Priority and balance in life
![]() ![]() | |
Inspirational | |
Tanggal | 19 November 2024 |
Oleh | Karunia Wijaya |
Baca juga | |
| |
|
Dalam kehidupan orang percaya, penting untuk menjaga keseimbangan antara Tuhan, keluarga, pekerjaan, pelayanan, dan juga waktu pribadi. Me time atau hobi yang positif dapat menjaga kebugaran tubuh dan kesehatan jiwa, yang juga merupakan bentuk tanggung jawab atas tubuh sebagai bait Roh Kudus. Menjaga kesehatan dan mengelola waktu dengan bijak memungkinkan kita melayani Tuhan dan sesama dengan lebih optimal.
Di dalam kehidupan umat Kristen, sering kali kita diajarkan urutan prioritas hidup:
- Tuhan
- Keluarga
- Pekerjaan
- Pelayanan
Namun, yang sering tidak dimasukkan adalah poin kelima, yaitu me time atau hobi. Menurut saya, ini sangat penting karena setiap orang membutuhkan waktu untuk menyegarkan diri atau melakukan kegiatan yang menyenangkan hati. Dalam ilmu pengetahuan pun disarankan, karena ketika seseorang merasa senang, tubuhnya memproduksi hormon endorfin yang membuat kita lebih ceria dan awet muda.
Hobi sendiri ada dua macam: positif dan negatif. Sebagai anak Tuhan, tentunya kita harus memiliki hobi yang positif, misalnya olahraga, memasak, atau bermain musik. Bahkan, jika sudah menjadi hobi, hal itu bisa dibawa masuk ke dalam pelayanan.
Mari kita baca dari 1 Korintus 3:16,
- Tidak tahukah kamu bahwa tubuhmu adalah bait Roh Allah, dan bahwa Roh Allah diam dalam kamu?
Dari Firman Tuhan ini, sudah jelas bahwa kita sebagai anak Tuhan harus menyayangi diri sendiri.
Saya pernah membaca satu artikel yang menyebutkan bahwa dalam survei mengenai orang yang paling Anda sayangi, biasanya urutannya adalah:
- Pasangan (suami/istri)
- Anak-anak
- Orang tua
Tapi yang sering tidak disebutkan adalah diri sendiri. Padahal seharusnya kita juga mengasihi diri sendiri. Bukan karena egois, tapi karena kita adalah bait Allah. Kalau tubuh kita tidak sehat dan tidak fit, bagaimana kita bisa menyenangkan hati Tuhan dan melayani orang lain?
Sebagai Anak Tuhan, kita juga harus menjaga kesehatan. Salah satu caranya adalah dengan mengisi waktu luang melalui hobi yang baik. Contohnya adalah olahraga. Saya sering mengajak teman-teman dalam ibadah, “Yuk olahraga!” — karena kebetulan saya memang hobi olahraga. Kadang-kadang teman-teman terlihat "jaim", kalau saya tidak mengajak, mereka tidak mau. Padahal yang penting adalah kebersamaan.
Alangkah baiknya kalau kita punya hobi yang sama, jadi bisa olahraga bersama dan sekalian meluangkan waktu bersama keluarga. Kalau ada yang bilang tidak ada waktu untuk olahraga, menurut saya itu kurang bijaksana.
Saya sering lihat di GBI DBR, ada lift. Tapi usia 30-40 tahun kok maunya naik lift melulu? Padahal kalau masih sanggup, naik turun tangga itu juga olah raga. Apalagi kalau lagi Menara Doa di lantai 4—rata-rata datang buru-buru, langsung naik lift. Menurut saya, selama masih sehat, naik tangga itu baik sebagai bentuk menjaga tubuh.
Ada juga satu teman yang kalau diajak istrinya hiking atau olahraga, tidak suka karena katanya capek. Tapi kalau jalan-jalan di mall bisa 4–5 jam tidak capek. Ya mungkin itu hobi istrinya—jalan-jalan di mall meskipun tidak beli apa-apa. Menurut saya tidak apa-apa, yang penting istri senang, dan tidak melanggar prinsip-prinsip hidup benar.
Nonton drama Korea atau acara hiburan juga menurut saya tidak masalah. Yang penting adalah kita tahu waktu, tahu prioritas, dan tahu kadar porsi masing-masing. Jangan sampai hobi kita justru berada di atas keluarga atau pelayanan—itu yang kurang bijaksana.
Jadi malam hari ini, poin yang saya sampaikan adalah: Yuk, semangat olahraga! Buat teman-teman yang masih sehat—itu adalah anugerah dari Tuhan. Kita harus jaga dan pelihara tubuh kita. Isi waktu kita dengan bijak, isi kesehatan kita agar tetap fit, supaya kita dapat melayani orang lain dengan tubuh yang kuat dan hati yang bersukacita.
Amin.