjadi? Sangat mungkin, tetapi waktunya belum sekarang ini, melainkan nanti saat kita bersama-sama selama-lamanya dengan TUHAN di langit dan bumi yang baru.