Firman Tuhan dan dunia

Dari GBI Danau Bogor Raya
Revisi sejak 22 November 2022 06.34 oleh Leo (bicara | kontrib) (Penggantian teks - " " menjadi " ")
Lompat ke: navigasi, cari
Visi 2022.jpgVisi 2022.jpg
Renungan khusus
Tanggal01 Mei 2022
PenulisPdt Nathan Subroto, MDiv
Renungan khusus lainnya

Firman-Mu itu pelita bagi kakiku dan terang bagi jalanku.

Mazmur 119:105

Ayat di atas ditulis oleh Raja Daud ribuan tahun yang lalu, bahkan sebelum zaman Yesus Kristus lahir dan melayani di muka bumi. Di zaman sekarang ini timbul pertanyaan:

  • Apakah Firman Tuhan masih relevan pada masa kini, di mana perkembangan serta kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi telah membuat situasi dunia menjadi berbeda jauh dibandingkan dengan waktu Raja Daud menuliskan ayat di atas?
  • Apakah Firman Tuhan yang ditulis di masa lalu masih dapat berperanan secara penuh sebagai tuntunan dalam menjalani kehidupan sehari-hari di masa ini; yang sekaligus disebutkan sebagai persiapan untuk masuk ke dalam masa depan yang mengandung ketidakpastian?

Untuk menjawab pertanyaan-pertanyaan di atas, mari kita melihat beberapa bentuk hubungan Firman Tuhan dengan kehidupan sehari-hari.

Hubungan eksplisit

Firman Tuhan yang praktis dan dapat secara langsung dimengerti serta diterapkan dalam kehidupan sehari-hari.

Sebuah fakta di masa pandemi ini, begitu banyak tenaga kesehatan, motivator bahkan social media influencer; baik dalam artikel maupun sosial media, menyatakan bahwa hati yang gembira adalah obat yang manjur. Tidak dapat dipastikan, apakah mereka mengutip perkataan ini dari Alkitab atau apakah pernyataan ini adalah penemuan terkini yang berasal dari penelitian medis, namun yang pasti adalah pernyataan yang mereka sampaikan telah tertulis ribuan tahun yang lalu dalam Firman Tuhan; tepatnya dalam Amsal 17:22, bahwa:

Hati yang gembira adalah obat yang manjur, tetapi semangat yang patah mengeringkan tulang.

Dalam satu topik ini saja, terbukti bahwa Firman Tuhan tetap relevan bagi dunia sampai sekarang, bahkan sampai selama-lamanya. Ayat ini adalah salah satu contoh secara eksplisit bagaimana Firman Tuhan tetap ‘ya’ dan ‘amin’, tetap relevan untuk masa lalu, masa sekarang dan juga masa mendatang.

  1. Tuhan Yesus dalam Lukas 14:28-30 memberikan pelajaran mengenai pentingnya berdiskusi untuk menentukan anggaran sebelum membangun sebuah menara, yaitu supaya jangan sampai ada yang dapat memulai membangun, tapi tidak mampu untuk menyelesaikan bangunan itu. Ketiga ayat tersebut mengajarkan sebuah keterampilan yang dikenal dengan 'anggaran' (budgeting).
  2. Demikian pula ayat 31-32 dalam pasal yang sama memaparkan betapa pentingnya untuk mengetahui kemampuan diri sendiri dan kemampuan musuh sebelum memutuskan untuk pergi berperang. Dua hal di atas menunjukkan betapa Firman Tuhan juga mengajar mengenai keterampilan untuk hidup sehari-hari.

  3. Rasul Petrus dalam 1 Petrus 3:10-12 memberikan tips bagaimana untuk melihat hari-hari yang baik terjadi dalam hidup ini. Terjemahan New Living Translation (NLT), menggunakan frasa:

  4. If you want to enjoy life and see many happy days
    Yang artinya: "Jika kamu mau menikmati hidup dan melihat hari-hari bahagia..."

    Selanjutnya ada beberapa tips dalam ayat-ayat berikutnya:

    • Ayat 10, menjaga lidah atau perkataan
    • Ayat 11a, menjauhi yang jahat dan melakukan yang baik;
    • Ayat 11b, mencari perdamaian
    • Ayat 12, menjadi orang benar.

    Pedoman-pedoman yang tetap relevan di masa sekarang sekaligus sangat aplikatif.

Beberapa ayat dalam tiga paragraf di atas secara eksplisit sudah dapat menjawab pertanyaan awal dalam tulisan ini. Tapi Firman Tuhan tidak hanya berisi tuntunan hidup yang tertulis secara eksplisit kata demi kata seperti yang sudah tertulis di bagian awal dalam tulisan ini.

Hubungan implisit

Firman Tuhan yang waktu dipelajari dengan sungguh-sungguh akan memberikan sebuah tuntunan yang membangun nilai-nilai dalam kehidupan atau prinsip-prinsip dalam kehidupan.

Sebuah contoh, dalam Alkitab tidak pernah ditemukan sebuah kalimat yang berkata: "Tidak boleh merokok." Baik dalam bahasa Indonesia maupun dalam bahasa lainnya, termasuk dalam terjemahan asli Alkitab, tidak terdapat sebuah padanan kata yang dapat diartikan secara langsung sebagai 'tidak boleh merokok'.

Tapi kita ingat, kita bukanlah “Kristen ayatiah”, yang mengharuskan adanya kalimat dalam ayat tertentu yang menyatakan secara eksplisit saja. Kita adalah Kristen alkitabiah, yang memeriksa seluruh isi Alkitab dan menggunakan keseluruhan Alkitab sebagai pedoman dan penuntun dalam hidup.

Kembali ke topik tidak boleh merokok, memang tidak ada ayat yang secara eksplisit mengandung kata-kata tidak boleh merokok. Tapi sewaktu kita membaca Alkitab secara keseluruhan, kita dapat memperoleh pengertian-pengertian bahwa merokok bukanlah sebuah keuntungan bagi tubuh manusia, sekaligus bukanlah tindakan yang menyenangkan hati Tuhan (1 Korintus 6:12; 6:19; 10:23; 2 Korintus 7:1).

Selain memberikan tuntunan secara eksplisit, Firman Tuhan juga merupakan tuntunan yang membangun prinsip hidup. Firman Tuhan juga memiliki kekuatan untuk membuka serta membentuk paradigma dari setiap orang yang membaca, merenungkan dan mempelajarinya dengan sungguh-sungguh.

  1. Dalam 2 Raja-raja 20:1-7; di mana Allah menggunakan kue ara yang menjadikan Raja Hizkia sembuh dari penyakitnya, dengan cara meletakkan kue ara itu di atas bisulnya. Allah yang Maha Kuasa dapat berkarya melakukan kesembuhan secara supranatural (kesembuhan Ilahi secara langsung), tetapi Ia juga dapat berkarya melalui tindakan medis. Jadi, tidaklah tepat kalau menyimpulkan bahwa Alkitab menentang pemakaian sarana-sarana penyembuhan oleh manusia.

  2. Dalam Matius 9:12, Yesus sendiri berkata, “bukan orang sehat yang memerlukan tabib, tetapi orang sakit.” Yesus menggunakan kalimat ini untuk menjelaskan panggilan pelayanan-Nya bagi orang yang sakit dan bermasalah, tapi kalimat ini juga membuktikan bahwa Ia mengakui dan menghargai profesi tabib (dokter/tenaga kesehatan).

Dua cerita Firman Tuhan di atas membuka sekaligus membentuk paradigma; siapapun yang bergaul erat dengan Firman Tuhan akan mengakui dan menghormati profesi dokter ataupun tenaga kesehatan, bahwa mereka dapat dipakai Tuhan lewat kecakapan dan keterampilan mereka. Menjadi berkat buat sesama dan mengasihi sesama dapat diaplikasikan salah satunya adalah dengan menjadi dokter/tenaga kesehatan yang melayani orang lain.

Orang yang bergaul dengan Firman Tuhan juga akan memiliki paradigma yang tidak antipati terhadap aktivitas medis; seperti pemberian obat bagi yang sakit, serta tindakan-tindakan medis lainnya; termasuk pemberian imunisasi dan vaksin untuk memperkuat imunitas tubuh.

Kita membuka diri atas sarana-sarana penyembuhan yang telah diberikan Allah, baik secara supranatural, maupun secara natural (tindakan manusia/medis). Doa dan pengurapan minyak mempunyai tempatnya sendiri, tetapi doa dan tindakan medis tidak saling bertentangan. Hasil dari doa dan pengetahuan medis mengalir dari Allah yang sama.

Firman Tuhan ada yang secara eksplisit memberikan tuntunan dan pernyataan mengenai hal-hal tertentu, tapi ada juga yang membutuhkan pendalaman, perenungan serta diskusi supaya terjadi keterkaitan antar satu bagian dengan bagian lain dalam Alkitab yang akan membuka paradigma kita dalam melihat serta memberikan respon atas kejadian dalam hidup ini.

Lebih luas lagi, pergaulan yang erat dengan Firman Tuhan dapat mengubah paradigma kita untuk dapat melihat kejadian sehari-hari seperti Tuhan memandang kehidupan ini. Beberapa paragraf di atas membuktikan bahwa Firman Tuhan tetaplah relevan untuk menjadi pelita bagi kaki kita dan terang bagi jalan kita, pemberi arah dan penuntun hidup manusia. (NS)