Keagungan Jumat Agung

Dari GBI Danau Bogor Raya
Revisi sejak 19 November 2022 04.02 oleh Leo (bicara | kontrib) (Penggantian teks - "| summary =" menjadi "| longsummary= | summary= | shortsummary=")
(beda) ← Revisi sebelumnya | Revisi terkini (beda) | Revisi selanjutnya → (beda)
Lompat ke: navigasi, cari
RK.jpgRK.jpg
Renungan khusus
Tanggal12 April 2020
PenulisPdt Dr Johannes SP Rajagukguk ST, CBC
Renungan khusus lainnya

"Dan hampir segala sesuatu disucikan menurut hukum Taurat dengan darah, dan tanpa penumpahan darah tidak ada pengampunan."

Ibrani 9: 22

Jumat Agung merupakan salah satu hari raya utama umat Kristiani. Jumat Agung memiliki posisi yang istimewa. Walau perayaan ini hanya terpisah 3 hari sebelum hari raya Paskah, Jumat Agung bukanlah sekedar pendahuluan atau pengantar menuju Paskah, melainkan memiliki keagungannya tersendiri.

Sesungguhnya, dapat dikatakan bahwa Jumat Agunglah inti dari Paskah. Tanpa penderitaan dan kematian Tuhan Yesus di kayu salib, tidak akan pernah ada kebangkitan dan kemenangan di kubur itu. Tanpa kematian di hari Jumat yang Agung itu, tidak mungkin ada kebangkitan yang mulia berkemenangan di hari Paskah.

Kematian yang menghidupkan

Sejak manusia jatuh dalam dosa, dan kehilangan kemuliaan Tuhan. Keabadian meninggalkan manusia. 'Imago Dei', gambar Allah yang awalnya dimiliki manusia telah pergi meninggalkan penerima mandat atas bumi ini. Manusia menjadi fana dan di mata kekekalan, manusia yang berbatas usia itu terlihat sudah mati.

Bukan hanya usia, kemampuan-kemampuan yang dimilikinya menjadi cacat. Manusia seharusnya secara supranatural mampu membangun hubungan karib dan melekat dengan Allah, mampu melaksanakan perintah pencipta-Nya, termasuk juga seharusnya mampu mengelola bumi ini. Kemampuan-kemampuan itu telah mengalami degradasi, hingga hanya dapat mengandalkan kekuatan dirinya sendiri. Hanya beberapa pribadi yang masih dapat memelihara hubungan dengan Tuhan. Seiring dengan waktu dan dosa, usia manusia pun makin pendek dan tak ada harapan. Semua usaha manusia untuk kembali kepada Tuhan, untuk selamat dari kematian menjadi sia-sia. (Roma 3:20)

"Karena begitu besar kasih Allah akan dunia ini, sehingga Ia telah mengaruniakan Anak-Nya yang tunggal, supaya setiap orang yang percaya kepada-Nya tidak binasa, melainkan beroleh hidup yang kekal." (Yohanes 3:16)

Atas inisiatif Allah Bapa, maka Yesus Kristus, Anak Allah akhirnya datang pertama kali ke dunia untuk menebus dosa manusia yang menjadi sumber permasalahan. Upah dosa seharusnya adalah maut, tetapi Ia datang untuk memberi hidup, bahkan hidup dalam segala kelimpahannya (Roma 6:23; Yohanes 10:10b)

Dan cara untuk memberikan hidup itu, hanya dengan jalan kematian. Ia harus mati di kayu salib untuk menebus semua dosa dunia dan mengadakan pertukaran, dengan sebuah Password atau kata kunci: "percaya."

Semua manusia yang percaya kepada-Nya, menerima pertukaran dari apa yang seharusnya menimpanya. Kesakitan ditukar dengan kesembuhan, kutuk ditukar dengan berkat, hukuman ditukar dengan pengampunan, dosa ditukar dengan pembenaran, kemiskinan ditukar dengan kelimpahan, dipermalukan ditukar dengan kemuliaan, dan penolakan Bapa ditukar dengan penerimaan.

Semua orang percaya mendapat hak menjadi anak Allah. (status adopsi - Yohanes 1:12) Kematian ditukar dengan kehidupan kekal, bagi mereka yang percaya kepada-Nya. Kalimat terakhir ini memiliki arti, bahwa oleh Jumat Agung, manusia yang tadinya dipandang mati, sekarang memiliki peluang untuk dipandang hidup dalam perspektif kekekalan.

"Redemption is not just about the survival of our soul. It's about the revival of a soul that was once dead."
— Rebekah Hallberg

Justification - kehidupan baru dan roh yang baru

Bila orang Kristen berpikir bahwa penebusan di kayu salib itu, hanya untuk supaya orang percaya mendapatkan pembenaran yaitu tiket untuk masuk surga, maka itu sungguh mengecilkan apa yang dilakukan oleh Tuhan Yesus di kayu salib itu.

Penebusan atau pembenaran (Justification) adalah seperti fondasi untuk penggenapan suatu janji yang berabad-abad dinubuatkan Yehezkiel. (Yehezkiel 11:19; 36:26; 37:14)

Nubuatan ini sejalan dengan perintah, ajaran dan janji Tuhan Yesus sebelum Ia naik ke surga, yaitu akan datangnya Roh Kudus untuk tinggal di hati manusia. Darah yang menyucikan hati orang percaya itu akan mempersiapkan sebuah rumah kudus untuk Roh yang Kudus tinggal. Tanpa Jumat Agung, janji tentang Roh Allah yang akan tinggal dalam diri orang percaya tidak dapat digenapi.

Paulus mengatakan bahwa Roh yang telah memberi hidup itu memerdekakan orang percaya dari hukum dosa. (Roma 8:2)

Dalam ayat lain, Tuhan Yesus berkata bahwa Rohlah yang memberi hidup, daging sama sekali tak berguna. (Yohanes 6:63)

Ternyata kehidupan yang dimaksudkan bukan hanya karena penebusan, tetapi juga karena sejak itu, Roh yang menghidupkan itu sekarang berpeluang masuk dalam diri orang percaya. Roh yang memberi hidup tinggal dalam orang percaya dan Jumat Agung lah yang akan mendobrak hingga peluang yang mustahil itu terjadi.

Sanctification - Roh Kudus dan manusia baru

Korban di kayu salib membuka jalan untuk justification, dan justification kemudian membuka jalan bagi Roh Kudus tinggal dalam diri orang percaya. Roh Kudus yang oleh pembenaran orang percaya mendapat jalan untuk dapat tinggal dalam diri orang percaya, ternyata tidak hanya memberi kehidupan. Roh Kudus juga yang kemudian memimpin orang percaya kepada segala kebenaran, dan bila diberi kesempatan memimpin hidup orang itu, Roh Kudus akan melakukan perubahan di dalam diri manusia sehingga dia menjadi manusia baru.

Roh Kudus dengan demikian melakukan perubahan dari dalam diri manusia baru, ini yang dikenal sebagai pengudusan (sanctification). (Yohanes 16:13; Galatia 5:18)

Manusia baru ini memberi diri dipimpin oleh Roh Kudus. Dan Roh Kudus ini akan memimpin dengan mengubah pola pikir, respon, tindakan, kebiasaan dan karakter manusia lama menjadi manusia baru. Roh Kudus yang memungkinkan buah Roh muncul menggantikan perbuatan daging proses pengudusan karakter ini akan berjalan terus hingga berujung pada gambar Kristus (Imago Dei) kembali. (Galatia 5: 16-25)

Manusia baru juga akan dipimpin untuk hidup dengan nilai dan cara hidup seperti Yesus hidup, diantaranya adalah hidup yang didedikasikan untuk melakukan kehendak Yesus dan rencana Bapa. Manusia baru yang dipimpin Roh Kudus untuk hidup bukan demi diri sendiri, tetapi demi orang lain di sekitarnya, demi bangsanya, dan demi Kerajaan Allah (termasuk demi sang Raja sendiri). Ini akan berdampak pada berubahnya cita-cita, prioritas, visi, dan arah kehidupan. Mereka yang hidup dengan cara demikian, dipandang sebagai manusia baru yang bertumbuh, dan Alkitab menyebutnya sebagai Anak Allah yang dewasa; siap menerima warisan bersama dengan Yesus sebagai anak sulung Allah, dan memerintah bersama Dia. Semua ini dimungkinkan terjadi karena sebuah hari istimewa, yaitu: Jumat Agung. (υἱός - Huios; Roma 8:14)

Glorification

Bila Jumat Agung menjadi pembukanya, maka hari yang mulia nanti akan tiba, bertemunya Tuhan Yesus yang Agung dengan mempelainya yang kudus, akan menjadi ujung perjalanan manusia baru dalam Kristus. Momen penting yang dinantikan seluruh alam semesta. Hari Tuhan yang tidak lama lagi itu akan tiba ada di depan mata semua orang percaya.

Peralihan dari sanctification menuju glorification, tentu saja tidak akan melepaskan peran darah Yesus, Roh Kudus dan firman sebagai saksi, namun juga peran manusia baru itu sendiri. Hanya satu kata yang diminta dari seorang percaya dalam proses ini, yaitu: Kesetiaan. (Wahyu 17:14)

Hal terpenting bukanlah bagaimana kita memulai perjalanan iman kita, kapan memulainya, dengan siapa menjalaninya, apa karunia yang dimiliki, apa jabatan rohani kita, apa yang sudah kita lakukan. Hal-hal itu penting bila akhirnya dapat mendukung dan menentukan bagaimana orang percaya mengakhiri perjalanannya.

Itulah sebabnya, pertanyaan penutup ini menjadi pertanyaan bagi kita semua, "Apakah di mata Tuhan, saya termasuk yang setia?" Amin. (JR)

Sumber