Suplemen IV Pengakuan Iman GBI dan penjabarannya

Dari GBI Danau Bogor Raya
Lompat ke: navigasi, cari

Tata Gereja GBI (2014) sudah digantikan dengan Tata Gereja GBI edisi tahun 2021 yang disahkan dalam Majelis Pekerja Lengkap II GBI yang diadakan pada 24-26 Agustus 2021.

Pengakuan Iman GBI
dan penjabarannya

A. Pendahuluan

1. Aku

Kata pengakuan dan mengaku kata dasarnya ialah aku. Jadi pada saat seseorang mengaku ia harus berkata ‘aku’. Karena tak dapat disangkal bahwa hal mengaku adalah urusan pribadi. Tidak dapat diwakilkan. Orang tersebut atau aku sendiri harus mengambil keputusan dan mengucapkan pengakuan itu.

“Sebab jika kamu mengaku dengan mulutmu bahwa Yesus adalah Tuhan” (Roma 10:9). “Setiap orang yang mengakui Aku di depan manusia, Aku juga akan mengakuinya di depan BapaKu yang di Sorga” (Matius 10:32). “Demikianlah setiap orang di antara kita akan memberi pertanggungan jawab tentang dirinya sendiri kepada Allah” (Roma 14:12).

Namun pada sisi lain, terjadi persekutuan antara aku yang mengaku, dengan orang lain yang mengaku juga. Sebagai contoh yaitu pengakuan Yosua. “Pilihlah pada hari ini kepada siapa kamu akan beribadah... Tetapi aku dan seisi rumahku, kami akan beribadah kepada TUHAN, Allah kita, kami akan beribadah, dan firman-Nya akan kami dengarkan” (Yosua 24:24).

Demikianlah halnya gereja segala abad dan zaman mengucapkan Pengakuan Iman Rasuli (Symbolum Apostolicum) dengan diawali ungkapan: “Aku Percaya” (bahasa latin: Credo). Jadi dapat dikatakan bahwa aku di sini adalah pribadi yang mengaku, tetapi sekaligus gereja/persekutuan yang mengaku.

2. Mengaku

Mengaku di sini, yaitu mengaku dengan sungguh-sungguh, tidak pura-pura (munafik) dan itu adalah pengakuan yang berasal dari hati. Seperti yang dikatakan rasul Paulus: “Karena dengan hati orang percaya dan dibenarkan, dan dengan mulut orang mengaku dan diselamatkan” (Roma 10:10). Jadi yang penting adalah hati yang percaya sehingga yang diucapkan lewat mulut adalah pengakuan iman: “Aku percaya.”

Syarat pengucapan pengakuan iman yang sungguh-sungguh, yakni:

  1. Diucapkan sebagai penghormatan terhadap Tuhan.
  2. Diucapkan pada saat hal itu dituntut oleh Tuhan (di hadapan manusia pada situasi sulit sekalipun).
  3. Dilakukan dengan kebebasan, tanpa ada yang memaksa.
  4. Dilakukan dalam rangka memperdengarkan kesaksian Alkitab dan bukan membela pendapat siapapun.

Yang penting untuk direnungkan bahwa mengaku berarti berpihak dan meyakini kebenaran ilahi dan juga memberi kesaksian (menyatakan) kebenaran tersebut. Kata “saksi” atau “orang yang memberikan kesaksian” berasal dari bahasa Yunani μάρτυς (martir), Inggris: Martyr; Arab: Syahid, memiliki dua arti, yaitu saksi dan orang yang dibunuh karena kesaksiannya (mati syahid). Dalam pengertian di atas bahasa Latin memakai istilah: confessor (= orang yang mengaku).

3. Pengakuan iman gereja Kristen mula-mula

Mengaku berarti memberi jawab atas pertanyaan Yesus: “Tetapi apa katamu, siapakah Aku ini?” Maka jawab Simon Petrus: “Engkau adalah Mesias (Kristus), Anak Allah yang hidup” (Matius 16:15,16).

Pengakuan Petrus itu (Yang merupakan wahyu dari Bapa) merupakan pengakuan iman gereja mula-mula, yang terdapat dalam khotbah Petrus dalam Kisah Para Rasul 2:36, “Jadi seluruh kaum Israel harus tahu dengan pasti, bahwa Allah telah membuat Yesus, yang kamu salibkan itu, menjadi Tuhan dan Kristus”. Pemberitaan dan pelayanan para rasul juga berpusat pada Yesus Kristus Tuhan (Kisah Para Rasul 17:3; 18:28). Rumusan pengakuan iman yang pendek: Yesus itu Kristus dan Yesus itu Tuhan (I Korintus 12:3; Kisah Para Rasul 8:37). Rumusan itu berkembang misalnya dalam Roma 1:3; Filipi 2:6-11; I Timotius 3:16.

Pengakuan iman merupakan ikhtisar (ringkasan) pokok-pokok kepercayaan Kristen yang diperlukan gereja untuk beberapa hal penting antara lain sebagai:

  1. Pelayanan baptisan kudus (Kisah Para Rasul 8:37; I Petrus 3:18-22).
  2. Jawaban bagi jemaat dalam liturgi kebaktian (I Timotius 3:16; Filipi 2:6-11).
  3. Pelayanan kesembuhan ilahi dan pelepasan dari roh jahat (Kisah Para Rasul 3:6; 4:10; Markus 1:24; 3:11).
  4. Pertahanan terhadap ajaran sesat (I Yohanes 4:2; I Korintus 15:3-8).

Kekuatan iman dalam menghadapi hambatan dan tantangan (Kisah Para Rasul 4:1- 22).

4. Pengakuan iman Gereja Bethel Indonesia

Di samping menerima Pengakuan Iman Rasuli yang berisi pengakuan kepada Allah Bapa (butir 1), kepada Allah Anak (butir 2-7) dan kepada Allah Roh Kudus (butir 8-12) tiga pribadi tapi satu hakekat Allah (Allah Tritunggal). Maka Gereja Bethel Indonesia mempunyai pengakuan iman sendiri yang terdiri dari 12 butir pengakuan. Pengakuan Iman GBI ini merupakan ikhtisar pokok-pokok kepercayaan dan pengajaran GBI.

GBI memiliki latar belakang Pentakosta. Karena itu ajaran (teologi) Pentakosta tampak jelas dalam butir-butir tersebut. Butir-butir itu telah diuraikan oleh Pdt. DR. H.L. Senduk dalam bukunya berjudul “Iman Kristen” (penerbit: Yayasan Bethel Jakarta). Departemen Teologi BPH GBI juga telah membuat penjabaran yang telah disetujui oleh BPL GBI pada tahun 1999.

Namun semangat kebersamaan dalam kasih dan upaya meningkatkan kualitas pejabat GBI maka Departemen Teologi BPS GBI (periode 2000-2004) telah ditugaskan menerbitkan buku “Pengajaran Dasar GBI”. Dan intisari dari pengajaran GBI yang telah dirumuskan dalam Pengakuan Iman GBI dijabarkan ulang (menyempurnakan penjabaran terdahulu). Hasilnya adalah buku “PENGAKUAN IMAN GEREJA BETHEL INDONESIA DAN PENJABARANNYA”.

Pengakuan Iman GBI diharapkan dapat disosialisasi kepada seluruh jemaat GBI, sehingga dalam Tata Gereja GBI di atur kewajiban untuk mengucapkannya dalam ibadah tertentu. Di bagian akhir dari buku ini telah dirumuskan inti butir-butir Pengakuan Iman GBI agar mudah diingat oleh seluruh warga GBI.

B. Pengakuan Iman Gereja Bethel Indonesia

Aku percaya bahwa:

Alkitab Perjanjian Lama dan Perjanjian Baru adalah Firman Allah yang diilhamkan oleh Roh Kudus.

Allah yang Maha Esa itulah Allah Tritunggal yaitu Bapa, Putra dan Roh Kudus, tiga Pribadi di dalam satu.

Yesus Kristus Juruselamat dan Pengantara kita adalah Putra Allah yang tunggal, dikandung dari Roh Kudus dan dilahirkan oleh perawan Maria, telah disalibkan, mati, dikuburkan dan dibangkitkan pada hari yang ketiga dari antara orang mati, naik ke sorga dan duduk di sebelah kanan Allah Bapa sebagai Tuhan dan Raja segala raja.

Semua manusia sudah berdosa dan kehilangan kemuliaan Allah, sehingga harus bertobat dan berbalik kepada Allah untuk menerima pengampunan dosa.

Pembenaran dan kelahiran baru terjadi karena iman di dalam darah Yesus Kristus yang dikerjakan oleh Roh Kudus.

Setiap orang yang bertobat harus dibaptis secara selam dalam nama Bapa, Putra dan Roh Kudus, dalam nama Tuhan Yesus Kristus.

Penyucian hidup adalah buah kelahiran baru karena percaya dalam darah Yesus Kristus yang dikerjakan oleh kuasa firman Allah dan Roh Kudus; karena itu kesucian adalah asas dan prinsip hidup umat Kristen.

Baptisan Roh Kudus adalah karunia Tuhan untuk semua orang yang telah disucikan hatinya; tanda awal baptisan Roh Kudus adalah berkata-kata dengan bahasa roh sebagaimana diilhamkan oleh Roh Kudus.

Perjamuan Kudus dilakukan setiap kali untuk meneguhkan persekutuan kita dengan Tuhan dan satu dengan yang lain sebagai gereja.

Kesembuhan ilahi tersedia dalam korban penebusan Yesus untuk semua orang yang percaya.

Tuhan Yesus Kristus akan turun dari sorga untuk membangkitkan semua umat-Nya yang telah mati di dalam Dia dan mengangkatnya bersama-sama semua umat-Nya yang masih hidup lalu bertemu dengan Dia di udara, kemudian Ia akan datang kembali bersama orang kudus-Nya untuk mendirikan Kerajaan Seribu Tahun di bumi ini.

Pada akhirnya semua orang mati akan dibangkitkan, orang benar akan bangkit pada kebangkitan yang pertama dan menerima hidup kekal tetapi orang jahat akan bangkit pada kebangkitan yang kedua dan menerima hukuman selama-lamanya.

C. Penjabarannya

Alkitab Perjanjian Lama dan Perjanjian Baru adalah firman Allah yang diilhamkan oleh Roh Kudus.

GBI percaya bahwa ke-66 buku dalam Alkitab (39 dalam Perjanjian Lama dan 27 dalam Perjanjian Baru) adalah firman Allah. Alkitab bukan hanya berisi firman Allah, di mana manusia kemudian harus menentukan bagian mana dalam Alkitab yang adalah firman Allah dan bagian mana yang tulisannya manusia belaka. Dengan tegas GBI mengakui bahwa Alkitab sepenuhnya adalah firman Allah dan manusia tidak memiliki hak/otoritas atau kemampuan untuk menilai firman Allah.

GBI juga percaya bahwa Alkitab diilhamkan oleh Roh Kudus. Alkitab bukanlah hasil perenungan atau inspirasi manusia. Para penulis Alkitab digerakkan dan dipimpin oleh Roh Kudus untuk berbicara dan menulis, tepat seperti yang dikehendaki Allah.

Allah adalah pencipta seluruh jagad raya. Karena Ia adalah pencipta, Ia tahu sepenuhnya dan setepatnya kebutuhan ciptaan-Nya. Dia jugalah yang mendesain dan mencipta manusia. Khusus untuk mahkota ciptaan-Nya, yaitu manusia maka Allah memberikan Alkitab sebagai buku petunjuk (manual book) agar dengan menaatinya manusia memiliki keselamatan dan kehidupan yang sepenuhnya sesuai dengan desain Allah.

Karena Alkitab adalah firman Allah, ia memiliki otoritas dari Allah, sebab itu:

  1. Alkitab tidak mungkin salah.
  2. Alkitab adalah karya Allah dan Allah adalah sumber kebenaran dan segala yang benar. Dengan demikian manusia dapat mempercayai sepenuhnya apa yang tertulis dalam Alkitab.

  3. Alkitab adalah pernyataan Allah.
  4. Dalam Alkitab Allah menyatakan diri-Nya. Dengan demikian untuk mengenal Allah, manusia tidak perlu ragu-ragu berpaling kepada Alkitab. Tidak ada pernyataan lain tentang Allah, selain dalam Anak-Nya sendiri –Yesus Kristus– yang lebih tinggi atau lebih tepat daripada Alkitab.

  5. Alkitab mencapai maksud dan tujuan utamanya yaitu keselamatan manusia.
  6. Dengan mentaati Alkitab, maka manusia mentaati Allah yang telah memberikan Anak- Nya, Kristus, bagi keselamatan manusia. Manusia yang bertuhankan Kristus, seperti yang diajarkan Alkitab, pasti menerima anugerah keselamatan kekal.

  7. Alkitab menjamin Allah mau dan berkuasa memenuhi segala janji yang tertulis dalamnya.
  8. Di balik segala janji dan pernyataan yang tertulis dalam Alkitab adalah Allah yang tidak pernah mengingkari janji-Nya dan Allah yang mahakuasa yang tidak pernah kekurangan kemampuan untuk menggenapi janji-Nya.

  9. Alkitab adalah cukup.
  10. Alkitab tidak perlu dan tidak boleh ditambah lagi atau dikurangi. Alkitab mampu menjawab segala kebutuhan manusia akan Allah dan pertanyaan- pertanyaan mengenai kehendak-Nya bagi manusia.

  11. Alkitab adalah terang.
  12. Dengan hidup sesuai dengan Alkitab, manusia tidak akan berjalan dalam kegelapan. Ia tidak perlu meraba-raba untuk mencari kehidupan yang baik. Tidak ada kehidupan yang lebih baik bagi manusia daripada yang ditawarkan Alkitab.

Allah yang Maha Esa itulah Allah Tritunggal yaitu Bapa, Putra dan Roh Kudus, tiga Pribadi di dalam satu.

Ada 4 pokok utama yang penting yang perlu kita ketahui untuk dapat memahami doktrin tentang Allah:

  1. Keberadaan-Nya.
  2. Kita tidak perlu meragukan keberadaan-Nya. Alkitab sendiri ditulis dengan suatu keyakinan bahwa Allah benar-benar ada (Kejadian 1:1, Ibrani 11:6).

  3. Sifat-sifat-Nya.
  4. Hubungan kita dengan Allah akan lebih baik kalau kita mengenal sifat-sifat-Nya. Ada sifat-sifat Allah yang terkait dengan kebesaran-Nya (attributer of greatness) dan ada pula sifat-sifat Allah yang terkait dengan kebaikan-Nya (attributer of goodness). Allah bukan saja Maha Besar/Maha Agung tetapi juga Maha Baik! Karena itu kita tidak perlu bimbang dan ragu-ragu!

  5. Karya-Nya sebagai Pencipta, Pemelihara dan Pemimpin sejarah dunia ini.
  6. Allah masih tetap terus berkarya atau bekerja. Ia masih terus memelihara semua ciptaan- Nya dan sekaligus pula memimpin atau mengendalikan jalannya sejarah ini.

  7. Allah Tritunggal.
  8. Siapakah sebenarnya Allah orang Kristen? Jawabannya tidak lain yaitu Allah Tritunggal (Allah Bapa, Allah Anak dan Allah Roh Kudus). Hal ini bukan berarti Allah ada 3 sebab Alkitab dengan tegas menyatakan Allah itu Esa (Ulangan 6:4).

    Doktrin tentang Allah Tritunggal ini bukan untuk memuaskan rasio kita melainkan untuk memberi penghiburan bahwa keselamatan kita semata-mata hanyalah karya Allah Tritunggal (bukan karena usaha atau jasa manusia).

Yesus Kristus Juruselamat dan Pengantara kita adalah Putra Allah yang tunggal, dikandung dari Roh Kudus dan dilahirkan oleh perawan Maria, telah disalibkan, mati, dikuburkan dan dibangkitkan pada hari yang ketiga dari antara orang mati, naik ke sorga dan duduk di sebelah kanan Allah Bapa sebagai Tuhan dan Raja segala raja.

Dalam pengakuan Iman GBI butir 3 dikatakan: Yesus Kristus Anak Allah yang Tunggal. “Anak Allah” menunjukkan hubungan yang dekat antara Yesus dengan Bapa. Selain itu Anak Allah menggambarkan keberadaan ke-Allah-an dan pekerjaan ke-ilahian-Nya (Lukas 1:35). Di sisi lain Anak Allah menerangkan keberadaan dalam konsep Tritunggal yang kita percayai (Matius 11:27, Matius 22:41-46). Dikatakan bahwa Yesus sebagai Anak tunggal Bapa; hal tersebut menerangkan bahwa Bapa yang dengan kasih sayang-Nya telah memberikan Anak- Nya yang sangat dikasihi kepada kita (Yohanes 1:14).

Inkarnasi (Allah menjadi manusia) Yesus Kristus (Yohanes 1:14, Roma 8:3) dengan tujuan untuk menyatakan bahwa firman Allah telah menjadi daging (manusia) sebagai bentuk karya keselamatan Allah bagi manusia. Inkarnasi Yesus Kristus menunjukkan kasih Allah kepada Manusia sehingga manusia bisa mengenal siapa Allah sesungguhnya lewat pribadi Yesus Kristus.

Semua manusia sudah berdosa dan kehilangan kemuliaan Allah sehingga harus bertobat dan berpaling kepada Allah untuk menerima pengampunan dosa

Pernyataan tentang keberdosaan manusia dinyatakan dengan jelas dalam Alkitab. Firman Tuhan mengatakan bahwa “Semua manusia telah berdosa dan telah kehilangan kemuliaan Allah” (Roma 3:23).

Tetapi dipihak lain ada pandangan dari agama lain yang menyatakan bahwa manusia yang baru lahir masih suci dan bersih. Hal ini juga dikemukakan dalam salah satu teori psikologi yang disebut tabularasa. Seorang bayi diibaratkan dengan kertas putih atau ‘eja lilin’ yang belum ditulisi. Lingkunganlah yang dianggap berperan untuk memberi warna dalam kehidupannya. Jika ia ditulisi dengan tinta merah, maka ia akan menjadi merah. Sebaliknya jika ia ditulisi dengan tinta hitam, ia akan menjadi hitam.

Berbeda dengan pandangan tersebut, iman Kristen menegaskan bahwa semua orang telah berbuat dosa, termasuk bayi yang baru lahir. Walaupun seorang bayi belum bisa berbuat apa- apa tetapi ia merupakan orang berdosa, karena benih dosa sudah ada di dalamnya dan akan semakin nampak jelas bersamaan dengan perkembangan dan pertumbuhannya. “Jika ia berkata bahwa kita tidak berdosa, maka kita menipu diri kita sendiri dan kebenaran tidak ada di dalam kita” (1 Yohanes 1:8).

Manusia yang berdosa itu mengalami kehilangan, yakni kehilangan kemuliaan Allah. Kemuliaan yang dimiliki oleh manusia adalah bersekutu dengan Allah. Ia dapat berhubungan langsung dengan Allah. Namun setelah manusia berbuat dosa, ia terpisah dari Allah. Manusia tidak dapat lagi berhubungan dengan Allah. Bahkan manusia diusir dari hadapan Allah kemudian firman Allah menyatakan; “Tidak ada seorang pun yang berakal budi, tidak seorang pun yang mencari Allah, semuanya telah menyeleweng, mereka semua tidak berguna, tidak ada yang berbuat baik, seorang pun tidak” (Roma 3:11-12).

Meski tidak ada yang mencari Allah, namun Allah berinisiatif untuk mencari manusia. Allah datang di dalam Tuhan Yesus Kristus menjadi jalan keselamatan bagi semua manusia. Sebab manusia tidak dapat menyelamatkan dirinya dengan perbuatan baik atau apapun juga. Jalan keluar yang Allah berikan adalah pertobatan bahkan Yesus juga memberitakan, “... bertobatlah dan percayalah kepada Injil” (Markus 1:15). Para rasul juga meneruskan pelayanan perdamaian itu kepada semua orang berdosa. Seperti yang dikatakan Petrus kepada orang- orang di Yerusalem ketika mereka ditegur, tertempelak dan menyadari dosanya; “Bertobatlah dan hendaklah kamu masing-masing memberi dirimu dibaptis didalam nama Yesus Kristus untuk pengampunan dosamu, maka kamu akan menerima karunia Roh Kudus” (Kisah Para Rasul 2:38). Tanpa pertobatan tidak ada pengampunan dosa dan tanpa pengampunan dosa tidak ada hidup kekal atau keselamatan.

Pembenaran dan kelahiran baru terjadi karena iman di dalam darah Yesus Kristus yang dikerjakan oleh Roh Kudus.

I. Pembenaran Karena Iman

Konsep pembenaran terkait erat dengan proses legal manusia di hadapan Allah. Karena itu, pembenaran Allah oleh iman merupakan elemen penting dalam usaha memahami secara komprehensif tentang konsep keselamatan dari Allah di dalam Tuhan Yesus Kristus. Pembenaran bermula dan berakhir pada Allah. Dalam Roma 3:26, dinyatakan bahwa Ia adalah benar dan juga membenarkan orang percaya kepada Tuhan Yesus Kristus.

Istilah pembenaran (justification) merupakan istilah di mana seseorang dinyatakan benar dalam hubungannya dengan Allah. Dengan kata lain, pembenaran merupakan tindakan Allah mengumandangkan orang berdosa, benar dimata-Nya. Manusia berdosa diampuni dan dinyatakan telah memenuhi semua tuntutan hukum Allah kepada mereka. Sarana utamanya terletak di dalam iman kepada Yesus Kristus.

Hasil pembenaran oleh iman kepada Yesus Kristus, dapat dirangkum sebagai berikut:

  1. Manusia berdamai dengan Allah (Roma 5:1).
  2. Manusia dapat akses untuk dapat menikmati hadirat Allah waktu menyembah, memuji dan berdoa.
  3. Manusia termotifasi waktu hidup bagi kebenaran dan kekudusan.
  4. Pembebasan dari penghukuman dosa (bnd. Roma 8:1, 33,34).
  5. Pembebasan murka Allah yang menimpa manusia beriman sebagai akibat dosanya (bnd. 1 Petrus 2:24).

II. Kelahiran Baru Karena Iman Yang Dikerjakan Roh Kudus

Kelahiran baru merupakan salah satu bagian inti dari usaha memahami secara komprehensif tentang keselamatan di dalam Yesus Kristus. Pembenaran menyangkut ketetapan yuridis, status manusia berdosa yang mempercayai pekerjaan Kristus di atas kayu salib di mana dibutuhkan iman kepada pekerjaan tersebut maka kelahiran baru merupakan pekerjaan tersembunyi yang dilakukan Roh Kudus atas seseorang yang menerima pembenaran.

Gambaran Alkitab mengenai kelahiran baru diungkapkan beragam, gamblang dan bervariasi mulai dari istilah dilahirkan kembali (Yohanes 3:3), dilahirkan dari air dan Roh (Yohanes 3:5), kelahiran kembali (Titus 3:5), dihidupkan dari mati secara rohani (Efesus 2:5), mengenakan manusia baru (Efesus 4:24; Kolose 3:10).

Kata Yunani yang digunakan adalah anothen yang artinya sebagai “dari atas”. Hal itu berarti dikerjakan oleh Allah maka sangat tepat bila dikatakan “dilahirkan kembali” atau “dilahirkan baru” (bnd. Yohanes 3:4). Hasil-hasil kelahiran baru adalah sebagai berikut:

  1. Kelahiran baru menjadikan orang percaya itu menjadi anak Allah. Hal itu berarti semua milik Bapa di sorga itu tersedia baginya sekarang dan selamanya (lih. Yohanes 1:12; Galatia 3:26; Roma 8:16-17).
  2. Kelahiran baru menjadikan seseorang menjadi ciptaan baru dengan hati yang baru (2 Korintus 5:17). Bukannya perubahan fisik (Roma 8:9), namun bentuk atau pola hidupnya tidak lagi mengikuti orang dunia.
  3. Kelahiran baru menjadikan orang-orang percaya menjadi pewaris kodrat Allah (Efesus 4:24; Kolose 3:10). Kodrat lama yang hancur dan bejat total diganti dengan kodrat baru.
  4. Kelahiran mengakibatkan hadirnya ciri hidup “kasih kepada semua saudara” (1 Yohanes 3:14; 4:7). Siapakah sesama saudara itu? Jawabannya terdapat dalam 1 Yohanes 5:1, “Setiap orang yang percaya, bahwa Yesus adalah Kristus, lahir dari Allah, dan setiap orang yang mengasihi Dia yang melahirkan, mengasihi juga yang lahir dari pada-Nya”. Apakah pernyataan kasih itu? Jawabannya terlihat dalam 1 Yohanes 3:16, 18 yaitu “menyerahkan nyawa, mengasihi dengan perbuatan dan kebenaran”.
  5. Kelahiran baru menjadikan orang percaya berbuat kebenaran. “Jikalau kamu tahu, bahwa Ia adalah benar, kamu harus tahu juga, bahwa setiap orang, yang berbuat kebenaran, lahir daripada-Nya” (1 Yohanes 2:29).
  6. Kelahiran baru menjadikan orang percaya tidak akan hidup dalam dosa. “Setiap orang yang lahir dari ALLAH, tidak berbuat dosa lagi; sebab benih ilahi tetap ada dalam dia; ia tidak dapat berbuat dosa lagi karena ia lahir dari ALLAH” (1 Yohanes 3:9). “Kita tahu, bahwa setiap orang yang lahir dari ALLAH, tidak berbuat dosa, tetapi Dia lahir dari ALLAH melindunginya, dan si jahat tidak dapat menjamahnya” (1 Yohanes 5:18).
  7. Kelahiran baru menjadikan orang percaya memiliki sensitifitas yang baru kepada perkara- perkara rohani, suatu arah hidup yang baru dan mempunyai kemampuan yang meningkat untuk mentaati Allah. Hal ini memungkinkan terjadi sebab sekarang dia telah menjadi ciptaan yang baru. “Sebab itu barangsiapa yang ada dalam Kristus, ia adaalah ciptaan baru, sesungguhnya yang lama sudah berlalu” (2 Korintus 5:17). Jadi hidup yang baru telah menjadi nyata di dalam hidup sekarang ini, sekalipun kesempurnaannya baru akan menjadi kenyataan kelak pada akhir zaman.
  8. Dengan pembaruan yang sekarang telah berlaku di dalam hidup orang beriman, diberi jaminan bahwa kelak ia akan menerima kesempurnaannya (2 Korintus 1:20-22 bnd. 5:5; Efesus 1:13-14).

Setiap orang yang bertobat harus dibaptis secara selam dalam nama Bapa, Putra dan Roh Kudus, dalam nama Tuhan Yesus Kristus.

Baptisan air adalah salah satu dari dua sakramen gereja non-Roma Katolik, sejak awal abad pertama. Perjamuan Kudus adalah sakramen gerejawi yang kedua.

Dibedakan antara baptisan Yohanes sebagai baptisan pertobatan (Matius 3:11, Markus 1:4, Lukas 3:3) dan baptisan air dalam Tuhan Yesus yang mendatangkan keselamatan. Keduanya dilandasi oleh iman.

Baptisan air adalah perintah Tuhan dan merupakan Amanat Agung Tuhan Yesus tercatat dalam Alkitab:

  1. Matius 28:18-20: “Kepada-Ku telah diberikan segala kuasa di sorga dan di bumi. Karena itu pergilah, jadikanlah semua bangsa murid-Ku dan baptislah mereka dalam nama Bapa dan Anak dan Roh Kudus dan ajarlah mereka melakukan segala sesuatu yang telah Kuperintahkan kepadamu. Dan ketahuilah, Aku menyertai kamu senantiasa sampai kepada akhir zaman”.
  2. Markus 16:15-16: “Pergilah ke seluruh dunia, beritakanlah Injil kepada segala makhluk. Siapa yang percaya dan dibaptis akan diselamatkan, tetapi siapa yang tidak percaya akan dihukum”.

Dalam pelaksanaannya dalam Kisah Para Rasul 1:8, Kisah Para Rasul 2:4, 7-8, 11, 37, 41- 43 dan 47 dan Kisah Para Rasul 10:5, maka tanda-tanda dalam Markus 16:17 menyertai orang yang percaya.

Jadi penerimaan Injil dan penjadian murid Kristus, didukung oleh penyertaan dan kuasa- Nya sehingga baptisan sebagai tindakan iman dalam penerimaan Injil disertai dengan kuasa maupun tanda Tuhan Yesus Kristus yang mendatangkan hidup baru di dalam Yesus Tuhan.

Dapat disimpulkan bahwa syarat untuk dapat dibaptis adalah:

  1. Bertobat dan percaya pada Injil dan menerima Tuhan Yesus Kristus secara pribadi (Markus 16:16 dan Kisah Para Rasul 2:38, 19:5).
  2. Menjadi murid Tuhan Yesus (Matius 28:10-20).

Makna Baptisan

Makna baptisan secara Alkitabiah tercatat dalam Alkitab antara lain:

Roma 6:3-11 khususnya ayat 3-4: “Atau tidak tahukah kamu, bahwa kita semua yang telah dibaptis dalam Kristus, telah dibaptis dalam kematian-Nya? Dengan demikian kita telah dikubur bersama-sama dengan Dia oleh baptisan dalam kematian, supaya sama seperti Kristus telah dibangkitkan dari antara orang mati oleh kemuliaan Bapa, demikian juga kita akan hidup dalam hidup yang baru.”

Kolose 2:12: “Karena dengan Dia kamu dikuburkan dalam baptisan dan didalam Dia kamu turut dibangkitkan juga oleh kepercayaanmu kepada kerja kuasa Allah, yang telah membangkitkan Dia dari orang mati”.

1 Petrus 3:21: “Juga kamu sekarang diselamatkan oleh kiasannya yaitu baptisan, maksudnya bukan untuk membersihkan kenajisan jasmani, melainkan untuk memohonkan hati nurani yang baik kepada Allah oleh kebangkitan Yesus Kristus.”

Jadi baptisan adalah tindakan iman, yaitu percaya kepada Injil bahwa Kristus telah mati karena dosa kita, bahwa Ia dikuburkan dan dibangkitkan pada hari ketiga sesuai dengan kitab suci (1 Korintus 15:3-4) dan memberi kehidupan baru bagi setiap orang yang percaya dan menerima Dia (Roma 6:3-5).

Pelaksanaan Baptisan Air

Pelaksanaan baptisan air sesuai dengan Alkitab ialah diselam, sesuai dengan arti kata baptis (baptiso, baptisomay) ialah dicelup total atau diselam. Dalam Matius 3:13-17, Kisah Para Rasul 8:38-39 disebutkan mereka turun ke dalam air dan setelah dibaptis maka mereka keluar dari dalam air dan bukan keluar dari sungai atau kolam. Dan hal ini sesuai dengan arti baptisan (Roma 6:3-4, Kolose 2:11-12, dan 1 Petrus 1:3).

Penyucian hidup adalah buah kelahiran baru karena percaya dalam darah Yesus Kristus yang dikerjakan oleh kuasa firman Allah dan Roh Kudus; karena itu kesucian adalah asas dan prinsip hidup umat Kristen.

Penyucian hidup adalah buah kelahiran baru dalam darah Yesus Kristus yang dikejakan oleh kuasa firman Allah dan Roh Kudus.

Perubahan status orang berdosa yang harus dihukum dan dibinasakan (Roma 6:23; 1:18) menjadi orang yang dinyatakan benar dan kudus atau dengan kata lain menerima penyucian hidup karena bertobat dan percaya Tuhan Yesus. Percaya Tuhan Yesus artinya menerima dan mengakui sengsara, kematian dan kebangkitan Tuhan Yesus untuk menebus orang percaya. Orang berdosa tidak mungkin sadar dosanya dan membutuhkan karya keselamatan Yesus kalau bukan oleh pekerjaan Roh dan Injil atau Firman Tuhan (Yohanes 16:8; Kisah Para Rasul 2:37, 38; 1 Korintus 12:3; Roma 1:16). Hal tersebut sudah dijelaskan dalam butir ke-5 dan ini dikenal dengan fenomena atau peristiwa kelahiran baru, pada saat orang menerima Tuhan Yesus ia menerima kuasa untuk menjadi anak-anak Allah yang diperanakkan bukan dari darah dan daging, bukan pula secara jasmani oleh keinginan seorang laki-laki melainkan dari Allah (Yohanes 1:12, 13).

Perbedaan penyucian hidup dengan kesucian sebagai prinsip hidup umat Kristen dapat dijelaskan sebagai berikut:

  1. Penyucian hidup yang berkaitan dengan lahir baru (justification). Sama seperti anak lahir pada satu saat, pada jam dan hari tertentu, bukan oleh jasa atau perjuangan si bayi. Demikian pula lahir baru, dapat status dibenarkan dan kudus terjadi pada saat menerima Yesus bukan oleh jasa atau perjuangan manusia tetapi hanya oleh iman. Dan sekaligus diberi upah batiniah, yaitu rasa muak terhadap kehidupan lama yang berdosa (Yehezkiel 36:31) dan ingin yang baru dalam kebenaran (2 Korintus 5:17). Dan ini menjadi dasar untuk menindak lanjuti langkah berikut ini.
  2. Kesucian/kekudusan sebagai prinsip hidup (sanctification). Hidup dalam kesucian merupakan tindak lanjut dari kelahiran baru, diberi kuasa menjadi anak-anak Allah arti utamanya adalah kemampuan menjalani hidup yang baru yaitu kesucian hidup dan ini merupakan proses yang terus menerus. Yang pertama orang percaya karena imannya mendapat status orang kudus (justification) kemudian terpanggil untuk hidup dan memiliki karakter kudus (sanctification) (1 Korintus 1:2; 1 Petrus 1:15,160 dan dalam ketaatan sebagai hamba Allah/Kebenaran (Roma 6:22).

Isi butir pengakuan iman

Kesucian itulah asas dan prinsip hidup umat Kristen. Atau dengan perkataan lain, kesucian itu harus menjadi gaya hidup orang Kristen, menjadi way of life orang percaya.

Arti kesucian (kekudusan)

Dalam Perjanjian Lama kata kudus diterjemahkan dari akar kata Ibrani qados yang berarti dipisahkan untuk keperluan atau tujuan khusus yang berkaitan dengan rencana Tuhan (Imamat 20:26), Misalnya:

  • Semua anak sulung dipisahkan untuk melayani Tuhan sebelum dipilih suku Lewi (Keluaran 13:2).
  • Harun dan anak-anaknya ditahbiskan dan dikuduskan (dipisahkan) untuk pelayanan Imamat (Keluaran 28:41).
  • Tabernakel (Kemah Pertemuan) dan alat-alat dipisahkan/dikuduskan untuk keperluas khusus, yaitu tempat Tuhan berdiam di tengah umat-Nya (Imamat 30:29; 8:10 dan Keluaran 25:8).

Dan dalam Perjanjian Baru untuk kekudusan diambil dari kata Hagiasmos yang berarti terpisah dari yang duniawi, dari yang tercemar. Untuk terpisah dari yang tercemar atau yang duniawi merupakan proses yang terus menerus. Dalam Roma 6:22 teretera kalimat yang mengatakan: “membawa kamu kepada pengudusan dan sebagai kesudahannya ialah hidup yang kekal.”

Beroleh status dibenarkan karena iman (justification) didalamnya termasuk kelahiran baru untuk memasuki proses karakter/kualitas kudus (sanctification) dan seluruhnya adalah bagian keselamatan (karakter hidup kekal). Jadi keselamatan adalah proses yang terus menerus mulai dari mengenal Yesus, menerima Yesus sebagai Tuhan dan Juruselamat pribadi, mengagumi Yesus, melekat dengan Yesus menjadi murid yang setia sampai kita menjadi seperti Yesus.

Jadi pemahaman keselamatan yang salah harus dikoreksi. Keselamatan adalah anugerah Allah yang hanya diterima dengan iman (solagracia, solafide), biarpun kita lemah masih bisa jatuh dalam dosa. Ini dapat dikatakan benar untuk keselamatan dalam pengertian mendapat justification. Tapi ini jangan dipakai dalih pembenaran kelemahan kita sehingga muncul sikap keselamatan hanya anugerah, sekali selamat tetap selamat walaupun kita hidup dalam dosa.

Sikap yang demikian dapat dikatakan hanya menerima sebagian kebenaran, sebagian keselamatan, yaitu mendapat status dibenarkan atau justification (hanya fondasi, belum ada bangunan di atasnya yang wajib dibangun oleh orang yang percaya, 1 Korintus 3:11, dst), orang percaya setelah dimerdekakan dari dosa harus menjadi hamba Allah (hamba kebenaran) sehingga akan memperoleh buah yang membawa kepada pengudusan dan sebagai kesudahannya ialah hidup yang kekal (Roma 6:19-22).

Tujuan keselamatan adalah pengudusan hidup sampai memiliki karakter Kristus

Dan tujuan akhir dari keselamatan adalah menjadi serupa dan memiliki karakter seperti Yesus. “Sebab semua orang yang dipilih-Nya dari semula (diselamatkan dalam Kristus), mereka juga ditentukan-Nya dari semula untuk menjadi serupa dengan gambar Anak-Nya...” Roma 8:29. Jadi tujuan keselamatan adalah kembali (dipulihkan) pada desain Allah semula dalam posisi (Kejadian 1:26-28), di mana manusia menjadi sekutu Allah atau kawan (mitra) kerja Allah dan sebagai finalnya kalau kita menang kita akan diberi makan buah pohon kehidupan di taman Firdaus Allah dan didudukkan dalam kemuliaan bersama Yesus di atas tahta-Nya, Wahyu 2:7; 3:21. Inilah yang dimaksud keselamatan yang disempurnakan yaitu lewat proses pengudusan, tidak bisa tanpa pengudusan dan bila Yesus datang kembali yang dibangkitkan atau yang diangkat serta diundang masuk perjamuan kawin Anak Domba yang kemudian ikut memerintah dalam kerajaan 1000 tahun adalah mereka yang berbahagia dan kudus (Wahyu 20:6). Pengertian keselamatan termasuk dirancang masuk dalam kondisi tak bercacat cela Efesus 1:4, 5:27, dan orang yang mempunyai harapan memasuki kemuliaan yang tersebut di atas pasti akan menyucikan diri, 1 Yohanes 3:1-3.

Kalau itu pengertian yang lengkap tentang keselamatan maka muncul pertanyaan keselamatan itu anugerah atau hasil usaha manusia? Maka jawabannya, keselamatan adalah anugerah Allah dan usaha ketaatan manusia, artinya bagian (aspek) Allah dan bagian manusia. Memang untuk keselamatan tahap permulaan yaitu mendapat status dibenarkan (justification) hanya semata Anugerah Allah dan bagian manusia meresponi dengan iman dan mengaktualisasikan dalam hidup sehari-hari. Dan untuk masuk dalam proses pengudusan (sanctification).

Dalam proses pengudusan ada bagian Allah dan bagian manusia.

  1. Bagian Allah
  2. Inisiatif yang pertama dari Allah: “Semoga Allah damai sejahtera menguduskan kamu seluruhnya. ” (I Tesalonika 5:23), dengan karya Roh-Nya memberi kelahiran baru yang harus ditumbuhkembangkan manusia sehingga potensi taat dan tunduk dengan melatih diri semakin tinggi (2 Timotius 2:4-6). Allah yang memberikan kemauan, pekerjaan (upaya) untuk taat dan tunduk (Filipi 2:13).

    Tuhan memberi sarana pengudusan, yaitu darah-Nya dan Roh-Nya (1 Petrus 1:2; 1 Yohanes 1:7) serta Firman-Nya (Yohanes 15:3; 17:17). Allah juga yang membantu memunculkan buah Roh (Galatia 5:22).

  3. Bagian Manusia
  4. Kerjakan (aktualisasikan) keselamatanmu dengan takut dan gentar (Filipi 2:12), terjemahan lain mengatakan: to work out your own salvation, artinya upaya tersebut bukan untuk menerima (memulai) keselamatan tetapi berangkat dari keselamatan yang telah diterima. Karena itu Rasul Paulus dalam 1 Timotius 6:11-12 mengatakan: “Hai manusia Allah jauhilah (cinta akan uang), kejarlah keadilan, ibadah, kesetiaan, kasih, kesabaran dan kelembutan. Bertanding dan rebutlah hidup yang kekal.”

    Karena itu orang yang telah lahir baru harus mampu dengan Kuasa Roh mematikan sifat daging (sarx), manusia lama (Roma 8:13, Galatia 5:16-21) dan memberi diri dipimpin oleh Roh (Galatia 5:18, 25) dengan membuang dan mematikan hal-hal negatif yang terus-menerus diperbaharui (Kolose 3:10).

    Karena itu kesucian adalah gaya hidup (asas dan prinsip hidup) orang Kristen yang telah lahir baru dan akan menjadi realitas karena karya Allah yang telah mencurahkan anugerah- Nya yang melimpah dalam persekutuan (melekat) dengan Kristus yang terus-menerus dan upaya ketundukan manusia pada firman Tuhan dan pimpinan Roh Kudus.

Baptisan Roh Kudus adalah karunia Tuhan untuk semua orang yang telah disucikan hatinya; tanda awal baptisan Roh Kudus adalah berkata-kata dengan bahasa roh sebagaimana diilhamkan oleh Roh Kudus.

Pembahasan tentang baptisan Roh Kudus ini adalah usaha memahami Pengakuan Iman Gereja Bethel Indonesia. Kedua butir ini sangat dipengaruhi oleh laporan Lukas, khususnya di dalam Kisah Para Rasul dan yang perlu menjadi catatan penting adalah bahwa Lukas membuat laporan yang bersifat sejarah di dalam Kisah Para Rasul bukan demi kepentingan sejarah semata. Ia mengumpulkan data sejarah untuk mengajarkan pembacanya tentang apa yang Allah sedang selesaikan di dunia dan apa yang Allah perintahkan kepada orang percaya untuk melakukan di dalam dan melalui peristiwa-peristiwa yang akan ia ceritakan. Lukas memiliki maksud teologis ketika ia menceritakan peristiwa-peristiwa yang berkaitan dengan Roh Kudus, demikian pula dengan peristiwa baptisan Roh Kudus.

Di dalam menceritakan peristiwa-peristiwa baptisan Roh Kudus, Lukas menggunakan berbagai istilah. Istilah-istilah itu adalah dibaptis dengan Roh (Kudus), janji Bapa, karunia Roh, dipenuhi Roh (Kudus), pencurahan Roh Kudus, menerima Roh Kudus, turunnya Roh. Kesemua istilah itu menunjuk kepada pengertian yang sama, yaitu pemberdayaan oleh Roh Kudus kepada seseorang atau kelompok orang untuk sebuah pelayanan atau misi. Dalam penggunaan istilah dipenuhi Roh, Lukas melaporkan bahwa pemenuhan Roh ini dapat terjadi berulang. Petrus dipenuhi Roh pada hari Pentakosta di dalam Kisah Para Rasul 2:4, ia juga dipenuhi Roh di dalam Kisah Para Rasul 4:8. Demikian pula di dalam Kisah Para Rasul 9:17 dan 13:9.

Baptisan Roh yang tertera di dalam Pengakuan Iman GBI ini bukanlah satu peristiwa yang sama dengan pertobatan dan penyatuan orang yang bertobat ke dalam tubuh Kristus. Memang Paulus melaporkan tentang baptisan oleh Roh pada peristiwa pertobatan seseorang dan orang tersebut disatukan ke dalam tubuh Kristus/gereja (1 Korintus 12:13). Pengajaran Paulus ini diyakini pula oleh GBI sebagai karya Roh di dalam pembenaran dan kelahiran baru (bnd. Pengakuan Iman GBI butir 5), (Kisah Para Rasul 2:1; 8:12). Jadi baptisan Roh mengikuti pertobatan dan penyucian hati.

Kisah Para Rasul menghubungkan baptisan Roh dengan bahasa Roh. Manifestasi berbahasa Roh muncul di dalam Kisah Para Rasul selalu dalam peristiwa baptisan Roh. Bahasa Roh yang muncul di dalam peristiwa baptisan bersumber dari Roh itu sendiri. Di sini berarti bahasa tidak dapat dipelajari atau diajarkan oleh seseorang. Bahasa Roh ini menandai seseorang dibaptis Roh Kudus.

Baptisan Roh sesungguhnya dimaksudkan oleh Tuhan untuk memberdayakan orang percaya untuk sebuah pelayanan dan juga memberi daya tahan orang tersebut untuk bertahan dalam penderitaan akibat pelayanan yang ia emban. Hal ini dapat dilihat dalam perubahan diri Petrus dari seorang pengecut menjadi pemberani untuk bersaksi apapun akibatnya. Demikian juga terjadi di dalam diri Paulus dari seorang penganiaya menjadi teraniaya karena pelayanannya. Bagaimana kita menerima baptisan Roh Kudus? Sesungguhnya baptisan Roh merupakan karunia. Oleh sebab itu pemberian karunia ini adalah kedaulatan Roh kepada orang-orang percaya yang menanti dan meminta di dalam doa dengan iman. Penerimaan karunia dapat dilakukan baik dengan maupun tanpa penumpangan tangan.

Perjamuan Kudus dilakukan setiap kali untuk meneguhkan persekutuan kita dengan Tuhan dan satu dengan yang lain sebagai gereja.

Perjamuan Kudus adalah salah satu dari dua sakramen yang dilaksanakan oleh Gereja Bethel Indonesia. Sakramen selalu berkaitan dengan “tanda” dan “meterai” perjanjian antara Allah dengan umat-Nya.

Saat kita melaksanakan Perjamuan Kudus, di mana menggunakan sarana roti (gambaran dari tubuh Kristus) dan anggur (gambaran dari darah Kristus) yang kita makan dan minum itu melambangkan kita menyatukan diri dengan kematian dan karya keselamatan Yesus Kristus (1 Korintus 10:16, 17).

Perjamuan Kudus yang kita lakukan saat ini mengacu pada perjamuan yang diadakan Tuhan Yesus beserta murid-murid-Nya pada malam sebelum Ia disalibkan (Matius 26:26-29, Markus 14:22-26, Lukas 22:19 dan 1 Korintus 11:23-26).

GBI menolak konsep “Transsubstansiasi” (perubahan substansi roti dan anggur menjadi tubuh dan darah Yesus), karena konsep ini tidak Alkitabiah. Jadi secara tegas GBI menolak me- magis-kan roti dan anggur yang digunakan dalam Perjamuan Kudus.

Konsep “Konsubstansiasi” (Kristus hadir di dalam, bersama-sama dan di bawah tanda roti dan anggur) bisa kita terima selama pelaku Perjamuan Kudus itu mengerti dan memahami makna roti dan anggur yang hanya sebagai lambang kehadiran Yesus dalam sakramen itu. Kita yakin bahwa Yesus hadir secara rohani dan terus bertindak dengan dinamis saat kita melakukan Perjamuan Kudus.

Makna sakramen Perjamuan Kudus, yaitu dalam Perjamuan Kudus terjadi persekutuan antara orang percaya dengan kematian Yesus di kayu salib, juga antara orang percaya dengan sesama anggota tubuh Kristus lainnya. Perjamuan Kudus memiliki nilai peringatan akan karya penebusan Allah bagi setiap orang yang percaya. Perjamuan Kudus mengandung arti pemberitaan kematian Yesus kepada semua orang. Perjamuan Kudus mengajar agar kita selalu mengucap syukur akan karya Allah bagi manusia.

Kesembuhan ilahi tersedia dalam korban penebusan Yesus untuk semua orang yang percaya.

Korban penebusan Tuhan Yesus Kristus di atas kayu salib adalah korban yang sempurna untuk keselamatan tubuh, jiwa dan roh manusia.

Darah-Nya yang sudah tertumpah itu adalah untuk menyucikan segala dosa kita (Ibrani 9:14-28; 1 Yohanes 7:9). Ada hubungan yang erat antara dosa manusia dan penyakit. Penyakit mulai nyata sesudah manusia jatuh dalam dosa, yaitu melanggar ketetapan Allah. Penyakit itu adalah akibat pelanggaran hukum, baik hukum Allah maupun hukum alam.

Terhadap anak-anak Tuhan, Allah mempunyai hukum yang istimewa. Dalam Keluaran 15:26, Tuhan berfirman: “Jika kamu sungguh-sungguh mendengarkan suara TUHAN, Allahmu dan melakukan apa yang benar dimata-Nya, dan memasang telingamu kepada perintah- perintah-Nya dan tetap mengikuti segala ketetapan-Nya, maka Aku tidak akan menimpakan kepadamu penyakit manapun, yang telah kutimpakan kepada orang Mesir, sebab Aku TUHAN- lah yang menyembuhkan engkau”. Inilah perjanjian Tuhan secara khusus kepada umat-Nya. Tuhan adalah Tabib (Dokter) yang setiawan dan yang Maha Kuasa. Lebih nyata lagi kehendak Tuhan dalam hal ini pada waktu Tuhan Yesus datang di dalam dunia ini, Ia berjalan keliling untuk melepaskan tiap-tiap orang yang dirasuk setan dan menyembuhkan segala orang sakit yang percaya kepada-Nya (Kisah Para Rasul 10:38; Markus 16:15-18). Jalan untuk menerima kesembuhan ilahi, ialah iman yang hidup dalam korban penebusan Tuhan Yesus Kristus bagi orang percaya. Sama seperti darah-Nya mempunyai kuasa untuk menyucikan dosa kita, begitu juga bilur-Nya (daging-Nya yang telah hancur) mempunyai kuasa untuk menyembuhkan tubuh kita dari segala penyakit. “Oleh bilur-bilur-Nya kita diselamatkan” (Yesaya 53:5; Matius 8:17; 1 Petrus 2:24).

Tuhan Yesus Kristus sudah bangkit dari antara orang mati, sekarang duduk di sebelah kanan Bapa. Hari ini juga Ia menyembuhkan segala penyakit tiap-tiap orang percaya dengan perantaraan hamba-hamba-Nya yang diurapi dengan Roh Kudus. Mereka menumpangkan tangan atau mengurapi dengan minyak dalam nama Tuhan Yesus dan memerintahkan dengan Firman Tuhan, maka kesembuhan ilahi akan terjadi dalam tubuh orang percaya itu. Untuk pelayanan ini, Tuhan menyediakan karunia kesembuhan, karunia iman, karunia mujizat dari Roh Kudus (1 Korintus 12:9-10).

Pelayanan kesembuhan ilahi dengan jalan berdoa ini harus berjalan terus bersama-sama dengan pelayanan Pekabaran Injil untuk keselamatan manusia dari dosanya. Inilah tanda bahwa Yesus Kristus yang hidup itu menyertai kita dan menetapkan Firman-Nya senantiasa (Markus 16:20).

Tuhan Yesus Kristus akan turun dari sorga untuk membangkitkan semua umat-Nya yang telah mati di dalam Dia dan mengangkatnya bersama-sama semua umat-Nya yang masih hidup lalu bertemu dengan Dia di udara, kemudian Ia akan datang kembali bersama orang kudus-Nya untuk mendirikan Kerajaan Seribu Tahun di bumi ini.

Janji kedatangan Kristus kedua kali pasti digenapi seperti halnya janji atau nubuat kedatangan-Nya yang pertama (2 Petrus 3:8-9; Bilangan 23:19; Matius 24:35). Janji bahwa Kristus akan datang kembali tidak hanya disampaikan oleh malaikat ketia Ia naik ke surga (Kisah Para Rasul 1:11) tetapi diucapkan juga oleh Yesus sendiri (Yohanes 14:2,3).

Tentang ajaran ini, GBI mempunyai pandangan atau paham Premilenium Dispensasional, yaitu ajaran tentang kedatangan Yesus kembali yang meliputi dua tahap.

Tahap pertama: Pengangkatan gereja yang sempurna dari bumi (rapture atau parousia). Yesus datang di udara (1 Tesalonika 4:16,17) dan mengangkat gereja sehingga tidak mengalami kesusahan besar atau tribulasi (Wahyu 7:14) di bawah pemerintahan antikristus. Namun dengan catatan bahwa GBI tidak menekankan berapa lama waktunya, karena kita tidak mengetahui kapan saatnya pengangkatan gereja. GBI tidak menekankan pada teori rapture yang sifatnya spekulatif, misalnya: teori pre-tribulasi, mid-tribulasi atau post-tribulasi.

Tahap kedua: Kedatangan yang tampak dari Kristus (revelation atau apocalypses) bersama orang-orang kudus-Nya untuk memerintah di bumi selama seribu tahun dan berpusat di Yerusalem (Matius 16:27; 24:30: Wahyu 20:1-6).

GBI menolak upaya menghitung dan menetapkan saat kedatangan Yesus kembali. Ajaran ini menyesatkan, karena Alkitab denga tegas menyatakan bahwa tidak seorangpun yang tahu, hanya Bapa sendiri yang tahu (Matius 24:36; Kisah Para Rasul 1:7). Adalah lebih bertanggung jawab untuk mengajarkan dan menekankan hal-hal yang diperintahkan Yesus sambil kita menantikan kedatangan-Nya kedua kali, yaitu:

  • Bertahan sampai kesudahan dan hidup dalam kasih (Matius 24:12,13).
  • Memberitakan Injil kepada seluruh bangsa (Matius 24:14).
  • Berjaga-jaga (dan berdoa) serta siap sedia (Matius 24:42, 44).
  • Melakukan tugas yang diberikan tuannya (Matius 24:46).
  • Menjalin kebersamaan dan kerja sama di antara para hamba (Matius 24:49-51).

Pada akhirnya semua orang mati akan dibangkitkan, orang benar akan bangkit pada kebangkitan yang pertama dan menerima hidup kekal, tetapi orang jahat akan bangkit pada kebangkitan yang kedua dan menerima hukuman selama-lamanya.

Pengakuan ini dimulai dengan peringatan: “Pada akhirnya semua orang mati akan dibangkitkan”. Pada akhirnya memberikan peringatan bahwa waktu dan ruang akan berakhir eksistensinya. Sedang semua orang mati akan dibangkitkan menegaskan bahwa manusia adalah makhluk kekal, hanya apakah dia kekal disorga atau kekal di neraka. Oleh karena itu akan terjadi kebangkitan orang mati secara fisik pada akhir zaman, dengan tidak meragukan kuasa dan cara Allah untuk membangkitkannya.

Selanjutnya orang benar akan bangkit pada kebangkitan yang pertama dan menerima hidup kekal, menegaskan keyakinan akan kepastian keselamatan bagi orang benar, yaitu orang yang percaya kepada Yesus Kristus sebagai Juruselamat dan Tuhan secara pribadi (Yohanes 5:24; Roma 3:24; Yohanes 5:28,29; Efesus 2:8,9; Galatia 3:13; 4:5). Kebangkitan pertama akan terjadi pada tahap pertama dari kedatangan Yesus kembali, yaitu pengangkatan gereja (1 Tesalonika 4:16,17). Mereka akan diberi tubuh kemuliaan, tubuh rohani yang tidak dapat dibinasakan (1 Korintus 15:33-44; 49, 52). Dan mereka akan menerima hidup kekal/keselamatan yang sepenuhnya dan juga menerima pahala atas pelayanannya.

Di lain pihak orang jahat akan bangkit pada kebangkitan yang kedua dan menerima hukuman selama-lamanya. Orang jahat adalah mereka yang tidak percaya Yesus, yang akan dibangkitkan pada akhir kerajaan 1000 tahun untuk menerima hukuman kekal (kebangkitan kedua, Kisah Para Rasul 24:15; Wahyu 20:11-13).

Mereka akan dilemparkan ke dalam lautan api (Wahyu 20:14,15), di neraka atau Gehenna (Yeremia 7:32; 14:6; Matius 23:14,33; 25:41, 46), tempat penghukuman akhir yang tak berkesudahan.

Pengakuan Iman GBI (Versi Ringkas)

Aku percaya bahwa:

  • Alkitab adalah firman Allah.
  • Allah yang Esa itu Tritunggal adanya.
  • Yesus yang mati, bangkit, naik ke sorga adalah Juruselamat, pengantara kita dan Raja segala raja.
  • Manusia berdosa harus bertobat dan beriman agar diampuni, dibenarkan dan dilahirbarukan lalu dibaptis secara selam dan hidup suci.
  • Bahasa roh adalah tanda awal baptisan Roh Kudus.
  • Gereja melakukan perjamuan kudus dan meyakini kesembuhan ilahi.
  • Tuhan Yesus akan datang kembali, ada kebangkitan tubuh, kerajaan seribu tahun, hukuman kekal dan hidup yang kekal.