Iman yang bertahan

Dari GBI Danau Bogor Raya
Lompat ke: navigasi, cari

Lalu Sadrakh, Mesakh dan Abednego menjawab raja Nebukadnezar: "Tidak ada gunanya kami memberi jawab kepada tuanku dalam hal ini. Jika Allah kami yang kami puja sanggup melepaskan kami, maka Ia akan melepaskan kami dari perapian yang menyala-nyala itu, dan dari dalam tanganmu, ya raja; tetapi seandainya tidak, hendaklah tuanku mengetahui, ya raja, bahwa kami tidak akan memuja dewa tuanku, dan tidak akan menyembah patung emas yang tuanku dirikan itu." (Daniel 3:16-18)

Banyak dari kita sudah pernah membaca kisah Sadrakh, Mesakh dan Abednego di dalam dapur perapian bukan? Dalam kisah yang sangat menggugah hati ini, kita melihat bagaimana Sadrakh, Mesakh dan Abednego karena iman dan kesetiaan mereka kepada Tuhan mereka rela masuk ke dalam dapur perapian yang tujuh kali lebih panas daripada mereka harus menyembah patung sesembahan yang dibuat oleh raja Nebukadnezar.

Hari-hari ini mungkin banyak dari kita pun yang sedang masuk ke dalam “dapur perapian”. Kita mungkin sedang diperhadapkan dengan masalah, persoalan hidup, tekanan demi tekanan yang cukup berat; persoalan dalam rumah tangga, persoalan dalam pekerjaan, dalam pergaulan, sakit penyakit, dan sebagainya - yang membuat kita sepertinya sudah tidak kuat lagi dan membuat kita rasanya ingin menyerah; tetapi kisah dan keteladanan Sadrakh, Mesakh dan Abednego sungguh-sungguh dapat menjadi berkat buat kita.

Iman dan kesetiaan yang tidak tergoyahkan

Dari kisah ini kita melihat bahwa Sadrakh, Mesakh dan Abednego memiliki iman yang bertahan – “iman yang walaupun”: “Jika Allah kami yang kami puja sanggup melepaskan kami, maka Ia akan melepaskan kami dari perapian yang menyala-nyala itu, dan dari dalam tanganmu, ya raja; tetapi seandainya tidak, hendaklah tuanku mengetahui, ya raja, bahwa kami tidak akan memuja dewa tuanku, dan tidak akan menyembah patung emas yang tuanku dirikan itu."

Saya percaya inilah jenis iman yang Tuhan inginkan untuk kita miliki hari-hari ini. Tuhan ingin kita tetap percaya walaupun sepertinya pertolongan itu belum kunjung tiba. Tuhan ingin kita tetap percaya sekalipun kita sedang ada dalam “perapian”, sekalipun jawaban doa dan janji-janji Tuhan belum kita lihat. Sekalipun penyakit kita belum tersembuhkan dan keluarga kita belum dipulihkan; Tuhan ingin kita memiliki iman yang bertahan seperti Sadrakh, Mesakh dan Abednego.

“Api” adalah kesempatan kita melihat Tuhan

Seperti halnya dengan Sadrakh, Mesakh dan Abednego, api persoalan seharusnya tidaklah menjadi sesuatu yang menghanguskan kita. Sebaliknya “Api” itu menjadi kesempatan untuk kita bertemu dengan Tuhan.

Tetapi ketiga orang itu, yakni Sadrakh, Mesakh dan Abednego, jatuh ke dalam perapian yang menyala-nyala itu dengan terikat. Kemudian terkejutlah raja Nebukadnezar lalu bangun dengan segera; berkatalah ia kepada para menterinya: "Bukankah tiga orang yang telah kita campakkan dengan terikat ke dalam api itu?" Jawab mereka kepada raja: "Benar, ya raja!" Katanya: "Tetapi ada empat orang kulihat berjalan-jalan dengan bebas di tengah-tengah api itu; mereka tidak terluka, dan yang keempat itu rupanya seperti anak dewa!" (Daniel 3:23-25)

“Api” persoalan hendaknya menjadi kesempatan untuk kita mengalami perjumpaan dengan Tuhan. Firman-Nya dalam Yesaya 43:2 berkata: Apabila engkau menyeberang melalui air, Aku akan menyertai engkau, atau melalui sungai-sungai, engkau tidak akan dihanyutkan; apabila engkau berjalan melalui api, engkau tidak akan dihanguskan, dan nyala api tidak akan membakar engkau. Sebab Akulah TUHAN, Allahmu, Yang Mahakudus, Allah Israel, Juruselamatmu.

Sebagai manusia umumnya kita tidak memerlukan Tuhan di saat semuanya serba baik, bukan? Untuk itu sering kali Tuhan mengijinkan tekanan dan persoalan datang melanda hidup kita, agar kita datang dan mencari-Nya. Rasul Paulus menyadari akan hal tersebut, dan ia menulis dalam suratnya kepada jemaat di Korintus:

Dan supaya aku jangan meninggikan diri karena penyataan-penyataan yang luar biasa itu, maka aku diberi suatu duri di dalam dagingku, yaitu seorang utusan Iblis untuk menggocoh aku, supaya aku jangan meninggikan diri. Tentang hal itu aku sudah tiga kali berseru kepada Tuhan, supaya utusan Iblis itu mundur dari padaku.

Tetapi jawab Tuhan kepadaku: "Cukuplah kasih karunia-Ku bagimu, sebab justru dalam kelemahanlah kuasa-Ku menjadi sempurna." Sebab itu terlebih suka aku bermegah atas kelemahanku, supaya kuasa Kristus turun menaungi aku. (2 Korintus 12:7-9)

Selain menjadi kesempatan untuk kita mengalami perjumpaan dengan Tuhan, “Api” persoalan juga menjadikan kita lebih rendah hati. Melalui “Api”, kita dimurnikan layaknya emas. Karakter kita semakin diperindah. (Ayub 23:10)

“Api” persoalan membuat orang lain melihat Tuhan

Kemudian terkejutlah raja Nebukadnezar lalu bangun dengan segera; berkatalah ia kepada para menterinya: "Bukankah tiga orang yang telah kita campakkan dengan terikat ke dalam api itu?" Jawab mereka kepada raja: "Benar, ya raja!" Katanya: "Tetapi ada empat orang kulihat berjalan-jalan dengan bebas di tengah-tengah api itu; mereka tidak terluka, dan yang keempat itu rupanya seperti anak dewa!" (Daniel 3:24-25)

Dan para wakil raja, para penguasa, para bupati dan para menteri raja datang berkumpul; mereka melihat, bahwa tubuh orang-orang ini tidak mempan oleh api itu, bahwa rambut di kepala mereka tidak hangus, jubah mereka tidak berubah apa-apa, bahkan bau kebakaranpun tidak ada pada mereka. (Daniel 3:27)

Dari ayat ini kita pun melihat bahwa “api” persoalan tidak saja membuat kita melihat Tuhan, tapi juga membuat orang lain yang belum percaya – melihat Tuhan. Melalui iman yang teguh di saat badai kehidupan menerjang kehidupan kita, orang lain dapat melihat Tuhan dalam kehidupan kita. Kehidupan kita yang berkemenangan dapat menjadi kesaksian bagi orang-orang yang belum percaya, sehingga mereka berkata: “...Kami mau pergi menyertai kamu, sebab telah kami dengar, bahwa Allah menyertai kamu!" (Zakharia 8:23).

“Api” mendatangkan promosi

Lalu raja memberikan kedudukan tinggi kepada Sadrakh, Mesakh dan Abednego di wilayah Babel. (Daniel 3:30.)

“Api” persoalan ternyata dapat membawa kita kepada suatu promosi ilahi. Sadrakh, Mesakh dan Abednego berhasil mempertahankan iman mereka. Dan sebagai hasilnya mereka dipromosikan kepada kedudukan yang lebih tinggi. Saudara mau melihat promosi ilahi terjadi dalam hidup Saudara? Saudara rindu untuk melihat penggenapan janji Tuhan bahwa tahun ini adalah Tahun Pemulihan dan Kelimpahan terjadi dalam kehidupan anda? Milikilah iman yang bertahan. Iman yang bertahan sekalipun Tuhan belum menolong atau menjawab doa kita. Iman yang bertahan sekalipun kita harus melewati berbagai macam “api” persoalan. Iman yang bertahan sekalipun kita disalahmengertikan dan dikhianati oleh sahabat-sahabat kita. Iman yang bertahan sekalipun kita dianiaya oleh orang-orang yang paling dekat dengan kita.

Jika kita mengalami itu semua, teruslah miliki iman yang bertahan kepada-Nya, niscaya kita akan melihat pertolongan Tuhan, dan nama Tuhan yang akan dipermuliakan.

Berkatalah Nebukadnezar: "Terpujilah Allahnya Sadrakh, Mesakh dan Abednego! Ia telah mengutus malaikat-Nya dan melepaskan hamba-hamba-Nya, yang telah menaruh percaya kepada-Nya, dan melanggar titah raja, dan yang menyerahkan tubuh mereka, karena mereka tidak mau memuja dan menyembah allah manapun kecuali Allah mereka.

Sebab itu aku mengeluarkan perintah, bahwa setiap orang dari bangsa, suku bangsa atau bahasa manapun ia, yang mengucapkan penghinaan terhadap Allahnya Sadrakh, Mesakh dan Abednego, akan dipenggal-penggal dan rumahnya akan dirobohkan menjadi timbunan puing, karena tidak ada allah lain yang dapat melepaskan secara demikian itu." (Daniel 3:28)

Sumber