Article: 20200629/RK: Perbedaan antara revisi
k (Penggantian teks - "| namalengkap=" menjadi "| completename=") |
k (Penggantian teks - "| ringkasan =" menjadi "| summary =") |
||
Baris 11: | Baris 11: | ||
| infobox = {{{infobox|}}} | | infobox = {{{infobox|}}} | ||
| | | summary = '''''"Sebab aku teringat akan imanmu yang tulus ikhlas, yaitu iman yang pertama-tama hidup di dalam nenekmu Lois dan di dalam ibumu Eunike dan yang aku yakin hidup juga di dalam dirimu."''''' | ||
({{sabdaweb2v|2 Timotius 1:5}}) | ({{sabdaweb2v|2 Timotius 1:5}}) | ||
Revisi per 15 November 2022 10.18
Renungan khusus | |
---|---|
Tanggal | 05 Juli 2020 |
Penulis | Pdt Ir Audy Rochadi Gunardi |
Renungan khusus lainnya | |
| |
|
"Sebab aku teringat akan imanmu yang tulus ikhlas, yaitu iman yang pertama-tama hidup di dalam nenekmu Lois dan di dalam ibumu Eunike dan yang aku yakin hidup juga di dalam dirimu."
Timotius adalah salah seorang anak rohani dari Rasul Paulus. Dia berasal dari Listra dan mungkin ia diselamatkan dalam misi Paulus yang pertama (Kisah 14:19-20, 16:1-2).
Ibunya Eunike, dan neneknya Lois adalah perempuan-perempuan Yahudi yang saleh, tetapi ayahnya adalah orang Gerika yang menyembah berhala. (Kisah 16:1-2; 2 Timotius 1:5)
Paulus menghargainya sebagai anaknya sendiri dalam iman. (1 Timotius 1:2; 2 Timotius 1:2)
Bagaimana generasi muda seperti Timotius dapat dipakai Tuhan Yesus dengan luar biasa?
#1 Timotius menerima warisan iman orang tua kandungnya
Dalam ayat bacaan kita di atas Paulus memuji iman yang tulus dari Timotius. Ini merupakan kualitas iman yang luar biasa. Dan iman yang tulus ini pertama-tama hidup dalam neneknya Lois, kemudian hidup dalam ibunya Eunike dan kemudian hidup dalam diri Timotius.
Di sini terlihat bahwa ada iman yang 'terimpartasikan'; dan ada iman yang 'menurun' dari nenek ke ibu setelah itu kepada Timotius.
- Yang dimaksud dengan 'terimpartasi' adalah menerima melalui penumpangan tangan.
- Dan iman yang 'menurun' bukan selalu karena faktor genetika, melainkan ada sebuah proses pembelajaran, di mana generasi yang sebelumnya memberikan teladan, mendidik dan memberikan pengajaran melalui praktek hidup sehari-hari.
Sekalipun ada sebuah survei menyatakan bahwa jika ayah dan ibu beriman maka keturunannya pasti beriman, namun dalam hidup Timotius kita dapat melihat bahwa sekalipun sang ayah bukanlah orang percaya, namun iman seorang ibu sungguh-sungguh mampu membentuk dan membuat Timotius menjadi orang beriman.
Ini menjadi pesan yang khusus bagi para ibu tunggal yang mendidik anak-anaknya seorang diri.
Mungkin karena:
- Suami sudah meninggal atau berpisah karena Anda memutuskan percaya kepada Yesus,
- Atau pada saat memutuskan untuk bercerai Anda belum menjadi orang percaya.
- Jangan kuatir!
Sebab dengan ketekunan, kegigihan, keteladanan dengan pertolongan Roh Kudus, Ibu-ibu bisa mendidik anak-anak untuk menjadi orang yang beriman.
#2 Timotius menerima warisan iman orang tua rohaninya
Pada umumnya iman terbentuk di dalam rumah atau dari keluarga, sebagaimana tertulis dalam beberapa ayat dalam Alkitab:
- "Apa yang kuperintahkan kepadamu pada hari ini haruslah engkau perhatikan,
- haruslah engkau mengajarkannya berulang-ulang kepada anak-anakmu
- dan membicarakannya apabila engkau duduk di rumahmu,
- apabila engkau sedang dalam perjalanan,
- apabila engkau berbaring dan apabila engkau bangun.
- Haruslah juga engkau mengikatkannya sebagai tanda pada tanganmu
- dan haruslah itu menjadi lambang di dahimu,
- dan haruslah engkau menuliskannya pada tiang pintu rumahmu
- dan pada pintu gerbangmu."
- (Ulangan 6:6-9)
- "Karena ketika aku masih tinggal di rumah ayahku sebagai anak, lemah dan sebagai anak tunggal bagi ibuku, aku diajari ayahku, katanya kepadaku: "Biarlah hatimu memegang perkataanku; berpeganglah pada petunjuk-petunjukku, maka engkau akan hidup."
- (Amsal 4:3-4)
Namun ketika seorang percaya memasuki dunia pelayanan, dia akan bertemu dengan seorang bapak atau ibu rohani yang akan mendidik, mementori serta mewariskan iman melalui keteladanan hidup; baik dalam hidup kesehariannya sebagai seorang pelayan Tuhan, maupun di dalam melayani pekerjaan Tuhan.
Demikian juga dengan Timotius, setelah Timotius disunat (bukan sebagai bagian dari syarat keselamatan, melainkan agar Timotius dapat diterima di kalangan orang Yahudi, mengingat Timotius adalah seorang Yunani), Paulus meminta Timotius untuk menemani dia melanjutkan perjalanan misi yang kedua bersama dengan Silas (Kisah 15:36-41).
Sepanjang perjalanan, Paulus melatih Timotius untuk melakukan pekerjaan pelayanan; sesuai dengan yang sudah dinyatakan kepada Paulus bahwa Timotius akan ditetapkan menjadi seorang pelayan Injil. (1 Timotius 1:18-19; 4:14; 2 Timotius 4:1-6)
Kita melihat kelanjutan perjalanan mereka melewati banyak wilayah di sekitar Laut Mediterania sebagaimana yang tercatat dalam surat-surat Lukas, Paulus, dan Timotius yang dikirimkan kepada orang-orang percaya yang menjadi teman mereka di:
- Atena (Kisah 17:15)
- Korintus (1 Korintus 4:17; 2 Korintus 1:19)
- Filipi (Filipi 1:1; 2:19)
- Kolose (Kolose 1:1)
- Tesalonika (1 Tesalonika 1:1; 3:1-10; 2 Tesalonika 1:1)
- Efesus (1 Timotius 1:1-3),
- dan di tempat-tempat lain.
Kemudian Timotius menurut catatan tradisi ditahbiskan oleh Paulus sebagai pemimpin jemaat di Efesus pada tahun 65. Di sanalah Timotius menerima 2 kali kiriman surat dari Paulus (I dan II Timotius).
Oma Lois, Mama Eunika, dan Bapak Rohani Paulus memberikan kontribusi penting dalam kehidupan iman, kerohanian dan pelayanan Timotius. Mereka adalah pribadi-pribadi yang mewariskan iman kepada generasi penerus. Apa yang mereka lakukan sudah sepatutnya kita teladani, agar kita semua sungguh-sungguh memberikan warisan yang jauh lebih berharga daripada sekedar harta, yakni Iman dan keteladanan dalam mengiring Tuhan Yesus Amin. (AR)
Sumber
- Pdt Ir Audy Rochadi Gunardi (05 Juli 2020). "Renungan Khusus". Warta Jemaat. GBI Jalan Gatot Subroto. Diakses pada 04 November 2020.
"Sebab aku teringat akan imanmu yang tulus ikhlas, yaitu iman yang pertama-tama hidup di dalam nenekmu Lois dan di dalam ibumu Eunike dan yang aku yakin hidup juga di dalam dirimu."