Hari Tuhan sudah dekat

Dari GBI Danau Bogor Raya
Lompat ke: navigasi, cari
“Tiuplah sangkakala di Sion dan berteriaklah di gunung-Ku yang kudus! Biarlah gemetar seluruh penduduk negeri, sebab hari Tuhan datang, sebab hari itu sudah dekat; suatu hari gelap gulita dan kelam kabut, suatu hari berawan dan kelam pekat; seperti fajar di atas gunung-gunung terbentang suatu bangsa yang banyak dan kuat, yang serupa itu tidak pernah ada sejak purbakala, dan tidak akan ada lagi sesudah itu turun temurun, pada masa yang akan datang.” (Yoel 2:1-2)

Kita sedang memasuki suatu zaman yang disebut sebagai Hari Tuhan. Hari Tuhan telah tiba. Kedatangan Tuhan Yesus sudah sangat dekat. Kita sedang mempersiapkan jalan untuk kedatangan Raja Kemuliaan. Kita sedang mempersiapkan diri sebagai Mempelai Kristus yang menyambut kedatangan Sang Mempelai.

Seperti apakah Hari Tuhan itu? Alkitab berkata bahwa Hari Tuhan adalah hari yang gelap gulita dan kelam kabut, hari yang berawan dan kelam pekat. Hari yang penuh goncangan yang akan membuat seluruh penduduk negeri gemetar. Bangsa-bangsa akan merasakan dampak dan akibatnya. Segala sesuatu baik di langit maupun di bumi akan digoncangkan.

Mengapakah hari Tuhan digambarkan seperti itu? Bukankah ini gambaran yang sangat menakutkan? Tidakkah hari Tuhan seharusnya memberikan pengharapan? Jawabannya adalah memang benar hari Tuhan memberikan pengharapan di tengah kegelapan yang paling pekat. Bahkan hanya Tuhanlah satu-satunya pengharapan manusia di tengah situasi seperti ini. Manusia tidak dapat memberikan keselamatan dan pengharapan. Pertolongan hanya datang dari Tuhan. Di luar Tuhan segala sesuatu akan mengalami goncangan dan kebinasaan.

Kegelapan di sini adalah akibat dari pilihan dan keputusan yang manusia buat untuk hidup tanpa Tuhan dan berjalan sendiri. Tuhan pernah berkata kepada Adam, “tetapi pohon pengetahuan tentang yang baik dan yang jahat itu, janganlah kaumakan buahnya, sebab pada hari engkau memakannya, pastilah engkau mati” (Kejadian 2:17). Kematian di sini adalah akibat dari keputusan manusia untuk hidup terpisah dari Tuhan.

Manusia harus sepenuhnya berharap dan bersandar kepada Tuhan. Manusia harus hidup berkenan kepada Tuhan supaya belas kasihan Tuhan dinyatakan berlimpah atasnya. Orang yang hidupnya berkenan kepada Tuhan akan mengalami perkenanan Tuhan. Inilah pengharapan kita di tengah kegelapan dan goncangan yang sedang terjadi. Kita harus memilih untuk berjalan bersama Tuhan dalam keintiman. Kita harus makan dari buah pohon kehidupan yaitu Tuhan Yesus sendiri.

Yang menarik di sini adalah di tengah kegelapan yang mencekam seperti ini Gunung Tuhan akan menjulang tinggi. Di dalam Daniel 2:34-36, Gunung Tuhan berbicara tentang Kerajaan Allah. Satu-satunya yang tidak tergoncangkan di hari-hari terakhir ini adalah Kerajaan Allah. Jika Tuhan memerintah atas hidup kita maka Tuhan akan membuat kita tetap teguh dan tidak tergoncangkan.

Gunung Tuhan juga merupakan tempat perjumpaan manusia dengan Tuhan. Ini menggambarkan suatu hubungan yang manusia jalin dengan Tuhan. Tuhan bersemayam di tempat yang tertinggi. Ia disebut sebagai yang Mahatinggi. Semakin kita naik ke gunung Tuhan semakin kita dekat dan intim dengan Tuhan. Di situlah kita mengalami perlindungan dan berkat Tuhan secara sempurna.

Gereja harus menuntun jemaat untuk hidup intim dengan Tuhan. Jemaat harus dituntun untuk mengalami perjumpaan dengan Tuhan lewat Roh dan Firman-Nya. Jemaat harus memiliki gaya hidup berdoa, memuji dan menyembah Tuhan supaya hadirat Tuhan terus memenuhi hidupnya. Banyak gereja hanya membuat jemaat hidup nyaman. Ibadahnya bertujuan untuk membuat jemaat menjadi betah bukan untuk semakin berkomitmen kepada Tuhan. Pelayanannya ditata untuk menyenangkan manusia dan bukan menyenangkan Tuhan. Kalau perlu menyembah Tuhan cukup 20 menit supaya bisa cepat-cepat selesai. Bahkan seringkali tidak disebut menyembah tetapi menyanyi. Karena memang itu yang dilakukan. Sekedar menyanyi dan bukan menyembah. Situasi ini menunjukkan hati manusia yang sudah suam terhadap Tuhan. Manusia tidak dituntun untuk berjumpa Tuhan tetapi untuk memuaskan keinginannya sendiri. Gereja seperti ini tidak akan turut terangkat ketika Tuhan Yesus datang di awan-awan untuk menjemput mempelai-Nya.

Hanya di gunung Tuhan ada terang yaitu kemuliaan-Nya; hanya di gunung Tuhan kita menerima kemampuan untuk memerintah atas kegelapan; hanya di gunung Tuhan kita mengalami perkenanan Tuhan. Pemisahan akan terjadi antara gelap dan terang. Keduanya tidak dapat bercampur. Yang gelap akan mencapai puncak kegelapan; yang terang akan mencapai puncak terang. Tidak ada garis kelabu. Kita harus memilih terang supaya kita tidak turut dibinasakan. Marilah kita menjadi orang-orang yang hidupnya berkenan kepada Tuhan. Tujuan hidup kita adalah untuk menyenangkan Tuhan, sampai seluruh hidup kita dilingkupi terang kemuliaan Tuhan.

Sumber