Rahasia hidup di bawah hukum kasih karunia (Pdm Heri Priyanto)
Ringkasan Khotbah | |
---|---|
Ibadah | Ibadah Raya 3 |
Tanggal | Minggu, 14 November 2010 |
Gereja | GBI Danau Bogor Raya |
Lokasi | Graha Amal Kasih |
Kota | Bogor |
Khotbah lainnya | |
Sebelumnya |
|
Selanjutnya |
|
S'perti rusa rindu sungai-Mu, begitulah jiwaku
Ya Roh Kudus penuhi aku
Dengan urapan baru
Penuhiku, penuhiku dengan hadirat-Mu
Urapiku, urapiku, dengan minyak kudus-Mu
Allah kami yang baik, terima kasih Tuhan untuk siang hari ini kami punya waktu yang begitu indah, kami boleh Kaulayakkan untuk memuji dan meninggikan Engkau di tempat ini. Kami percaya saat mulut kami penuh dengan puji-pujian maka Engkau akan bertakhta di atas pujian kami. Dan saat Engkau bertakhta di atas pujian kami, maka semua kelegaan kepuasan akan menjadi bagian kami. Terima kasih untuk siang haru ini. Sebentar kami akan belajar kebenaran Firman-Mu Tuhan, Engkau tahu bahwa kami tidak bisa hidup tanpa Firman-Mu, suatu roti yang hidup yang memberikan kekuatan bagi setiap kami.
Saing hari ini kami serahkan setiap hamba-Mu yang ada di tempat ini urapi hati dan pikiran kami sehingga setiap kami boleh mengerti kebenaran Firman-Mu yang akan disampaikan siang hari ini. Kau urapi juga hamba-Mu supaya hamba-Mu bisa menyampaikan dengan kata-kata yang bisa kami mengerti supaya semua kami di tempat ini diberkati oleh Firman-Mu. Kami percaya Engkau ada di tengah-tengah kami, dan Engkau sedang memberkati umat-Mu Tuhan. Kami siapkan hati kami Tuhan, berkat Firman ini kami terima hanya di dalam nama Tuhan Yesus Kristus. Amin. |
Puji Tuhan, Shalom, dulu saya menjadi koordinator di tempat ini untuk ibadah ketiga. Dan sudah lebih dari satu tahun ini, saya diutus untuk menggembalakan jemaat di Hotel Permata, Jalan Pajajaran. Kami beribadah pukul 08.30, dan rencananya mulai 5 Desember 2010, minggu pertama, kami akan beribadah dua kali, yaitu pukul 08.00 dan 10.30.
Pagi ini kita akan belajar topik Firman Tuhan yaitu hidup dalam hukum kasih karunia. Di dunia ini banyak hukum yang berlaku. Kalau barang kita jatuhkan ke bumi, itu namanya hukum gravitasi bumi. Ada hukum pidana, kalau Saudara mencuri, Saudara ditangkap dan diadili dengan hukum pidana. Ada hukum perdata, kalau Saudara berdagang bikin masalah dan tidak bayar, itu urusannya dengan hukum perdata. Ada hukum karma, kalau Saudara mencuri hari ini maka Saudara akan dicuri juga seperti itu. Dan hari ini kita akan belajar hukum kasih karunia.
Saudara yang dikasihi Tuhan, ada yang namanya anugerah, ada yang namanya upah, dan ada yang namanya musibah.
- Kalau seorang sarjana bekerja satu bulan katakanlah mendapat gaji 5 juta rupiah, siapa pun dia, tanpa memandang agama dan warna kulit, kalau mempunyai kemampuan yang sama, ya gajinya sama. Itu namanya upah.
- Tapi kalau Saudara baru bekerja dapat 5 juta rupiah, tapi baru pulang tersenggol angkot dan habis 2 juta rupiah, yang bisa dinikmati hanya 3 juta rupiah, itu namanya dapat musibah.
- Tapi kalau Saudara dapat 5 juta sebulan tapi tidak tahu bagaimana, tahu-tahu Saudara mendapat kesempatan sehingga Saudara mendapatkan uang katakanlah 50 juta rupiah. Itu namanya anugerah.
Jadi, ada anugerah, upah, dan ada musibah. Nah, hari ini kita belajar bagaimana kita hidup di bawah hukum anugerah. Saudara percaya? Amin?
Rahasia hidup di bawah hukum kasih karunia
Ulangan 11:10-12, Sebab negeri, ke mana engkau masuk untuk mendudukinya, bukanlah negeri seperti tanah Mesir, dari mana kamu keluar, yang setelah ditabur dengan benih harus kauairi dengan jerih payah, seakan-akan kebun sayur. Tetapi negeri, ke mana kamu pergi untuk mendudukinya, ialah negeri yang bergunung-gunung dan berlembah-lembah, yang mendapat air sebanyak hujan yang turun dari langit; suatu negeri yang dipelihara oleh TUHAN, Allahmu: mata TUHAN, Allahmu, tetap mengawasinya dari awal sampai akhir tahun.
Kekristenan itu diumpamakan seperti perpindahan dari Mesir ke Tanah Perjanjian. Tinggal di tanah Mesir adalah gambaran bahwa kita mengandalkan kekuatan kita sendiri. Memang di Mesir ada sungai yang bagus-bagus, ada sungai Nil, Efrat, Tigris yang besar-besar sehingga orang bisa hidup tanpa mengandalkan Tuhan. Dia tinggal bikin kebun, bercocok tanam di sana dan mereka bisa hidup. Tapi negeri yang akan dimasuki orang Israel adalah negeri yang hanya mengandalkan hujan dari langit, makanya ada istilah hujan awal dan hujan akhir, suatu gambaran bahwa mereka hidup hanya dari kasih karunia.
Kekristenan adalah gambaran di mana dulu kita hidup di tanah Mesir mengandalkan kekuatan sendiri dan sekarang kita hidup di negeri di mana kita hanya bisa mengandalkan Tuhan .
Perjanjian Lama dan Perjanjian Baru juga menggambarkan hal tersebut. Perjanjian Lama yang dominan adalah Taurat, di mana orang bisa selamat kalau melakukan Taurat dengan sempurna. Tapi Firman Tuhan katakan, tidak ada satu pun yang bisa melakukan Hukum Taurat. Maka Perjanjian itu dibatalkan dan diganti dengan Perjanjian Baru di mana Yesus menggantikan untuk mengerjakan Taurat itu. Barang siapa percaya kepada-Nya tidak akan binasa tapi beroleh hidup yang kekal. Itu namanya kasih karunia! Bukan karena perbuatan baik kita yang menyelamatkan tapi semata-mata berkat dari Tuhan: Perjanjian Lama pindah ke Perjanjian Baru.
Saudara yang dikasihi Tuhan, kehidupan kita harus seperti itu, jangan lagi mengandalkan kekuatan kita sendiri.
Mazmur 127:1-2, Nyanyian ziarah Salomo. Jikalau bukan TUHAN yang membangun rumah, sia-sialah usaha orang yang membangunnya; jikalau bukan TUHAN yang mengawal kota, sia-sialah pengawal berjaga-jaga. Sia-sialah kamu bangun pagi-pagi dan duduk-duduk sampai jauh malam, dan makan roti yang diperoleh dengan susah payah--sebab Ia memberikannya kepada yang dicintai-Nya pada waktu tidur.
Saudara yang dikasihi Tuhan, hanya berkat Tuhan yang bisa menjadikan kaya, susah payah tidak akan menambahinya. Itu janji Tuhan! Seringkali kita bersusah payah dengan kekuatan kita sendiri supaya kita kaya. Justru hanya berkat Tuhanlah yang bisa membuat kita kaya, yaitu ketika kita hidup di bawah kasih karunia, hanya anugerah Tuhan yang menolong kita. Berbahagialah kalau kita bisa hidup di bawah hukum kasih karunia.
Ada 3 hal yang akan saya sampaikan bagaimana kita bisa mengalami hidup di bawah hukum kasih karunia ini:
- Menyimpan harta di sorga
- Hukum tabur tuai
- Sikap hati yang benar
Rahasia #1: Menyimpan harta di sorga
Matius 6:19-20, "Janganlah kamu mengumpulkan harta di bumi; di bumi ngengat dan karat merusakkannya dan pencuri membongkar serta mencurinya. Tetapi kumpulkanlah bagimu harta di sorga; di sorga ngengat dan karat tidak merusakkannya dan pencuri tidak membongkar serta mencurinya.
Setiap orang yang ingin hidup di bawah hukum kasih karunia, yang pertama dikatakan, jangan engkau menyimpan hartamu di dunia ini, tapi kita disuruh menyimpannya di sorga, sebab ngengat dan karat tidak bisa merusakkannya dan pencuri tidak bisa mencurinya.
Pertanyaannya, bagaimana kita bisa menyimpan harta kita di sorga?
Matius 19:29, perikopnya adalah upah mengikut Yesus,
Dan setiap orang yang karena nama-Ku meninggalkan rumahnya, saudaranya laki-laki atau saudaranya perempuan, bapa atau ibunya, anak-anak atau ladangnya, akan menerima kembali seratus kali lipat dan akan memperoleh hidup yang kekal.
Ini sesuatu yang rahasia, bahwa kalau kita hidup berkorban untuk Yesus, sebenarnya kita sedang menabung di sorga sana.
- Ketika kita melakukan kebaikan bagi orang, katakanlah kita berkorban 1 juta rupiah, sebenarnya tabungan kita ada 100 juta di sorga sana. Ini hukum Allah.
- Ketika waktu kita, tenaga kita, hilang karena menolong orang, katakanlah 1 house power. Kita akan menyimpan tenaga kita di sorga sana 100 kali lipat.
Saudara yang dikasihi Tuhan, kalau ada orang yang mewariskan sesuatu, bisa kekayaan yang kelihatan juga yang tidak kelihatan.
Saya ada sebuah kesaksian. Kawan saya, kakak-beradik, mereka sangat diberkati Tuhan, mereka adalah pengusaha yang sukses, apa saja yang dikerjakan berhasil. Satu ketika saya tanya, "Ko, apa sih rahasianya usahamu kok begitu diberkati Tuhan? " Jawabnya, "Ini semua bukan karena saya, tapi karena Mama saya sangat suka memberi. " Kata-kata ini semula tidak begitu penting bagi saya, tapi ketika saya renungkan dan saya baca ayat ini, saya baru mengerti bahwa ketika orang tua itu meninggalkan warisan di sorga sana, maka anak cucunya akan menikmatinya. Makanya ada Firman Tuhan yang dinyatakan oleh raja Daud, dahulu aku muda, sekarang telah menjadi tua, tetapi tidak pernah kulihat orang benar ditinggalkan, atau anak cucunya meminta-minta roti. (Mazmur 37:25)
Ketika seseorang mempunyai banyak simpanan di sorga, maka anak cucunya akan dengan mudah menikmatinya, keberuntungan akan dihadapi. Saudara perhatikan, ada keluarga yang mungkin hidupnya sederhana, tapi ketika anaknya mau kuliah—eh, dapat beasiswa. Ketika pindah ke kota—eh, anaknya ada yang menolong mendapatkan pekerjaan. Kebajikan keberuntungan selalu mengikutinya. Itu semua bukan gratis, tapi mereka punya tabungan di sorga sana. Itulah yang dimaksud dengan simpanlah tabungan kita di sorga, karena ngengat dan karat tidak bisa merusakkannya dan pencuri tidak bisa mencurinya. Itu tabungan yang bisa kita simpan sehingga anak cucu kita bisa menikmatinya sampai kapan pun.
Sekarang kebalikannya, saudara perhatikan, kalau orang mengambil satu, maka dia akan punya hutang seratus. Saya juga mempunyai usaha, dan saya mengerti pemahaman ini dengan baik. Kalau saya mengambil hak orang 100 perak, maka saya akan rugi 100 kali lipat, makanya saya takut dan berhati-hati. Dalam kehidupan ini, banyak orang berpikir tidak ada hukumnya. Ada Saudara! Ketika kita mengambil sesuatu dari milik orang, maka tabungan kita akan hilang 100 kali lipat dari yang kita ambil. Makanya tidak sedikit orang yang menyimpan bukannya kekayaan di sorga, melainkan hutang. Akibatnya anak cucunya harus menanggung semuanya. Makanya tidak sedikit orang yang pintar, usahanya keras dan rajin, tapi kenapa kalau usaha selalu gagal, ini gagal itu gagal, itu karena ada satu hutang yang dia harus bayar.
Namun, sebenarnya bagi kita orang Kristen, ada kabar sukacita. Yesus telah mati untuk menanggung semua hutang-hutang yang dibuat nenek moyang kita. Itulah luar biasanya, sehingga semua kutuk itu sudah ditanggung di atas kayu salib. Makanya kalau pemahaman kita mengerti, sebenarnya tidak ada istilah bahwa orang percaya itu hidupnya kekurangan, karena belalang pelahap, hutang-hutang itu sudah ditanggung oleh Tuhan sendiri. Cuma, apakah perbuatan kita itu masih menjadi berkat atau tidak? Kalau kita tetap mengambil punya orang maka itu harus kita bayar.
Konsep yang pertama dalam hukum kasih karunia ini, Saudara renungkan, mana ada bunga sampai seratus kali lipat di dunia ini, kecuali di dalam hukum kasih karunia? Karena itu, Saudara berbuat baik, itu tidak ada ruginya. Mungkin ada orang tua berkata, ngapain saya berbuat baik sebentar lagi juga saya mati? Salah, Saudara! Saat kita berbuat baik, maka kita sedang menyimpan harta di sorga bagi anak cucu kita. Mungkin kita tidak bisa meninggalkan kekayaan materi bagi anak-anak kita, tapi kita bisa meninggalkan keberuntungan, kebajikan, dan kebaikan bagi mereka.
Kemarin pagi Pak Rusli menyampaikan tentang warisan. Kita sebagai para orang tua perlu memberikan warisan kepada anak cucu kita. Bukan hanya sekedar materi yang bisa menimbulkan perselisihan dan percekcokan dari anak cucu kita. Tapi waktu warisan itu adalah suatu kebajikan yang disimpan di sorga sana, anak cucu kita akan seperti yang Mazmur Daud katakan, anak cucunya tidak akan meminta-minta roti. Seperti Mazmur 23 katakan, kebajikan dan kemurahan selalu mengikuti ke mana pun dia pergi. Luar biasa. Itulah orang yang hidup dalam hukum kasih karunia.
Kalau kita buka toko, di sebelah-sebelah kita jualannya sama, tinggal kita istilahnya "adu hoki" atau "adu berkat"! Toh semuanya sama. Ada orang yang pergi ke Gunung Kawi atau dukun supaya dagangannya laris. Tapi kita mengerti hukum kasih karunia, Saudara harus banyak berkorban demi nama Yesus, maka Saudara akan mendapatkan 100 kali lipat. Sesuatu yang luar biasa. Ini tidak perlu diiming-imingi, tapi ini adalah kebenaran Firman Tuhan. Jangan pelit-pelit berkorban bagi Tuhan. Saat kita punya waktu, kita layani Tuhan. Kita punya uang, kita berkorban buat Tuhan, buat jiwa-jiwa. Itu tidak ada ruginya, karena Tuhan begitu baik.
Itulah rahasia bagaimana kita hidup dalam hukum kasih karunia, pertama kita mengumpulkan harta kita di sorga. Kalau kita lakukan itu, maka kita akan tenang. Karena ke mana pun kita akan ditolong. Kita pergi ke suatu kota, kita akan bertemu orang-orang baik, kita akan menemukan suatu kesempatan yang menolong kita. Karena apa? Karena kita menyimpan kebaikan. Katakanlah kita melakukan kebaikan di sini, kita sedang menyimpan 100 kali kebaikan di tempat lain. Sehingga ketika kita pergi ke suatu tempat, kita akan mendapatkan kebaikan itu kembali.
Saudara yang dikasihi Tuhan, dahulu ketika saya sudah melayani di Bogor, sementara asli saya adalah di sebuah kota kecil di Jawa Tengah. Saat sudah melayani, di Bogor sini saya kadang pagi menjemputi ibu-ibu untuk datang ke gereja. Kadang saya menangis, Tuhan, bagaimana dengan Mama saya yang belum kenal Tuhan? Siapa yang mengurusi? Tapi rupanya Tuhan begitu baik. Saya punya teman sekolah, orangnya lebih pintar dari saya, dia sekolah Teologia dan membuka jemaat dekat rumah saya. Kebetulan sekali, sehingga saya berpesan dan minta tolong agar Mama Papa saya diurusi. Akhirnya ketika meninggalnya, Mama Papa saya kenal Tuhan karena teman saya itu.
Jangan pernah takut untuk berbuat baik. Ketika saya mengurusi ibu-ibu di sini, orang tua saya pun diurusi Tuhan. Ketika saya menabur kebaikan, kebaikan di sana pun saya tuai. Itu adalah satu hukum.
Seringkali ketika kita berbuat baik, orang yang menerima kebaikan kita itu malah mengecewakan kita. Lalu kita marah, karena kita masih memiliki kasih yang Eros. Artinya, kasih yang "jikalau". Kalau kamu baik maka saya akan baik sama kamu. Bukan begitu, Saudaraku. Kalau kita mau berbuat baik, jangan pernah lihat orang itu mau terima kebaikan kita atau tidak. Seringkali kita sakit hati karena kita sudah berbuat baik eh malah orang itu ngelunjak dan menyakiti hati kita.
Tapi jangan takut, kita tetap berbuat baik. Firman Tuhan katakan, tetaplah berbuat baik!
Rahasia #2: Hukum tabur tuai
2 Korintus 9:6-11, Camkanlah ini: Orang yang menabur sedikit, akan menuai sedikit juga, dan orang yang menabur banyak, akan menuai banyak juga. Hendaklah masing-masing memberikan menurut kerelaan hatinya, jangan dengan sedih hati atau karena paksaan, sebab Allah mengasihi orang yang memberi dengan sukacita. Dan Allah sanggup melimpahkan segala kasih karunia kepada kamu, supaya kamu senantiasa berkecukupan di dalam segala sesuatu dan malah berkelebihan di dalam pelbagai kebajikan. Seperti ada tertulis: "Ia membagi-bagikan, Ia memberikan kepada orang miskin, kebenaran-Nya tetap untuk selamanya." Ia yang menyediakan benih bagi penabur, dan roti untuk dimakan, Ia juga yang akan menyediakan benih bagi kamu dan melipatgandakannya dan menumbuhkan buah-buah kebenaranmu; kamu akan diperkaya dalam segala macam kemurahan hati, yang membangkitkan syukur kepada Allah oleh karena kami.
Saudara yang dikasihi Tuhan, kata ”camkan" itu artinya sangat penting. Kalau cuma "agak penting" paling hanya "tolong perhatikan". Kata "camkanlah ini", adalah hal yang sangat penting yang Paulus nyatakan kepada jemaat di Korintus. Orang yang menabur sedikit, akan menuai sedikit juga, dan orang yang menabur banyak, akan menuai banyak juga. Orang yang tidak menabur, tidak menuai. Kalau pun dia menuai artinya tanaman orang lain. Dan kalau dia mengambil tanaman orang lain, dia harus mengganti 100 kali lipat.
Ini rahasianya, Saudara yang dikasihi Tuhan. Kalau kita memberi itu bukan karena gereja kekurangan, atau Tuhan perlu pemberian kita. Tapi itu sebenarnya untuk kita sendiri. Kita dilatih Tuhan. Makanya di sini ada persepuluhan, persembahan khusus, Diakonia, misi, itu semua persembahan khusus. Ada juga mungkin Saudara pergi untuk janda-janda dan anak-anak yatim.
Bahkan Saudara, kalau Saudara perhatikan, banyak orang yang belum percaya kepada Tuhan Yesus, juga orang-orang yang sangat suka memberi. Hukum ini juga berlaku bagi mereka. Barangsiapa memberi, menabur, dia akan menuai. Tapi justru kita yang sudah tahu hukum ini malah tidak melakukan.
Katakanlah Saudara adalah seorang petani. Dari panen sawah Saudara katakanlah hanya dapat 5 ikat padi. Kalau dimakan pun sangat pas bahkan kurang. Petani yang bijaksana pasti menyisihkan sebagian untuk menabur kembali. Karena dia tahu kalau dia tidak menabur lagi maka dia tidak akan menuai lagi. Dia pasti juga memilih bagian yang terbaik untuk dia tabur kembali.
Jadi apa pun yang kita punya haruslah kita pilih sebagian untuk kita tabur kembali. Hanya petani yang bodoh saja yang akan memakan semua hasil panennya sehingga dia tidak punya benih lagi untuk ditabur.
Ayat ke-10 mengatakan, Ia yang menyediakan benih bagi penabur, dan roti untuk dimakan, Ia juga yang akan menyediakan benih bagi kamu dan melipatgandakannya dan menumbuhkan buah-buah kebenaranmu. Tuhan juga tahu, mana bagian yang untuk benih dan untuk roti. Dia adalah Allah yang sangat baik. Dia tidak akan pernah menyuruh tanpa memperlengkapi kita. Tapi yang sering terjadi adalah benih itu kita makan juga! Akhirnya kita tidak pernah menuai.
Jadi hal yang kedua, Saudara yang dikasihi Tuhan, kalau kita mau hidup dalam hukum kasih karunia, ayo, Saudara, benih itu jangan dimakan. Taburkanlah!
Latih juga anak Saudara untuk belajar menabur, memberi, ajar dia untuk berkorban bagi orang lain. Inilah yang harus kita lakukan, karena Saudara yang tidak menabur akan sulit sekali untuk menuai. Ini adalah hukum yang tidak bisa dilanggar dan berlaku untuk semua orang. Hukum tabur tuai. Barang siapa menabur, dia akan menuai.
Kita terus menabur, terus menabur. Karena kita tidak tahu kapan kita menuainya dan kapan kita akan memerlukan semuanya itu. Kalau kita berbuat baik, itu satu simpanan di sorga sana, hal yang luar biasa.
Simpanan di bank memang tidak ada salahnya, tapi lebih luar biasa kalau Saudara punya simpanan di sorga sana. Di bank bunganya hanya 6-7% sekarang, tapi di sorga 100 kali lipat. Luar biasa. Saudara lakukan, dan ujilah Firman Tuhan ini, Saudara akan mengalaminya.
Kemudian, Camkanlah ini: Orang yang menabur sedikit, akan menuai sedikit juga, dan orang yang menabur banyak, akan menuai banyak juga. Makanya kita harus berani menabur. Mungkin gaji Saudara 1 juta, tidak cukup. Tuhan juga tahu tidak cukup. Tapi kita akan dilatih Tuhan bahwa berani tidak kita memberi? Saudara akan melihat bagaimana mujizat akan Saudara alami. Jalan demi jalan, kemudahan demi kemudahan, kemurahan demi kemurahan, kebajikan demi kebajikan, Saudara akan alami.
Tapi sebaliknya kalau Saudara mengambil yang bukan hak Saudara, maka kecelakaan, masalah, kerugian, penipuan, akan Saudara alami, karena Saudara harus membayar 100 kali lipat.
Rahasia #3: Sikap hati yang benar
Matius 6:24, Tak seorangpun dapat mengabdi kepada dua tuan. Karena jika demikian, ia akan membenci yang seorang dan mengasihi yang lain, atau ia akan setia kepada yang seorang dan tidak mengindahkan yang lain. Kamu tidak dapat mengabdi kepada Allah dan kepada Mamon."
Saudara yang dikasihi Tuhan, hal yang ketiga berbicara masalah sikap hati. Bagaimana kita itu memiliki sikap hati yang benar tentang kekayaan. Kalau Saudara masih berpusat pada keuangan, maka sifat memberi Saudara pun adalah "memancing berkat Tuhan", bukan karena taat Firman Tuhan.
Berbeda sekali orang yang memberi karena ingin diberi. Meskipun Firman Tuhan benar ya dan amin. Tapi Tuhan juga akan memberkati yang sikap hatinya benar. Ada yang komplain juga, "Pak Heri, mana buktinya? Saya sudah memberi , tapi mana buktinya? Saya tidak diberi!" Saya jawab, "Benar, tapi sikap hati kamu masih salah!"
Jadi, kita harus punya sikap hati yang benar ketika memberi. Orang yang memberi karena mengasihi itu sangat berbeda dengan memberi karena kita mengasihi. Kita tidak bisa mengabdi kepada dua tuan. Di satu sisi mengabdi kepada Allah, dan di sisi lain kepada Mamon. Kita ini hanyalah pengelola keuangan Tuhan, kita adalah pengelola kekayaan Tuhan.
Di dalam pekerjaan, juga untuk anak-anak muda yang banyak di sini, ada konsep talenta. Ada orang yang punya satu talenta, ada yang dua, dan ada yang lima talenta. Tugas kita hanya menggandakan talenta itu, hasilnya itu bukan urusan kita. Katakanlah Saudara punya kemampuan musik, salesmanship, berdagang. Tugas Saudara hanyalah menggandakan keahlian Saudara tadi. Hasilnya urusan Tuhan. Kita lakukan saja. Bayangkan, kalau kita punya anak buah, kerjanya menuntut melulu, apa yang kita lakukan? Ya kita pecat saja. Tapi ketika orang itu terus melakukan sesuai dengan kepercayaan yang diberikan dengan sungguh hati. Jangankan Tuhan, kita pun akan memberikan lebih kepada orang itu.
Itulah konsep kita dalam bekerja. Sikap hati kita. Bukan uang yang menjadi tujuan kita. Uang adalah buah. Kalau uang menjadi tujuan kita, maka kita bisa menghalalkan segala cara supaya kita mendapatkan uang tadi. Tapi kalau uang itu menjadi buah, maka itu bukan yang terpenting lagi. Kalau tanaman sehat dan bertumbuh baik, maka otomatis tanaman itu akan berbuah dengan baik. Kalau tanaman itu kering, maka otomatis tidak akan berbuah, kalau pun berbuah pasti buahnya palsu.
Dalam kehidupan kita, ayo kita miliki hati yang benar, jangan jadi hamba uang. Tapi biar uang itu menjadi hamba kita. Kita yang memerintahkan. Kalau memang kita disuruh memberi, kita beri. Tapi kalau kita jadi hambanya uang, maka hari Minggu akan rasanya rugi ke gereja. Apalagi pas ada obyekan, kalau ke gereja kan minggu depan masih ada lagi, gerejanya tidak tutup kan? Kalau obyekan ini belum tentu ada lagi minggu depan. Seringkali Tuhan menguji hati kita, apakah kita mengutamakan berkat atau Tuhan? Kalau kita kalah, maka sudah tidak ke gereja, orderannya gagal. Rugi dua kali! Makanya kita jangan sampai jadi hamba uang. Orang yang jadi hamba uang itu sengsara, bisa membuat kita lupa diri.
Dalam hal sikap hati ini, kita juga harus menggunakan uang untuk sesuatu yang baik.
Lukas 16:8-9, Lalu tuan itu memuji bendahara yang tidak jujur itu, karena ia telah bertindak dengan cerdik. Sebab anak-anak dunia ini lebih cerdik terhadap sesamanya dari pada anak-anak terang. Dan Aku berkata kepadamu: Ikatlah persahabatan dengan mempergunakan Mamon yang tidak jujur, supaya jika Mamon itu tidak dapat menolong lagi, kamu diterima di dalam kemah abadi."
Saya lama tidak mengerti akan ayat ini, bagaimana kita mengikat persaudaraan dengan Mamon yang tidak jujur? Saya berlatar belakang orang yang tidak kenal Tuhan. Kakak kelas saya dulu waktu kuliah, rajin mengajak saya makan. Kalau akhir minggu, saya diajak makan, dan saya jadi akrab dengan dia.
Suatu ketika tahun 1989, ada KKR di Bogor, KKR Pak Timotius Arifin. Saya ingat sekali temanya tertulis di sana "Apa Yang Kamu Cari, Anak Muda?" Saya diajak kakak kelas saya itu, dia bilang ada konser musik. Karena saya sudah dekat dengan dia maka saya ikut. Waktu masuk, lah ini mah gereja, saya tidak mau. Tapi karena tidak enak, akhirnya saya ikut juga duduk dalam ibadah itu. Setengah jam, satu jam, ketika penyembahan mulai dilakukan dan Firman Tuhan dibagikan, saya dijamah Tuhan dan saat itu saya mengenal Tuhan dan saat itu juga saya dibaptis Roh Kudus.
Rupanya begitulah caranya kita mengikat persahabatan dengan Mamon yang tidak jujur. Untuk kemuliaan Tuhan! Pak Niko pun ajarkan seperti ini. Bagaimana ketika diadakan KKR, dia menyumbang beberapa tempat di sana. Akhirnya dia mendapatkan hubungan yang dekat dengan pesantren, dengan orang-orang kuat di sana, dan setelahnya dia mengadakan KKR di sana sehingga banyak orang diberkati di sana.
Artinya kita mengikat persahabatan dengan Mamon yang tidak jujur. Itu tidak salah, kalau tujuan kita itu untuk kemuliaan Tuhan. Tapi kalau Saudara menyogok untuk dapat proyek, itu salah. Tapi kalau kita memberi supaya orang itu kenal Tuhan. Umpamanya di rumah adakan makan malam, undang tetangga sehingga lama-lama tetangga jadi akrab. Semakin lama Saudara punya tetangga semakin banyak. Dalam acara itu, Saudara bisa bersaksi bagaimana Tuhan menolong Saudara. Tidak perlu cerita Yesus secara vulgar. Itu Saudara sedang menginjil, membangkitkan berkat Tuhan. Orang kalau sudah kenyang, pikirannya pasti enak mendengarkan suara. Makanya jangan pelit-pelit mengajak makan orang lain. Ajak ngobrol, cerita. Orang yang dibayari makan pasti mau dengar omongan kita. Karena ada utang budi sama kita. Itulah namanya kita mengikat persaudaraan dengan Mamon yang tidak jujur.
Sikap hati kita terhadap uang harus begitu. Uang hanya menjadi alat untuk digunakan bagi kemuliaan Tuhan. Saat Tuhan tahu hamba-Nya menggunakan uangnya untuk kemuliaan Tuhan, maka Tuhan akan mempercayakan kepada dia lebih banyak dan lebih banyak lagi.
Penutup
Itulah rahasia kita hidup dalam hukum kasih karunia. Sia-sialah kita pergi pagi-pagi dan pulang jauh malam hari, makan roti dari yang kita dapat dari jerih payah, karena Tuhan memberkati yang dicintai-Nya pada waktu tidur, hanya berkat Tuhan yang menjadikan kaya, usaha kita tidak menambahinya!
Yesus Engkau baik sungguh baik sangat baik
Yesus Engkau baik sungguh baik sangat baik
Kasih-Mu tak berkesudahan
Kasih-Mu kekal selamanya
Aku telah mengenal kasih karunia-Mu
Aku telah mengenal kasih karunia-Mu
Kau kaya rela jadi miskin
Supaya aku jadi kaya
Hosana, Hosana, bagi Yesus Allahku
Hosana, Hosana, bagi Yesus Tuhanku
Allah kami yang baik, kami tahu, Tuhan, Engkaulah Jehovah Jireh, Allah yang menyediakan semua yang kami perlukan. Ampuni kami bila selama ini kami hidup dengan cara seperti di Mesir, mengandalkan keringat usaha kami, kami masih hidup di bawah hukum kutuk.
Siang hari ini, kebenaran telah dibagikan, biarlah kami tidak hidup lagi di Mesir, tapi kami akan masuk dalam satu negeri di mana Engkau mengawasinya dari awal hingga akhir tahun. Kami tinggal menanti-nantikan hujan awal dan akhir dalam setiap usaha pekerjaan kami. Terima kasih Tuhan Engkau memberkati umat-Mu yang ada di tempat ini pada siang hari ini. Biar kami boleh mengalami hidup yang penuh kasih karunia. Terima kasih Bapa. Amin. |