Lebih banyak berdoa
![]() ![]() | |
Inspirational | |
Tanggal | 18 Maret 2025 |
Oleh | Erika Sembiring |
Baca juga | |
| |
|
Hari-hari ini, kita pakai kuasa Tuhan untuk menghancurkan semua kekuatan Iblis, semua tembok yang dibangun untuk menghalangi orang percaya kepada Tuhan.
Shalom, Bapak-Ibu yang dikasihi Tuhan. Terima kasih, luar biasa malam hari ini, kita dibawa masuk dalam hadirat Tuhan. Dalam kelelahan dan keterbatasan yang ada, kita tetap bersyukur karena masih ada prajurit-prajurit Tuhan yang gagah perkasa yang masuk dalam menara doa ini. Amin.
Bapak-Ibu yang terkasih, hari-hari ini, kita hidup di Tahun Penuaian jiwa-jiwa, seperti yang terus disampaikan oleh hamba-Nya, Bapak Niko. Kita berjalan seirama, bekerja sama untuk melaksanakan tugas ini. Tahun ini juga merupakan tahun peperangan. Kita sudah sering mendengar bahwa kita sedang berada dalam masa peperangan rohani. Iblis juga sedang menarik banyak jiwa menjadi pengikutnya, dan kita tidak bisa tinggal diam. Kita harus berjuang untuk menuai jiwa-jiwa dan membawa mereka datang kepada Tuhan.
Itulah sebabnya Pak Niko selalu mengingatkan, “Tanpa menara doa, tidak akan ada penuaian.” Kita juga terus didorong untuk lebih banyak masuk ke dalam menara doa. Kenapa kita diajak terus-menerus untuk lebih banyak berdoa? Karena hari-hari ini adalah masa yang penting bagi penuaian jiwa-jiwa.
- Sesungguhnya Aku telah memberikan kuasa kepada kamu untuk menginjak ular dan kalajengking dan kuasa untuk menahan kekuatan musuh, sehingga tidak ada yang akan membahayakan kamu.
Kuasa itu sudah Tuhan berikan kepada kita! Kita harus mempergunakannya, mengefektifkan kuasa itu untuk menginjak ular dan kalajengking — yang bisa dimaknai sebagai kuasa kegelapan, sakit penyakit, marabahaya, roh-roh jahat, tipu daya dan intimidasi Iblis, serta panah-panah api dari si jahat.
Jadi hari-hari ini, kita pakai kuasa Tuhan untuk menghancurkan semua kekuatan Iblis, semua tembok yang dibangun untuk menghalangi orang percaya kepada Tuhan. Seperti lagu yang berkata, “’Ku pakai kuasa dari Raja Mulia, menghancurkan musuh” — mari kita betul-betul memakainya untuk melawan pekerjaan Iblis.
Kalau tidak ada doa dari umat Tuhan, maka tidak ada yang menahan pekerjaan si jahat. Tidak ada yang memerisai para pelayan Tuhan dan jiwa-jiwa dari serangan-serangan musuh. Tapi dengan doa-doa kita, benteng musuh bisa diruntuhkan.
Saya ingin bersaksi, lebih dari 20 tahun lalu, saat saya dibaptis Roh Kudus, anak saya masih TK. Malam itu saya mendapat mimpi — saya berperang dengan ular, dan saya menginjak kepala ular itu sampai remuk. Saya percaya itu bukan sekadar mimpi, melainkan mimpi profetik. Artinya kuasa Tuhan itu sudah diberikan, dan saya harus memakainya untuk menghancurkan musuh. Jadi jangan pernah menyerah, Bapak-Ibu yang terkasih!
Tadi siang, di Menara Doa Wanita, saya bertemu seseorang — ini kesaksian yang menguatkan kita. Jangan lihat keadaan atau orang lain yang tidak berdoa. Fokus saja kepada Tuhan, karena Tuhan yang akan bekerja dan menolong kita menjangkau jiwa-jiwa.
Saya bertemu dengan seorang mahasiswi di Menara Doa Rayon 7. Awalnya saya pikir dia dari cabang lain, tapi ternyata dia berkata, “Saya bukan ibu, saya masih mahasiswa.” Dia berkata, “Saya ingin sekali dibaptis.” Lalu dia bercerita bahwa dia berasal dari keluarga beragama sepupu, dan satu-satunya yang percaya kepada Tuhan. Saat mengalami banyak pergumulan dan berdoa, dia tidak menemukan jawaban dalam kepercayaan lamanya. Tapi suatu malam, ia terdorong untuk berdoa kepada Tuhan Yesus, dan saat itu juga ia mengalami kelegaan dan jawaban doa.
Pada 24 September 2024, dia mengambil keputusan untuk masuk ke gereja. Dia belum memberi tahu orangtuanya karena ingin menyelesaikan kuliahnya terlebih dahulu. Karena saya tidak sempat konseling lebih lanjut, saya arahkan dia ke Ibu Rosi, istri Pak Hizkia.
Itulah bukti nyata penuaian jiwa. Apa yang kita doakan hari-hari ini tidak akan pernah sia-sia. Kita percaya, Tuhan sedang menyelamatkan Generasi Yeremia — anak-anak muda yang mengalami perjumpaan pribadi dengan Tuhan, bahkan tanpa dituntun siapapun. Seperti gadis tadi, dengan cara Tuhan, dia sendiri yang bertemu Tuhan. Saya tanya, siapa yang menuntun Mbak? Ternyata tidak ada yang menuntun, dia berjumpa sendiri dengan Tuhan.
Itulah kenapa kita lebih banyak berdoa hari-hari ini. Jangan lengah. Berjaga-jagalah.
- Ketika Ia mengambil gulungan kitab itu, tersungkurlah keempat makhluk dan kedua puluh empat tua-tua di hadapan Anak Domba itu; masing-masing memegang satu kecapi dan satu cawan emas penuh dengan kemenyan, itulah doa orang-orang kudus.
Mari, Bapak-Ibu yang terkasih, kita semua punya cawan pribadi di hadapan Tuhan. Mari kita penuhi cawan itu dengan doa-doa kita setiap hari — baik secara pribadi maupun dalam persekutuan secara korporat. Fokus kita adalah penuaian jiwa, bukan hal lain.
Kita perlu unity, kolaborasi, dan berdoa bersama. Tadi saya hanya berbicara dengan mahasiswa itu, lalu menyerahkannya kepada konselor yang lebih tepat, nanti dia akan dibaptis di DBR, dan dimuridkan di COOL. Saya juga berencana mengarahkan supaya dia bisa bergabung dengan komunitas dewasa muda.
Inilah arti dari unity dan kolaborasi dalam penuaian jiwa. Mari, penuhi cawan doa kita masing-masing. Doa itu seperti kemenyan, dupa yang harum di hadapan Tuhan. Amin. Haleluya.
Tetap semangat. On fire! Terima kasih. Tuhan memberkati.