Harta yang paling berharga
![]() ![]() | |
Inspirational | |
Tanggal | 14 November 2024 |
Oleh | Mikael Wonohito |
Baca juga | |
| |
|
Apa yang sebenarnya menjadi harta paling berharga dalam hidup kita? Terlalu mencintai harta dunia bisa menjadi penghalang untuk benar-benar mengikut Yesus, seperti kisah orang muda kaya. Jadikan Tuhan Yesus sendiri sebagai harta yang paling utama dan pusat hidup kita.
- Karena di mana hartamu berada, di situ juga hatimu berada.
Harta itu, Bapak Ibu, identik dengan sesuatu yang paling berharga dalam hidup kita, benar ya? Banyak yang bilang harta itu berupa uang, aset, bahkan ada yang membuat lagu atau film dengan judul "Harta yang paling berharga adalah keluarga." Sering kali sesuatu yang paling berharga ini kita simpan dengan sangat hati-hati—di brankas, di bank, atau di tempat yang tersembunyi, bahkan sampai keluarga sendiri tidak tahu letaknya.
Ada cerita tentang seseorang yang menganggap hobinya, yaitu mobilnya, sebagai hartanya. Mobil itu tidak boleh disentuh, tidak boleh dipakai orang lain, seperti punya kekuatan sakti. Nah, sering kali, harta yang kita punya itu justru membuat kita fokus hidup kita tertuju sepenuhnya kepadanya—semua tenaga, waktu, dan pikiran dicurahkan hanya untuk menjaga dan mempertahankan harta itu.
Bukankah itu sama seperti berhala?
Saat kita terlalu fokus pada sesuatu, saat semua hidup kita, kita curahkan padanya sampai kita lupa pada keluarga, lupa pelayanan, lupa pekerjaan, dan bahkan lupa pada Tuhan, bukankah itu tanda bahwa sesuatu itu telah menjadi berhala dalam hidup kita?
Mari kita buka kisah dalam Matius 19:16-23. Ini adalah kisah tentang orang muda yang kaya. Ia datang kepada Tuhan Yesus dan bertanya: "Guru, apa yang harus kuperbuat untuk memperoleh hidup yang kekal?" Tuhan Yesus menjawab bahwa ia harus melakukan hukum Taurat. Lalu anak muda ini menjawab bahwa semuanya itu sudah ia lakukan.
Namun, Matius 19:21-22 mencatat:
- Kata Yesus kepadanya: "Jikalau engkau hendak sempurna, pergilah, juallah segala milikmu dan berikanlah itu kepada orang miskin, maka engkau akan beroleh harta di sorga; kemudian datanglah ke mari dan ikutlah Aku." Ketika orang muda itu mendengar perkataan itu, pergilah ia dengan sedih, sebab banyak hartanya.
Padahal sebelumnya ia begitu antusias untuk mengikuti Yesus. Tapi ketika Yesus menyentuh apa yang paling ia hargai, ia mundur dengan sedih. Saudara, dari cerita ini kita bisa melihat bahwa Tuhan Yesus ingin kita menaruh hati dan kepemilikan kita sepenuhnya kepada-Nya. Mungkin kita telah diberkati—keluarga yang baik, pekerjaan yang mapan, karier yang berhasil, dan pelayanan yang berkembang.
Masihkah kita menjadikan Yesus sebagai harta yang paling berharga dalam hidup ini? Masihkah Yesus menjadi fokus hidup kita, tempat kita berlindung, bukan hanya saat kita butuh? Tadi kita dengar, kalau harta dunia saja disimpan rapi, tidak boleh lecet, masihkah kita menjaga hati-Nya Tuhan Yesus?
Mari kita merenungkan kembali kasih Tuhan yang begitu besar bagi kita. Tuhan Yesus telah memberikan segalanya, bahkan ketika kita sendiri tidak sadar. Masihkah kita punya harta lain yang diam-diam lebih kita utamakan daripada Yesus sendiri?
Hari ini, Bapak Ibu, mari kita belajar dan diingatkan bersama:
- Harta yang paling berharga dalam hidup kita bukanlah uang, bukan keluarga, bukan karier, bukan pekerjaan, bukan juga pelayanan—bahkan bukan dosa-dosa yang diam-diam masih kita simpan. Harta yang paling berharga adalah Tuhan Yesus sendiri.
Amin.