Jangan mengucapkan saksi dusta

Dari GBI Danau Bogor Raya
Lompat ke: navigasi, cari

Mengucapkan saksi dusta atau kebohongan adalah dosa yang sering dianggap remeh, padahal merupakan kekejian di mata Tuhan. Berbagai alasan seperti ingin menyenangkan orang lain, menutupi kesalahan, atau mencari keuntungan kerap digunakan sebagai pembenaran. Firman Tuhan mengajarkan agar kita menjauhi jalan dusta dan melatih diri hidup dalam kebenaran.

Keluaran 20:16,

Jangan mengucapkan saksi dusta tentang sesamamu.

Firman ini juga tercatat kembali dalam Ulangan 5:20 dengan kalimat yang sama:

Jangan mengucapkan saksi dusta tentang sesamamu.

Mengapa seseorang bisa mengucapkan saksi dusta atau berbohong? Setiap orang pasti ingin mendapat kejujuran dari siapa pun yang ditemuinya. Namun kenyataannya, kebohongan atau saksi dusta adalah hal yang tampaknya pernah dilakukan oleh hampir semua orang.

Beberapa alasan umum seseorang berkata dusta antara lain:

  1. Demi kebaikan atau menjaga perasaan orang lain
    Banyak orang berbohong demi kepentingan orang lain, menutupi kebenaran agar orang lain tidak terluka atau kecewa. Ini sering disebut sebagai “bohong putih”.
  2. Menutupi kebohongan sebelumnya
    Kebohongan dapat menjadi seperti efek bola salju. Seseorang yang mulai berbohong akan terdorong membuat kebohongan lain untuk menutupi kebohongan pertama.
  3. Mencari perhatian, keuntungan, atau kekuasaan
    Beberapa orang berbohong agar terlihat hebat, ingin dikagumi, atau agar bisa mengendalikan situasi. Ini sering terjadi pada mereka yang mengejar pengaruh atau rasa hormat.
  4. Tidak sengaja atau spontan
    Terkadang seseorang tidak berniat berbohong, tapi dalam tekanan—misalnya saat dihadapkan dengan atasan yang keras atau situasi mendadak—kebohongan terucap begitu saja.
  5. Menganggap kebohongan bukan hal yang salah
    Beberapa orang bahkan merasa nyaman berbohong karena sudah terbiasa atau bahkan mengalami gangguan mental seperti pseudologia fantastica (bohong kompulsif), sejenis kebiasaan bohong terus-menerus.

Dan berbagai alasan lainnya.

Lalu bagaimana agar kita bisa terhindar dari kebiasaan berbohong atau mengucapkan saksi dusta? Firman Tuhan memberikan jawabannya dalam Mazmur 119:29:

Jauhkanlah jalan dusta daripadaku, dan karuniakanlah aku Taurat-Mu.

Mari kita membenahi diri dengan cara di antaranya:

  1. Berhenti membenarkan ketidakjujuran. Jangan lagi mencari alasan untuk berbohong, meski tampaknya demi “kebaikan”.
  2. Melatih diri untuk menyampaikan kebenaran, walaupun terkadang terasa menyakitkan atau berisiko.
  3. Pikirkan dampak dari setiap ucapan dusta. Jangan menjadikan kebohongan sebagai bahan candaan atau lelucon.

Sebagai penutup, Amsal 12:22,

Orang yang dusta bibirnya adalah kekejian bagi TUHAN, tetapi orang yang berlaku setia dikenan-Nya.

Amin.