Syarat dan ketentuan berlaku
![]() ![]() | |
Inspirational | |
Tanggal | 27 Maret 2025 |
Oleh | Win Diana |
Baca juga | |
| |
|
Mungkin kita merasa gentar, merasa kecil, tapi ingat: di balik setiap “syarat dan ketentuan” dari Tuhan, ada percepatan dan perkenanan. Asal kita mau taat, setia, dan tidak tawar hati.
Setiap awal bulan atau menjelang event tertentu seperti puasa, kita sering melihat banyak tawaran promosi. Entah itu promo tanggal cantik seperti 1.1, 2.2, 3.3, atau lainnya — di internet, media sosial, dan marketplace pasti penuh dengan promo-promo menarik seperti “buy one get one”, “hot price”, atau diskon 70%. Tapi biasanya, di ujungnya selalu ada tulisan SKB, Syarat dan Ketentuan berlaku atau Terms and Conditions apply.
... sebab itu bersiaplah sekarang, seberangilah sungai Yordan ini, engkau dan seluruh bangsa ini, menuju negeri yang akan Kuberikan kepada mereka, kepada orang Israel itu. Setiap tempat yang akan diinjak oleh telapak kakimu Kuberikan kepada kamu, ... Seorangpun tidak akan dapat bertahan menghadapi engkau seumur hidupmu; ... demikianlah Aku akan menyertai engkau; Aku tidak akan membiarkan engkau dan tidak akan meninggalkan engkau. Kuatkan dan teguhkanlah hatimu, sebab engkaulah yang akan memimpin bangsa ini memiliki negeri yang Kujanjikan dengan bersumpah kepada nenek moyang mereka untuk diberikan kepada mereka.
Kita ingat kisah ini dalam Alkitab tentang bangsa Israel. Tuhan memberikan sebuah tawaran luar biasa kepada mereka: untuk meninggalkan Mesir dan masuk ke tanah perjanjian, yaitu Kanaan. Tapi untuk masuk ke sana, ada SKB yang harus dipenuhi. Syaratnya adalah: harus punya hati yang kuat dan iman yang teguh — tidak boleh kecut, tidak boleh tawar hati. Syaratnya terdengar sederhana, tapi pelaksanaannya tidak selalu mudah.
Suatu kali, saya dan suami, Pak Piter, mendapat tawaran dari perusahaan tempat kami bekerja untuk mengikuti program liburan ke negara jauh, terpencil, eksklusi, — negara yang bahkan penerbangan ke sana hanya tersedia tiga hari sekali dari New Zealand. Biasanya yang pergi ke sana adalah para selebriti, politikus, atau tokoh penting.
Untuk bisa mengikuti liburan itu, kami harus mencapai omset tertentu selama dua tahun. Dan jumlahnya 20 kali lipat dari yang biasa kami capai! Wah, kami sempat berpikir: “Mana mungkin?” Tapi kami tetap ikut saja — mau tercapai atau tidak, yang penting berusaha.
Tiba-tiba, perusahaan memberikan kesempatan percepatan, shortcut: ada challenge tambahan berupa kampanye produk melalui media sosial setiap hari mengenai keunggulan Perusahaan. Tapi, lagi-lagi, syaratnya tidak main-main — kami harus bersaing dengan peserta dari 80 negara, melawan lebih dari 10.000 orang.
Kami sempat merasa seperti belalang di hadapan raksasa. Yang ikut kampanye banyak dari kalangan dengan posisi tinggi. Bahkan materi yang kami bagikan di media sosial sering ditiru oleh peserta lain. Tapi kami terus maju, terus semangat, dan tanpa diduga — kami justru menang! Kami menjadi juara satu, mengalahkan peserta dari negara besar seperti Amerika dan Jepang.
Saya bahkan sempat dipanggil oleh pihak perusahaan dan awalnya mengira ada masalah. Tapi ternyata itu hanya prank — ternyata kami malah diundang untuk menerima penghargaan. Kami sendiri sampai tidak percaya, “Kok bisa ya?”
Saya belajar bahwa seringkali ketakutan kita itu terlalu besar — padahal belum tentu orang lain bisa terus bertahan. Mungkin banyak yang berhenti di tengah jalan. Tapi ketika kita tetap melangkah, Tuhan bekerja!
Dalam Alkitab, ada dua orang yang juga memilih maju walau menghadapi tantangan — Yosua dan Kaleb. Dari 12 pengintai yang diutus Musa, hanya dua orang ini yang punya pandangan positif dan tidak tawar hati. Mereka melihat janji Tuhan dan tidak terintimidasi oleh raksasa-raksasa di tanah Kanaan.
- Lalu Kaleb mencoba menenteramkan hati bangsa itu di hadapan Musa, katanya: "Tidak! Kita akan maju dan menduduki negeri itu, sebab kita pasti akan mengalahkannya!"
Kami sudah ikut melayani di GBI Rayon 7 sejak tahun 2000, dan kami selalu aktif dalam kegiatan gereja, seperti MDPJ, DPJR7, dan DPJC. Kalau dipikir-pikir, pencapaian kami bukan karena hebat, tapi karena kami menghormati otoritas rohani dan mengikuti arahan pemimpin yang Tuhan berikan. Seperti tongkat estafet dari Musa ke Yosua, dari Elia ke Elisa — ada pengurapan dan perkenanan Tuhan yang mengalir.
Buktinya? Kami bahkan pernah diundang ke istana Presiden di negara tersebut untuk berfoto bersama. Rasanya seperti mimpi. Biaya perjalanan, akomodasi, fasilitas — semua ditanggung perusahaan. Jika dihitung total, nilainya ratusan juta rupiah.
Dengan kekuatan kami sendiri, kami tidak akan mampu. Tapi karena perkenanan Tuhan, kami bisa mengalahkan segala tantangan.
Itulah sharing saya malam ini. Mungkin kita merasa gentar, merasa kecil, tapi ingat: di balik setiap “syarat dan ketentuan” dari Tuhan, ada percepatan dan perkenanan. Asal kita mau taat, setia, dan tidak tawar hati.
Terima kasih, Bapak-Ibu. Kiranya sharing ini menjadi berkat bagi kita semua. Amin.