Pemuridan vokasional
Renungan khusus | |
---|---|
Tanggal | 24 April 2022 |
Penulis | Pdt Chris Silitonga, MEd |
Renungan khusus lainnya | |
| |
|
“Sebab kamu sendiri tahu, bagaimana kamu harus mengikuti teladan kami, karena kami tidak lalai bekerja di antara kamu."
“Didiklah orang muda menurut jalan yang patut baginya, maka pada masa tuanya pun ia tidak akan menyimpang dari pada jalan itu."
“Pelayanan yang dilakukan oleh gereja selama lima dekade (50 tahun) terakhir sudah tidak dapat digunakan lagi kepada generasi saat ini (generasi muda)." Pernyataan yang mengejutkan ini dikeluarkan oleh Dr George Barna dari Barna Research dalam tulisannya pada tahun 2021[1] atas survey mendalam akan generasi muda yang dilakukan oleh Barna.
Penelitian yang lebih lanjut dilakukan oleh Barna Research di berbagai belahan dunia, menunjukkan bahwa generasi muda[2], yaitu Gen-Y atau Millennials (lahir 1981-1996), Gen-Z (lahir 1997-2012) dan Gen-Alpha (lahir 2013 dst.) –yang kita kenal di gereja kita sebagai “Generasi Yeremia”– membutuhkan metode-metode dan pendekatan-pendekatan baru guna memuridkan mereka menjadi pribadi-pribadi utuh di dalam Kristus.
Cara-cara yang selama ini digunakan oleh banyak gereja, pembinaan pemuda dan anak, termasuk dalam komunitas-komunitas sel seperti COOL, harus diubah dan disesuaikan jika kita ingin menjangkau generasi muda dan memuridkan mereka di dalam Kristus.
Presiden Barna Research, David Kinnaman, dan Mark Matlock, menulis dalam buku mereka “Faith for Exiles” bahwa saat ini ada 10% dari generasi muda Kristen di berbagai belahan dunia yang dapat dikategorikan sebagai resilient disciples atau murid-murid yang tangguh.[3] Mereka ini memiliki ciri-ciri:
- Hadir beribadah di gereja dan aktif di gereja, bukan hanya sekedar datang untuk beribadah saja;
- Percaya penuh pada otoritas kebenaran firman Tuhan/Alkitab;
- Berkomitmen secara pribadi kepada Tuhan Yesus, yaitu percaya bahwa Dia disalibkan dan dibangkitkan dari kematian dan mengalahkan dosa dan maut; dan
- Menyatakan keinginan yang dalam dan iman yang mereka miliki bahwa mereka dipanggil untuk mengubahkan masyarakat luas menjadi lebih baik.
Kita semua tentu menginginkan agar generasi muda kita juga bagian dari 10% ini.
Pertanyaan utamanya adalah bagaimana agar generasi muda kita bisa menjadi seperti yang 10% tersebut? Kinnaman dan Matlock mempelajari ratusan ribu anak muda Kristen dan menemukan bahwa ada lima cara yang digunakan agar generasi muda menjadi generasi murid-murid yang tangguh. Salah satu dari lima cara itu adalah pemuridan vokasional atau vocational discipleship.[4] Perihal inilah yang akan dibahas secara singkat dalam artikel ini. Pemuridan semacam ini ternyata juga menjadi kerinduan yang mendalam dari generasi muda kepada generasi sebelumnya.
Yang bukan pemuridan vokasional
Sebelum kita memahami lebih lanjut mengenai pemuridan vokasional, kita pahami dahulu apa yang bukan pemuridan vokasional. pemuridan vokasional bukanlah berkhotbah; dalam arti menyampaikan khotbah dan bercerita tentang kesuksesan atau bagaimana mendapat kesuksesan dalam pekerjaan atau mendapatkan kekayaan yang berlimpah-limpah.
Pemuridan vokasional adalah mempersiapkan generasi muda untuk menjalani hidup mereka di dunia kerja dan bagaimana menghadapi situasi atau realita, apabila mereka tidak mendapatkan sebagaimana yang mereka harapkan.
Pemuridan vokasional
pemuridan vokasional adalah mengetahui dan menghidupi panggilan Allah dalam hidup mereka; yaitu mengerti untuk apa mereka diciptakan – terutama dalam area pekerjaan, dan mengarahkan ambisi mereka kepada Kerajaan Allah.[5]
Generasi muda yang tangguh menyatakan bahwa pekerjaan yang sedang mereka jalani adalah bentuk panggilan Allah bagi mereka. Mereka yakin pekerjaan mereka akan berdampak pada masyarakat dan mereka bersemangat dalam membangun karir mereka untuk Kerajaan Allah.
Tentu kita ingin generasi muda kita banyak berpendapat yang sama. Generasi muda yang tangguh dapat mengatakan hal tersebut, karena mereka telah dan sedang mengalami pemuridan vokasional.
A. Aplikasi dari nilai kerajaan Allah
Pendekatan yang dilakukan oleh gereja dan berbagai pelayanan selama ini adalah dengan memberikan dan menanamkan nilai-nilai Kerajaan Allah melalui berbagai khotbah, persekutuan atau pendalaman Alkitab. Pendekatan ini tidak salah, namun yang diharapkan dan dibutuhkan oleh generasi muda saat ini adalah bagaimana saya menerapkan nilai-nilai tersebut dalam pekerjaan mereka sehari-hari.
Generasi muda Kristen sudah mengetahui dengan baik bahwa iman Kristiani dan kehidupan sehari-hari adalah hal-hal yang tidak terpisahkan (1 Petrus 2:9).
Mereka juga tahu bahwa secara umum mereka dipanggil untuk mewarnai dunia secara positif (Matius 5:13-16) dengan cara menjalani hidup sebagai murid-murid Kristus (Filipi 1:27). Yang mereka butuhkan adalah, bagaimana secara lebih spesifik menjalankannya di area pekerjaan yang spesifik pula.
Misalkan: seorang anak muda Kristen, katakan namanya Adi, bekerja sebagai akuntan di sebuah perusahaan. Suatu saat Adi diperintahkan oleh boss-nya untuk membuat pembukuan ganda dengan maksud untuk menggelapkan keuangan perusahaan. Jika Adi tidak mau, maka dia bisa dipecat dan akibatnya dia tidak punya pemasukan; padahal orang tuanya sedang sakit, dan dia sendiri sedang merencanakan pernikahan.
Apa yang harus dia lakukan? Adi tahu kalau dia berkata ‘ya’, maka itu tidak sesuai dengan nilai-nilai firman. Tetapi kalau dia katakan ‘tidak’ kepada boss-nya, dia akan dipecat, maka bagaimana tanggung jawab dia kepada orangtuanya dan tunangannya? Hal-hal yang semacam ini tidak akan Adi dapatkan jawabannya melalui khotbah-khotbah atau buku-buku pelajaran. Yang Adi butuhkan adalah masukan riil dari orang-orang yang pernah mengalami dilema seperti yang ia alami. Adi membutuhkan nasihat, masukan, dan dukungan dari para ‘senior’-nya untuk bisa menang menghadapi tantangan ini. Di sinilah pemuridan vokasional berperan yaitu mereka yang sudah lebih dahulu sukses dan berpengalaman membagikan secara langsung kepada mereka yang baru atau akan memulai karir.
B. Hubungan antar generasi
Pemuridan vokasional berbicara dengan menghubungkan generasi muda dengan generasi sebelumnya, sesuai dengan vokasi yang akan atau sedang mereka geluti.
Ada generasi muda ingin jadi politikus? Mintalah politikus Kristen yang sukses dan bersih menjadi pemuridnya.
Ada yang ingin jadi pengusaha start-up? Mintalah pengusaha yang sukses bangun bisnis sendiri dan terbukti takut Tuhan menjadi pemuridnya.
Ada yang mau menjadi tentara? Mintalah Perwira yang hidup dalam firman menjadi pemuridnya.
Ada yang ingin menjadi pengkhotbah? Lebih dari sekedar menyuruh anak muda itu masuk sekolah Alkitab, mintalah seorang pengkhotbah yang sering melayani dan memiliki content yang solid Alkitabiah menjadi pemuridnya.
C. Membutuhkan komitmen yang serius
Pemuridan vokasional sebenarnya mudah dilakukan, namun jarang dilaksanakan. Mengapa? Karena pemuridan bukan ibadah raya atau kelas-kelas Alkitab, tetapi adalah suatu kedekatan khusus antara murid dan pemurid. Ini membutuhkan komitmen dan upaya yang lebih justru dari pihak pemurid (istilah lain: Mentor). Pemurid membagikan bukan hanya hal-hal yang baik yang dia terima dan lakukan dalam bidang pekerjaannya, tetapi juga dengan terbuka membagikan hambatan-hambatan dan bahkan kejadian-kejadian buruk yang pemurid alami. Pemurid membagikan bagaimana ia menang atas hal itu semua; hal-hal inilah yang menjadi modal bagi sang murid. Pemurid membagikan bagaimana ia menerapkan nilai-nilai Kerajaan Allah sesuai dengan vokasi yang ia jalani. Ini yang sedang dibutuhkan sangat oleh generasi muda saat ini. Bahkan ‘ngopi darat’ antara murid dan pemurid justru sering kali lebih efektif dalam mengkomunikasikan hal-hal ini.
Pelayanan yang dilakukan oleh banyak gereja selama ini kepada generasi muda saat ini haruslah dilengkapi dengan pemuridan vokasional. Selain pemuridan secara individual, gereja juga bisa melakukan hal-hal seperti: membuka bimbingan kreatifitas seperti media, fotografi, bahasa, musik dan lain-lain, membuat semacam “Career Day” atau Hari Karir, di mana beberapa anak Tuhan yang profesional di dunia kerja membagikan perihal karir mereka dan bangun jembatan agar generasi muda bisa “kontak-kontakan” dibimbing/dimuridkan oleh para profesional tersebut, atau membuka kelas-kelas pengajaran praktikal seperti investasi, keuangan, pajak, teologi praktis dan lain-lain yang diisi oleh mereka yang menguasai baik dan anak-anak Tuhan yang terbukti hidup dalam kebenaran. Para orangtua pun dipersiapkan untuk menjadi Pemurid-pemurid Vokasional. Namun ingatlah, pemuridan vokasional yang paling baik adalah tetap yang menghubungkan murid dengan pemurid yang memiliki vokasi serupa.
Kita sedang berhadapan dengan generasi muda yang baru, di dalam era yang baru. Kemajuan digital, situasi pandemi dan keadaan perubahan yang terjadi sewaktu-waktu pada saat ini, merupakan suatu tantangan bagi generasi saat ini. Ungkapan “It’s tougher for young people these days” (hidup hari-hari ini sangat berat bagi generasi muda) janganlah dipandang remeh.
Guna menjadikan generasi muda menjadi generasi murid yang tangguh, gereja, yaitu kita semua harus menggunakan cara-cara pelayanan yang baru, yang sesuai dengan kebutuhan generasi muda saat ini. Ingatlah bahwa gereja yang hanya menitikberatkan semua bentuk pemuridan, energi dan sumber daya pada bentuk Ibadah Raya saja tidak akan cukup untuk menjangkau generasi anak-anak muda ke depan.[6] Perhatikan hal ini dan mari kita mulai jalankan pemuridan vokasional. (CS)
Referensi
- ^ George Barna, “The National Religious Realignment: Identifying Dramatic Changes in Long-Term Faith Commitments,” American Worldview Inventory 2021 No.4 (2021): 4. Terjemahan bebas.
- ^ Klasifikasi generasi secara usia ini juga sesuai yang digunakan di Indonesia oleh Badan Pusat Statistik, sebagaimana dalam Berita Resmi Statistik No.07/01/Th.XXIV, 21 Januari 2021 “Hasil Sensus Penduduk 2020”.
- ^ David Kinneman dan Mark Matlock, Faith for Exiles (Grand Rapids, MI: Baker Books, 2019), 28.
- ^ Ibid, 29.
- ^ Ibid, 121.
- ^ Ibid, 176.
“Pelayanan yang dilakukan oleh gereja selama lima dekade (50 tahun) terakhir sudah tidak dapat digunakan lagi kepada generasi saat ini (generasi muda)." Pernyataan yang mengejutkan ini dikeluarkan oleh Dr George Barna dari Barna Research dalam tulisannya pada tahun 2021 atas survey mendalam akan generasi muda yang dilakukan oleh Barna.