Article: 20110404/DV: Perbedaan antara revisi

Dari GBI Danau Bogor Raya
Lompat ke: navigasi, cari
k (upd unified info)
k (Leo memindahkan halaman Devosi/2011-14 ke Article:20110404/DV)
(Tidak ada perbedaan)

Revisi per 19 Februari 2021 05.55

Beberapa saat lagi kita akan kembali merayakan Paskah. Kali ini kita akan merayakan Paskah di tengah berbagai berita tentang bencana dan krisis yang sedang melanda dunia. Manusia semakin putus asa dan hilang pengharapan karena semua yang sedang terjadi. Tetapi justru itulah makna Paskah. Paskah memberikan pengharapan karena pengharapan manusia saat ini hanya terdapat dalam Yesus. Yesus mati bagi semua manusia supaya manusia dapat diselamatkan dari dosa dan kebinasaan kekal.

Beberapa ribu tahun yang lalu Musa dan lebih dari dua juta orang Israel merayakan Paskah di Mesir, juga di tengah berbagai bencana yang silih berganti menimpa negeri itu. Ternyata dampak Paskah yang mereka alami sungguh luar biasa. Mereka mengalami mujizat di tengah bencana. Sementara semua anak sulung di Mesir binasa, tiada seorangpun orang Israel yang binasa. Tuhan menyuruh Musa dan tua-tua Israel untuk menyembelih anak domba Paskah dan mengoleskan darahnya pada ambang atas dan kedua tiang pintu rumah mereka masing-masing. Ketika mereka taat dan melakukan perintah Tuhan maka Tuhan meluputkan mereka dari bencana maut.

Bahkan Tuhan mengatakan kepada Musa bahwa ia akan memultiplikasi tanda dan mujizat di tengah bencana yang sedang terjadi.

“Tetapi Aku akan mengeraskan hati Firaun, dan Aku akan memperbanyak tanda-tanda dan mujizat-mujizat yang Kubuat di tanah Mesir.” (Keluaran 7:3)

Ketika Tuhan berbicara kepada umat-Nya Ia menyebut sepuluh tulah yang menimpa Mesir sebagai tanda dan mujizat, padahal bagi orang Mesir itu adalah bencana. Bagaimana mungkin kedua pihak mengalami dampak yang berbeda? Pihak Mesir mengalami bencana, sementara Israel mengalami mujizat kelepasan? Jawabannya terdapat dalam kata ‘hati’. Hati berbicara tentang respon kita di tengah suatu situasi. Bagaimanakah respon Musa? Ia taat kepada setiap perintah Tuhan karena Musa memiliki hati yang paling lembut dari semua orang yang hidup di bumi. Sementara Firaun terus mengeraskan hatinya kepada Tuhan dan memberontak. Hati yang taat mengalami mujizat; hati yang memberontak mengalami bencana. Respon kita di tengah goncangan akan menentukan apakah kita mengalami mujizat atau bencana.

Itu sebabnya sebelum Tuhan mengutus Musa ke Mesir untuk melepaskan umat-Nya Ia terlebih dahulu mempersiapkan hati Musa. Selama 40 tahun di padang belantara sementara Musa menggembalakan kambing domba mertuanya, Tuhan memperbesar hati Musa. Mengapa? Karena Tuhan mempunyai rencana yang besar untuk Musa. Untuk tugas yang besar perlu hati yang besar. Tuhan akan memakai Musa untuk melepaskan jutaan orang dari perbudakan.

Hari-hari ini Tuhan juga ingin memakai kita untuk sesuatu yang besar. Melepaskan jutaan orang dari perbudakan dosa, kutuk, penyakit, kemiskinan dan akhirnya kematian. Untuk itu Tuhan sedang memperbesar hati kita.

Ada tiga hal yang akan kita alami ketika hati kita diperbesar oleh Tuhan seperti Musa:

  1. Kita akan mengalami tuaian besar. Jutaan orang akan datang kepada Tuhan dan diselamatkan.
  2. Multiplikasi tanda dan mujizat. Semakin banyak goncangan maka semakin banyak mujizat yang akan terjadi karena Tuhan akan merubah goncangan menjadi mujizat.
  3. Kekayaan bangsa-bangsa akan mengalir ke rumah Tuhan. Tujuannya adalah supaya kita dapat menyelesaikan Amanat Tuhan sebelum Ia datang kembali.

Marilah kita meminta Tuhan untuk terus memperbesar hati kita, memperluas kapasitas kita dan melipatgandakan kasih-Nya dalam hati kita.

Tuhan Yesus memberkati.

Sumber