Kemerdekaan yang sesungguhnya

Dari GBI Danau Bogor Raya
Lompat ke: navigasi, cari

Tahun ini kita merayakan 80 tahun kemerdekaan Indonesia. Mari kita pastikan bahwa kemerdekaan itu juga nyata dalam hati kita—kemerdekaan yang diberikan oleh Yesus Kristus dan dipelihara oleh kuasa Roh Kudus. Karena ketika Anak itu memerdekakan kita, kita benar-benar merdeka.

Jadi apabila Anak itu memerdekakan kamu, kamu pun benar-benar merdeka."

Yohanes 8:36

Tahun ini, bangsa Indonesia merayakan 80 tahun kemerdekaannya. Selama delapan dekade, kita menikmati buah dari perjuangan para pahlawan yang rela mengorbankan nyawa demi satu kata yang sangat berharga: merdeka. Kita bisa belajar, bekerja, beribadah, dan mengekspresikan diri tanpa lagi berada di bawah penjajahan bangsa lain.

Namun, perayaan kemerdekaan nasional ini seharusnya juga menjadi momen refleksi pribadi: Apakah saya benar-benar merdeka? Sebab, walaupun secara bangsa kita bebas dari penjajahan fisik, banyak orang yang masih hidup dalam “penjajahan” rohani—terikat dosa, rasa bersalah, kebiasaan buruk, ketakutan, atau luka batin yang belum pulih.

Kemerdekaan sejati tidak hanya diukur dari bebasnya sebuah negara, tetapi juga dari bebasnya hati dan jiwa manusia. Inilah yang Yesus maksud ketika Ia berkata,

Jadi apabila Anak itu memerdekakan kamu, kamu pun benar-benar merdeka."

Kata “memerdekakan” di sini dalam bahasa Yunani adalah eleuthería, yang berarti bebas dari perbudakan.
Yesus tidak sedang bicara tentang kebebasan politik atau sosial, tetapi kebebasan rohani yang mengubah seluruh arah hidup kita—bebas dari kuasa dosa, rasa bersalah, kutuk, dan ketakutan.

Kebebasan yang dipulihkan

Dalam Perjanjian Lama, ada dua istilah Ibrani yang memperkaya pemahaman kita.

  1. Pertama, ḥophshî, yang berarti dilepaskan dari status perbudakan (Yeremia 34:9).
  2. Kedua, dᵉrôr, yang berarti kebebasan yang membawa pemulihan penuh, seperti pada Tahun Yobel (Imamat 25:10), ketika hutang dihapuskan dan hak-hak dipulihkan.

Kebebasan di hadapan Tuhan bukan hanya berarti “lepas”, tetapi “dipulihkan” dan dikembalikan kepada rencana awal-Nya.

Perjanjian Baru menambahkan lapisan yang lebih dalam. Selain eleuthería, ada kata apolýtrōsis yang berarti “pembebasan melalui pembayaran tebusan” (Efesus 1:7). Artinya, kebebasan yang kita miliki tidak gratis—Yesus membayarnya dengan darah-Nya di kayu salib.

Peran Roh Kudus dalam kebebasan

Perspektif Pentakosta menekankan bahwa kebebasan sejati hanya dapat dialami sepenuhnya melalui kuasa Roh Kudus. 2 Korintus 3:17 berkata,

di mana ada Roh Allah, di situ ada kemerdekaan.

Roh Kudus mematahkan belenggu dosa, ketakutan, dan kebiasaan lama. Ia bukan hanya membebaskan, tetapi juga memperlengkapi kita untuk hidup kudus dan berani menjadi saksi Kristus.

Kebebasan yang datang dari Roh Kudus bukanlah “bebas melakukan dosa,” melainkan “bebas dari dosa.” Paulus mengingatkan dalam Galatia 5:13,

Janganlah kamu mempergunakan kemerdekaan itu sebagai kesempatan untuk kehidupan dalam dosa, melainkan layanilah seorang akan yang lain oleh kasih.

Kebebasan yang memiliki tujuan

Tuhan membebaskan kita bukan supaya kita kembali pada pola hidup lama, tetapi supaya kita hidup dalam rencana-Nya. Kebebasan ini membawa kita pada kehidupan yang penuh damai, sukacita, dan makna. Bukan berarti hidup tanpa masalah, tetapi kita memiliki kuasa Roh Kudus untuk menang dan terus maju.

Pertanyaan untuk kita

Di momen kemerdekaan bangsa ini, mari kita bertanya:

  • Apakah saya benar-benar bebas, atau sebenarnya terikat oleh sesuatu?
  • Apakah kebebasan saya membawa saya semakin dekat dengan Tuhan, atau malah menjauh?

Jika kita menemukan bahwa ada ikatan—entah itu dosa tersembunyi, kebiasaan buruk, rasa takut, atau luka batin—berita baiknya adalah Yesus sanggup membebaskan. Saat kita datang pada-Nya, mengakui kebutuhan kita, dan membuka hati untuk dipenuhi Roh Kudus, kita akan mengalami kebebasan yang sejati.

Kebebasan sejati bukan bebas untuk melakukan apa saja, tetapi bebas dari dosa untuk hidup bagi Kristus.

Tahun ini kita merayakan 80 tahun kemerdekaan Indonesia. Mari kita pastikan bahwa kemerdekaan itu juga nyata dalam hati kita—kemerdekaan yang diberikan oleh Yesus Kristus dan dipelihara oleh kuasa Roh Kudus. Karena ketika Anak itu memerdekakan kita, kita benar-benar merdeka.

Tuhan Yesus memberkati!