Semangat yang terkandung dalam Doa Yabes

Dari GBI Danau Bogor Raya
Lompat ke: navigasi, cari

“Yabes berseru kepada Allah Israel, katanya: "Kiranya Engkau memberkati aku berlimpah-limpah dan memperluas daerahku, dan kiranya tangan-Mu menyertai aku, dan melindungi aku dari pada malapetaka, sehingga kesakitan tidak menimpa aku!" Dan Allah mengabulkan permintaannya itu.” (1 Tawarikh 4:10)

Yabes bisa dikatakan sebagai salah satu tokoh fenomenal dalam Alkitab. Dikatakan fenomenal karena kisah hidup dan doanya yang sangat singkat namun membawa dampak besar bagi kehidupan dan iman orang percaya sampai hari ini.

Pada kesempatan ini kita tidak akan membahas siapa Yabes itu atau mengupas bagian demi bagian dalam doa Yabes tersebut, melainkan spirit atau semangat yang terkandung dalam doa Yabes.

Tentunya kita semua mengerti bahwa dalam setiap perkataan, entah itu berupa doa, khotbah, seminar atau bahkan pembicaraan biasa pasti terkandung suatu semangat atau ‘gairah’ tersendiri. Inilah yang menyebabkan pendengar bisa bergairah, termotivasi, mengalami perubahan paradigma, terdorong untuk melakukan sesuatu, atau bahkan sebaliknya pendengar bisa menjadi lesu, patah semangat dan tidak bergairah tergantung dari spirit apa yang terkandung dalam perkataan tersebut.

Kembali kepada doa Yabes, kita akan merenungkan bersama-sama paling tidak ada 3 (tiga) semangat yang terkandung di dalamnya.

  1. Semangat untuk tidak takluk/menyerah dengan keadaan
  2. Memang tidak banyak bagian dalam Alkitab yang mencatat tentang kehidupan Yabes, tetapi dari 1 Tawarikh 4:9 kita tahu arti nama Yabes adalah kesukaran, penderitaan, kesakitan, sesuatu yang tidak enak. Ada ‘bayang-bayang’ kutuk penderitaan. Dari sejak lahirnya mungkin Yabes mengalami hal-hal yang tidak mengenakkan dalam hidupnya.

    Saat Yabes mengucapkan doanya “Tuhan kiranya Engkau memberkati aku berlimpah-limpah...” ini adalah satu ungkapan yang tidak menyerah dengan keadaan. Karena seandainya Yabes menyerah dengan keadaan doanya pasti akan berbunyi demikian: “Tuhan....saya sudah tidak kuat lagi dengan penderitaan ini....cabut saja nyawaku....!

    Di tengah keadaan yang sulit Yabes tidak menyerah dengan keadaan. Inilah juga yang dilakukan oleh Rasul Paulus seperti yang dikatakan dalam suratnya kepada jemaat Filipi dalam Filipi 3:13b, “tetapi ini yang kulakukan: aku melupakan apa yang telah di belakangku …

    Apa yang ada di belakang kita? Kegagalan, kesukaran atau mungkin penderitaan? Belajarlah untuk melupakan itu semua.

    Saya pribadi mengalami masa yang sulit dari sejak kecil. Papa saya meninggal saat saya berusia 9 tahun, kami ada 7 bersaudara di mana anak yang paling besar sedang duduk di bangku kuliah dan adik saya yang bungsu baru berusia 2 tahun. Kami sekeluarga mengalami masa yang sukar. Saya pernah hampir dikeluarkan dari Sekolah Dasar karena belum bayaran sekolah selama 5 bulan. Kami harus bekerja dari sejak kecil untuk dapat membiayai sekolah dan membeli buku. Bukan hal yang mudah bagi kami. Tetapi ini yang saya lakukan, saya melupakan apa yang ada di belakang karena saya tidak ingin menyerah dengan keadaan, saya ingin menyongsong apa yang Tuhan sediakan di depan saya.

    Apapun persoalan dan kesukaran yang kita alami saat ini, milikilah semangat untuk tidak menyerah dengan keadaan seperti Yabes.

  3. Semangat untuk mengalami perubahan
  4. Yabes tidak percaya yang namanya ‘takdir’ atau bahwa segala sesuatu telah digariskan dari ‘atas’ dan tidak dapat diubah. Yabes memang tidak menyerah dengan keadaan, tapi ingat bahwa Yabes juga tidak ingin terus menerus dalam keadaan yang sama sampai dia mati. Yabes sadar bahwa dia harus mengalami perubahan.

    Berbicara tentang kesadaran untuk berubah, coba kita mengingat sebentar apa yang terjadi pada anak bungsu dalam perumpamaan tentang Anak yang hilang (Lukas 15:11-32). Ketika keadaan menjadi sangat kritis bagi si anak bungsu di mana hartanya telah habis dihambur-hamburkan, ditambah dengan terjadinya bencana kelaparan yang menyebabkan si anak bungsu menjadi melarat dan tidak ada lagi yang dapat dimakan saat dia merasakan lapar, apa yang terjadi? Ayat 17 mencatat: “lalu ia menyadari keadaannya...” disusul dengan ayat berikutnya di mana ia mengatakan: “Aku akan bangkit dan pergi kepada bapaku...

    Dari kisah ini kita belajar bahwa untuk dapat mengalami perubahan kita harus menyadari keadaan & mengambil tindakan untuk mengalami perubahan.

    Yabes sadar dengan keadaannya, dan dia mengambil tindakan untuk mengalami perubahan.

    Satu hal yang perlu kita garis bawahi adalah perubahan yang Yabes alami bukan melalui revolusi, demonstrasi atau menuntut pimpinan/pihak yang berkuasa. Perubahan yang Yabes alami terjadi melalui DOA. Yabes telah sungguh-sungguh berdoa dan dia mengalami perubahan hidup. Apakah anda ingin mengalami perubahan? Berdoalah dengan sungguh-sungguh.

  5. Semangat untuk menggapai masa depan yang lebih baik
  6. Perubahan yang diinginkan dan terjadi dalam kehidupan Yabes bukanlah perubahan yang biasa atau perubahan yang kurang signifikan, melainkan perubahan ke arah yang jauh lebih baik.

    Bayangkan, betapa sangat radikalnya perubahan yang dialami oleh Yabes: Dari yang senantiasa mengalami penderitaan dan kesukaran menjadi diberkati berlimpah-limpah, diperluas daerahnya, dilindungi oleh Tuhan dan dijauhkan dari segala kesakitan.

    Seperti yang terjadi pada Yabes, kita harus percaya bahwa sekali Tuhan menjamah dan membuat perubahan dalam hidup kita, DIA merubah kita menjadi jauh lebih baik. Yeremia 29:11 mengatakan “Sebab Aku ini mengetahui rancangan-rancangan apa yang ada pada-Ku mengenai kamu, demikianlah firman TUHAN, yaitu rancangan damai sejahtera dan bukan rancangan kecelakaan, untuk memberikan kepadamu hari depan yang penuh harapan.

    Jangan pernah puas dengan keadaan anda sekarang ini, untuk itu jangan menyerah dengan keadaan, miliki kerinduan untuk terus mengalami perubahan serta bersemangat untuk menggapai masa depan yang lebih baik.

    “Karena masa depan sungguh ada, dan harapanmu tidak akan hilang.” (Amsal 23:18)

Sumber