The fear of the Lord

Dari GBI Danau Bogor Raya
Lompat ke: navigasi, cari

Takut akan TUHAN ialah membenci kejahatan. Aku benci kepada kesombongan, kecongkakan, tingkah laku yang jahat, dan mulut penuh tipu muslihat.

Shalom, on fire semua? Amin! Kita semua dalam keadaan yang luar biasa, karena kita punya Tuhan yang luar biasa.

Malam hari ini, saya ingin membagikan secara singkat apa yang menjadi rhema dalam hidup saya hari-hari ini. Tuhan terus mengingatkan saya secara pribadi tentang hal yang sangat penting, yaitu “takut akan Tuhan”the fear of the Lord.

Amsal 8:13,

Takut akan TUHAN ialah membenci kejahatan. Aku benci kepada kesombongan, kecongkakan, tingkah laku yang jahat, dan mulut penuh tipu muslihat.

Bapak-Ibu, mungkin ketika kita mendengar frasa “takut akan Tuhan”, itu sudah menjadi hal yang sering kita dengar. Tapi takut akan Tuhan bukan hanya sekadar rasa takut biasa. Takut akan Tuhan artinya kita sungguh-sungguh menghormati kesucian-Nya, sungguh-sungguh menghormati hadirat-Nya dalam hidup kita. Kita hormat kepada kekudusan Tuhan, kehadiran-Nya dalam hidup kita.

Kita diciptakan untuk menyenangkan hati Tuhan, untuk menjadi serupa dengan Kristus. Dan Tuhan rindu supaya hari-hari ini, kita makin sungguh-sungguh hidup dalam takut akan Dia.

Secara sederhana, takut akan Tuhan berarti membenci apa yang Tuhan benci, dan belajar menyukai apa yang Tuhan suka. Dari mana kita tahu hal itu? Tidak lain adalah dari Alkitab. Di sanalah Tuhan menyatakan apa yang Dia tidak suka dan apa yang Dia sukai dalam hidup setiap kita.

Ketika kita berkata, “Tuhan, aku mau lepaskan hakku; aku mau memberi walau aku sedang susah; aku mau mengampuni walau itu berat” — itu semua adalah hal-hal yang Tuhan suka. Dan saat kita benar-benar berkata, “Tuhan, aku mau lakukan kehendak-Mu, aku mau lebih takut akan Tuhan,” saya percaya janji Tuhan yang spesial akan digenapi dalam hidup kita. Amin.

Saudara, saat ini kita sedang masuk dalam masa penuaian. Tapi penuaian itu bisa dua arah: penuaian yang baik, atau penuaian yang tidak baik. Ini mungkin terdengar agak keras, tapi firman Tuhan memang seperti itu. Kalau kita menabur yang baik, kita akan menuai yang baik. Tapi kalau kita tahu kebenaran, tahu kehendak Tuhan, namun tidak melakukannya — itu berarti kita tidak takut akan Tuhan, dan jangan sampai kita menuai yang tidak baik. Firman ini juga menegur saya secara pribadi.

Karena itu, mari kita hidup dalam takut akan Tuhan, supaya penuaian yang kita alami adalah penuaian jiwa-jiwa, juga berkat dari Tuhan, baik secara rohani maupun materi.

Lalu apa hasil dari takut akan Tuhan? Takut akan Tuhan adalah permulaan dari hikmat.

Hikmat itu berbeda dari kepintaran. Pintar bisa dicari di sekolah, tapi hikmat tidak bisa dicari dengan les atau pelatihan. Tidak ada kursus “hikmat level 1” atau “hikmat level 2”. Hikmat itu diberikan cuma-cuma oleh Tuhan, seperti kepada Raja Salomo, yang hanya meminta satu hal: “Tuhan, berikan aku hikmat.” Dan Tuhan memberkati Salomo dengan hikmat yang tak tertandingi.

Hari-hari ini, kalau bicara soal kepintaran, kita bisa digantikan oleh ChatGPT, oleh AI, oleh teknologi. Tapi hikmat dari Tuhan tidak bisa digantikan oleh apapun. Ketika ada hikmat, maka di pekerjaan, di usaha, di pelayanan, bahkan dalam keluarga, Tuhan akan berikan ide-ide kreatif yang melampaui logika manusia. Dan saat kita mengalami itu, kita akan berkata, “Kok bisa ya saya mikir seperti ini?” — itulah hikmat dari Tuhan.

Firman Tuhan berkata, “Takut akan Tuhan adalah permulaan dari pengetahuan.” Pengetahuan inilah yang menjadi hikmat yang sejati.

Jadi malam ini, mari kita semua diingatkan: ayo, hidup dalam takut akan Tuhan. Karena Tuhan akan memberkati setiap orang yang sungguh-sungguh hidup takut akan Dia.

Amin. Tuhan memberkati kita semua.