Janganlah hendaknya kerajinanmu kendor

Dari GBI Danau Bogor Raya
Lompat ke: navigasi, cari

Paulus menasihati jemaat agar jangan kendor dalam melayani Tuhan, melainkan tetap menyala-nyala dalam roh. Hari-hari ini, kita perlu semakin giat karena waktu penuaian jiwa semakin singkat. Jika merasa mulai kendor, mari kita cek kembali hubungan dengan Tuhan, lawan kejenuhan, dan luruskan kembali fokus kita kepada-Nya.

Janganlah hendaknya kerajinanmu kendor, biarlah rohmu menyala-nyala dan layanilah Tuhan.

Roma 12:11

Pada saat Paulus menuliskan Firman ini kepada jemaat di Roma, mungkin Paulus dapati ada beberapa jemaat yang sudah mulai kendor—baik dalam kerajinannya untuk melayani Tuhan, ataupun mungkin ada yang sudah suam-suam kuku, tidak on fire lagi, tidak semangat lagi dalam melayani Tuhan.

Apapun itu, Firman ini juga mengingatkan kita, bahwa janganlah hendaknya kerajinan kita kendor, biarlah roh kita menyala-nyala dan layanilah Tuhan.

Itu adalah suatu paket yang harus kita perjuangkan hari-hari ini, Bapak/Ibu yang kekasih. Karena apa? Karena waktunya penuaian jiwa itu tinggal sedikit. Waktu harvest now itu tinggal sedikit lagi. Kita bayangkan ke 2033—ya, sekarang 2024—tinggal sembilan tahun lagi. Jadi hari-hari ini kita, anak-anak Tuhan, pelayan-pelayan Tuhan, harus lebih rajin lagi, lebih giat lagi. Jangan sampai kalah dengan iblis. Iblis bekerja begitu cepatnya, marathon kali larinya, ya—untuk membawa jiwa-jiwa menjadi pengikutnya.

Tetapi bisa saja tanpa kita sadari kerajinan kita itu sudah mulai kendor. Ada tiga hal yang perlu kita check-up apakah kita sudah kendor?

  1. Check-up hubungan kita dengan Tuhan
  2. Apabila kita hari-hari ini mungkin tanpa kita sadari, "Waduh, kerajinan saya ini sudah kendor." Yang tadinya kita mungkin kecepatannya 140 km/jam, mungkin sudah kita turunkan—kita tidak gaspol lagi seperti yang dibilang Pak Rusli tadi malam (DPJ R7, 9 September 2024), gaspol.

    Mungkin kita sudah turunkan kecepatan kerajinan kita. Tetapi mari hari-hari ini, penyebab kekendoran kita itu apa? Apakah hubungan intim kita dengan Tuhan sudah berkurang? Atau mungkin kasih kita kepada Tuhan sudah mulai redup-redup?

    Jawab Yesus kepadanya: "Kasihilah Tuhan, Allahmu, dengan segenap hatimu dan dengan segenap jiwamu dan dengan segenap akal budimu." (Matius 22:37)
    Mari kita check-up kasih kita kepada Tuhan hari-hari ini. Tanpa kasih kepada Tuhan, kita tidak akan bisa berlari-lari dan on fire untuk melayani Tuhan.
  3. Kita mulai jenuh
  4. Ada banyak hal yang membuat kita jenuh. Ciri-ciri orang jenuh itu biasanya suka mengeluh: “Aduh pelayanan kok gini ya..." “Aduh menara doa lagi, menara doa lagi..." “Aduh doa lagi, aduh melayani lagi..."

    Mungkin tanpa kita sadari itu ada terbersit dalam hati kita. Tapi kalau itu ada pada saat ini, mari kita bertobat.

    Bagaimana mengatasi kejenuhan?

    • Bangun hubungan intim dengan Tuhan terus
    • Bangun hubungan dengan sesama anak-anak Tuhan
    • Komunitas COOL kita bangun di dalam Tuhan
    • Semakin banyak membaca Firman hari-hari ini
    • Terhubung dengan Tuhan
  5. Fokus kita sudah sedikit bergeser
  6. Dari fokus kita yang tadinya kepada Tuhan, sudah sedikit bergeser arahnya. Mungkin karena masalah—masalah keluarga, masalah pekerjaan, atau mungkin masalah di antara pelayan-pelayan Tuhan—jadi membuat fokus kita sudah sedikit bergeser. Tadi fokus 100 kepada Tuhan, sekarang sudah bergeser sedikit jadi 99. Hal-hal ini menjadi alasan kenapa kita tidak fokus lagi sebenarnya kepada Tuhan.
Penutup

Mari, Bapak/Ibu—mari kita hari ini tetap menjaga kerajinan kita, bahkan kita gaspol terus. Lebih rajin lagi, lebih on fire lagi, dan fokus kita tetap tertuju kepada Tuhan, seperti dalam Mazmur 123:2,

Lihat, seperti mata para hamba laki-laki memandang kepada tangan tuannya, seperti mata hamba perempuan memandang kepada tangan nyonyanya, demikianlah mata kita memandang kepada TUHAN, Allah kita, sampai Ia mengasihani kita.

Puji Tuhan, tetap kita memandang kepada Tuhan dalam penuaian jiwa. Hari-hari ini tetap tancap gas, tetap on fire, tetap lebih rajin lagi untuk menuai jiwa-jiwa.

Amin.