Faith over fear (Pdt Nathan Subroto, MDiv)

Dari GBI Danau Bogor Raya
Lompat ke: navigasi, cari

Tuhan ingatkan saya untuk menyampaikan pesan ini: faith over fear, iman yang mengalahkan ketakutan. Kenapa pesan ini mesti disampaikan? Karena kita sedang dalam kondisi: living in uncertain times.

Shalom, senang sekali boleh beribadah dan melayani di tempat ini.

Hari ini saya akan menyampaikan sebuah judul: Faith over fear — Iman yang mengalahkan ketakutan. Saya percaya waktu Tuhan memberikan pesan-Nya, itu karena ada yang perlu mendengar pesan ini. Hari-hari ini kita lagi di masa 10 hari doa. Tetapi waktu saya lagi siapkan khotbah, Tuhan ingatkan saya untuk menyampaikan pesan ini: faith over fear, iman yang mengalahkan ketakutan. Kenapa pesan ini mesti disampaikan? Kalimat bawahnya itu saya tulis di situ: living in uncertain times. Karena beberapa kali saya mendengar baik dari teman-teman yang cerita, tetapi juga di berita, bahwa hari-hari ini kita sedang hidup di masa-masa yang penuh dengan ketidakpastian.

Jadi mungkin ada satu atau dua atau lebih yang hari-hari ini sedang mengalami rasa bimbang, rasa takut. Ada ngga yang kira-kira lagi bimbang, lagi takut? Semua pasti pernah bimbang, pernah takut.

Kita lihat dulu kata-kata fear atau takut. Saya cari pengertiannya. Fear atau takut itu secara umum adalah respons emosional alami. Jadi bicara rasa takut, bicara fear, itu sesuatu yang alamiah, bukan sesuatu yang aneh. Bahkan saya mau katakan pada hari ini, rasa takut itu sesuatu yang memang wajar untuk dimiliki oleh manusia. Jadi kalau ada yang merasa takut, merasa bimbang, merasa khawatir, itu sesuatu yang manusiawi.

Orang kalau punya rasa takut, dia akan memiliki rasa persiapan yang lebih baik. Contoh, saya dan teman-teman yang melayani hari ini, waktu kita dikasih kepercayaan untuk melayani hari ini di atas panggung ini, ada rasa takut, ada rasa gentar. Nah karena ada rasa takut, ada rasa gentar, kita jadi mempersiapkan diri sebaik mungkin. Nah saya harap waktu saya ngasih tahu ini, kita jadi nangkap nih, oh iya ya, rasa takut sesuatu yang baik juga.

Anak-anak yang lagi sekolah, lagi kuliah, kalau hari-hari ini lagi musim ujian, biasanya mereka ada rasa takut. Waduh, bisa ngga ya lulus? Ngga ya? Nilainya bagus ngga ya? Ada rasa takut. Nah karena mereka punya rasa takut, mereka jadi belajar sungguh-sungguh supaya apa? Supaya nilainya baik, supaya lulus. Dengan kata lain, rasa takut adalah sesuatu yang baik juga supaya kita sebagai manusia bisa mempersiapkan diri.

Dan ini contohnya bukan cuma buat pelayan Tuhan, bukan cuma buat anak sekolah, tetapi secara umum, kita semua wajar punya rasa takut. Waktu kita takut mengendarai kendaraan — takut ditabrak, takut diserempet, atau sebaliknya takut nabrak, takut apa — kita jadi mengendarai kendaraan dengan hati-hati. Jadi rasa takut, it's fine.

Sikap manusia menghadapi rasa takut

Takut adalah respons emosional alami terhadap ancaman bahaya yang dirasakan baik secara fisik, emosional, spiritual, atau psikologis. Nah, secara umum ada tiga sikap manusia menghadapi rasa takut.

  1. Sikap yang pertama: freeze. Freeze itu kayak batu, freeze — bengong.
  2. Mungkin tantangan yang dihadapi terlalu besar, mungkin tantangan yang dihadapi mengagetkan. Jadi dia freeze. Dia ngga tahu mau ngapain, diam aja. Sebuah contoh: saya pernah diceritain seorang teman lagi jalan-jalan di tempat yang sebetulnya ngga sepi-sepi amat. Tetapi waktu dia lagi jalan santai, tiba-tiba ada tukang todong keluarin pisau. Pisaunya cukup besar. Dia freeze. Kaget. Karena dia freeze, semua yang diminta dia kasih. Tetapi setelah kejadiannya selesai, dia nyesal. Kenapa ya? Kenapa aku ngga lawan, kenapa aku ngga teriak, kenapa aku ngga lari, padahal tempatnya ramai juga. Tetapi karena dia sudah terpaku dengan tantangan, terpaku dengan masalah, dia freeze.

    Nah saya harap di antara kita ngga ada yang kayak begitu.
  3. Sikap manusia yang kedua waktu menghadapi masalah adalah flight atau fly, atau terbang, atau away, atau lari, atau kabur.
  4. Ngga sedikit manusia waktu menghadapi masalah dia lari dari masalah itu. Contohnya kalau tadi saya ambil contoh anak-anak yang kuliah, yang sekolah, karena merasa tantangannya besar, dia bilang, "Ah udahlah, ujiannya besok-besok aja. Aku ngga usah sekolah dulu. Bilang aja sama gurunya sakit perut, bilang aja sama gurunya lagi flu, bilang aja sama gurunya semester ini saya tunda, semester depan."

    Dan itu berlaku bagi semua orang juga. Kadang-kadang waktu menghadapi masalah, tanpa kita sadari maupun kita sengaja, kita mau fly, mau lari dari kenyataan.
  5. Sikap ketiga adalah menghadapi masalah, menghadapi tantangan, atau fight, atau face it, hadapi.
  6. Setiap kali ada masalah, tantangan yang bikin kita takut, setelah kita menghadapinya kita akan naik kelas. Setiap kali ada masalah, ada tantangan yang membuat kita takut — semakin besar rasa takut itu, semakin besar masalahnya, upahnya makin besar, naik kelasnya makin tinggi. Jadi kalau kita takutnya segini, ya naik kelasnya segini. Tetapi kalau ada sesuatu yang besar banget dan kita berhasil menghadapinya, kita akan naik kelas lebih tinggi lagi.

    Sikap yang ketiga adalah sikap yang perlu kita miliki. Kalau ada masalah, ada tantangan, ada sesuatu yang uncertainty, kita harus hadapi. Kenapa? Setelah kita berhasil menghadapinya, kita akan naik kelas.

    Seperti Daud waktu masih muda, sudah ada masalah yang besar. Masalah yang besar itu namanya Goliat. Waktu dia ngantar makanan buat kakak-kakaknya — Daud itu bukan tentara, dia cuman ngantar makanan — tetapi waktu mendengar ada seorang raksasa yang menghina umat Tuhan, sebenarnya Daud bisa aja kan freeze, “Wah gede banget nih orang, gede banget nih musuh.” Bisa aja dia freeze. Atau bisa aja dia flight. Waktu mendengar tantangan itu, dia lari, “Kenapa? Kan bukan urusan aku juga. Yang tentara bukan aku. Aku cuman ngantar makanan.

    Tetapi luar biasanya, Daud mengambil sikap yang ketiga: fight. Dia menghadapi Goliat dan dia kalahkan Goliat. Dan kita tahu ceritanya, waktu Daud mengalahkan Goliat, Tuhan membawa hidupnya makin naik, makin naik, makin naik.

Mau hidupmu makin dibawa atas sama Tuhan? Hadapi setiap masalah.

We are not alone

Ada sebuah berita gembira hari ini. Kita memang harus fight, kita memang harus hadapi setiap masalah. Tetapi berita gembiranya adalah: we are not alone. Kita ngga sendirian. Karena kita menghadapi masalah bersama dengan Tuhan.

Yesaya 41:10,

Janganlah takut sebab Aku menyertai engkau. Janganlah bimbang sebab Aku ini Allahmu. Aku akan meneguhkan, bahkan akan menolong engkau. Aku akan memegang engkau dengan tangan kanan-Ku yang membawa kemenangan.

Tuhan bukan cuma nemenin kita, bukan cuma mendampingi kita, bukan cuma menyertai kita, bukan cuma meneguhkan kita. Tetapi dahsyatnya, Tuhan menjamin kemenangan kita. Kuncinya apa? Kita harus berani fight. Kita harus melangkah maju.

Mungkin kita harus keluar dari zona nyaman yang ngga jelas sama sekali —uncertainty—, ngga jelas, mungkin gelap, ngga tahu apa-apa. Tetapi Tuhan berjanji: "Kamu tidak sendiri. I am with you."

Ada penyertaan, ada pendampingan, ada peneguhan. Dan luar biasanya, ayat ini yang saya suka: ada kemenangan yang Dia jamin. Asal apa? Kita lakukan bagian kita. Kita mau melangkah, masalah demi masalah kita hadapi. Bukannya freezes, bukannya fly. Kita hadapi satu-satu. Kita hadapi, kita hadapi.

Ada sebuah proses yang perlu kita jalani. Nah, waktu kita menjalani proses demi proses itu, lambat tapi pasti, Tuhan akan bawa kita naik, naik, naik, naik, naik terus. Dan waktu kita coba tengok ke belakang: oh iya ya, aku yang sekarang sudah jauh lebih baik daripada aku yang dulu.

Kuncinya apa? Berani melangkah. Yang mau berani melangkah, katakan: yes!

Bagaimana cara hidup dengan iman?

Sekarang pertanyaannya: how to live by faith? Bagaimana hidup dengan iman? Kan faith over fear — iman yang mengalahkan ketakutan, iman yang mengalahkan tantangan, iman yang mengalahkan masalah. Bagaimana mengalahkan semuanya itu? Bagaimana hidup dengan iman?

#1 Melekat

Nomor satu, how to live by faith: Yohanes 15:5. Di sini dikatakan:

Siapa yang tinggal di dalam Aku dan Aku di dalam dia, ia akan berbuah banyak. Sebab di luar Aku kamu tidak dapat berbuat apa-apa.

Remain in God. Jadi pertanyaannya: how to live by faith, bagaimana hidup di dalam iman? Nomor satu: melekat sama Tuhan. Ayatnya jelas: "Di luar Aku kamu tidak dapat berbuat apa-apa." Melekat sama Tuhan! Hari-hari ini kita sedang mempersiapkan diri untuk merayakan, untuk memperingati. Bukan cuma merayakan, bukan cuma memperingati, tapi kita mau mengalami pencurahan Roh Kudus itu.

Kalau kita ngerti sejarahnya, luar biasa. Waktu Tuhan Yesus lahir di bumi, Dia lahir dan pesan malaikat kepada orang-orang di zaman itu adalah: Imanuel, Allah bersama dengan manusia. Pesan Allah bersama dengan manusia aja itu sudah mind-blowing. Kenapa? Karena hanya agama Kristen yang memberikan pesan itu — Allah bersama manusia.

Kalau kita tarik mundur proses penciptaan, Allah yang besar, Allah yang dahsyat, Allah yang maha besar, maha dahsyat, menciptakan langit, bumi, dan isinya — wah dahsyat banget ya. Allah yang maha besar, maha dahsyat menciptakan langit, bumi, dan isinya. Itu pesan Perjanjian Lama. Beberapa agama yang lain juga percaya akan hal itu.

Tetapi memasuki Perjanjian Baru, hanya agama Kristen yang berani mengklaim Allah bersama dengan manusia. Bersama dengan manusia. Jadi Allah yang besar, yang dahsyat, yang agung itu mau bersama dengan manusia. Ngga jauh dari manusia. Tetapi memasuki Pentakosta, pencurahan Roh Kudus, bukan lagi God with us, tetapi arti Pentakosta adalah God within us. Allah yang besar, yang dahsyat, yang agung tadi, bukan cuma bersama manusia, tetapi di dalam manusia.

Jadi yang di dalam kita itu adalah Yang menciptakan langit, bumi, dan segala isinya loh. Kalau kita memahami rahasia ini aja, kita akan bangga jadi orang Kristen. Karena apa? Ngga ada agama lain yang mengajarkan God within us — di dalam kita.

Lalu, gimana caranya live by faith? Melekat sama Tuhan! Izinkan Tuhan masuk dalam hidup kita dan pastikan kita selalu melekat sama Tuhan. Terus pertanyaannya: melekat sama Tuhan gimana caranya sih? Baca firman setiap hari. Punya waktu-waktu khusus berdoa. Kita mesti berkomunikasi dengan Tuhan.

Kalau kita mau dianggap melekat dengan seseorang, kalau saya mau dianggap melekat sama seseorang, ya kita harus punya komunikasi yang baik. Sama, kalau kita mau dianggap melekat sama Tuhan, ya kita harus punya komunikasi yang baik sama Tuhan setiap hari. Bukan cuma di gereja, tapi dalam kehidupan sehari-hari. Ngga cuma secara ritual, ngga cuma secara seremonial, tapi dari hari ke hari.

Tuhan kita adalah Tuhan yang suka diajak ngobrol, suka diajak komunikasi. Sambil nyetir, kita nyapa Tuhan, ngajak ngobrol Tuhan. Sambil masak, apapun, sambil ngapain, kita ngomong: terima kasih Tuhan buat hari ini. Terima kasih Tuhan buat kesehatan. Terima kasih Tuhan. Wah, terjadi komunikasi yang baik.

#2 Memperkatakan Firman

Nomor dua, how to live by faith. Nomor dua: Roma 10:17, Iman timbul dari pendengaran dan pendengaran oleh firman Kristus.

Hearing the word of God dan perkatakan iman. Kuping kita ini mesti dengerin firman supaya imannya jadi kuat. Sudah ditulis nih: iman timbul dari pendengaran. Makanya waktu kita rajin baca firman, puji Tuhan, itu baik! Tapi kita juga mesti rajin memperkatakan Firman!

Dunia ini jago banget bikin kita khawatir. Dunia ini jago banget bikin kita takut. Kalau Bapak/Ibu/Saudara pengin tahu salah satu contohnya, kalau ada pengeluaran uang, ada tagihan itu ngga tahu kenapa bisa beruntun. Jadi tagihan pertama nanti diikutin belakang-belakangnya: entah nanti mobil rusak — eh ada lagi yang lain-lain di belakangnya.

Nah kalau fokus kita kepada pengeluaran, fokus kita kepada tagihan, fokus kita kepada masalah, iman kita ngga bisa tumbuh. Tapi gimana caranya supaya iman kita tumbuh? Perkatakan Firman!

Allahku mencukupkan segala kebutuhanmu menurut kekayaan dan kemuliaan Kristus.

Jadi kalau ada tagihan, ada pengeluaran — bukan fokus dengan tagihannya, bukan fokus dengan pengeluarannya. Memang harus dibayar ya, jangan ngga dibayar. Tetapi perkatakan firman: Allahku akan mencukupkan segala kebutuhanku.

Terus kalau ada masalah besar, doanya harus diganti. Jangan, "Tuhan, Tuhan, tolong, masalahku besar banget." Jangan begitu. Tapi katakan kepada masalah, katakan kepada diri sendiri, "Hai masalah, aku punya Tuhan yang besar."

Kita harus dengar firman. Firman itu harus diperkatakan supaya apa? Iman kita kuat, iman kita tumbuh. Semua orang punya masalah. Jadi anak Tuhan, jadi orang Kristen, bahkan jadi hamba Tuhan sekalipun tidak kebal masalah. Ada masalah. Jadi jangan pernah berpikir kalau sudah melayani Tuhan pasti tidak punya masalah — siapa bilang?

Tetapi yang membuat kita berbeda dengan orang lain adalah kita punya cara menghadapi masalah. Kita punya Tuhan yang menjamin pengharapan kita. Salah satu caranya: perkatakan firman.

#3 Mengucap syukur

Berikutnya, bagaimana caranya supaya kita live by faith? Kita harus punya kebiasaan untuk mengucap syukur. Orang kalau suka mengucap syukur, orang-orang itu adalah orang-orang yang fokus kepada berkat, bukan fokus kepada masalah. Kalau kita fokus kepada masalah, kita lupa bahwa selama ini kita adalah orang-orang yang diberkati Tuhan.

Tapi buat yang lagi menghadapi masalah nih hari-hari ini, kalau kita ingat-ingat, setiap kita sebetulnya diberkati Tuhan berlimpah-limpah loh. Cuman kita saking fokusnya sama masalah, jadi lupa mengucap syukur. Makanya, bagaimana live by faith? Kita mau mengembangkan kebiasaan mengucap syukur.

Waktu Tuhan Yesus berhadapan dengan ribuan orang yang lapar — ada dua kali. Sekalinya 5.000 laki-laki aja, belum termasuk perempuan dan anak-anak. Sekali lagi 4.000 laki-laki saja, belum termasuk perempuan dan anak-anak. Jadi ribuan orang. Dua kali Tuhan Yesus menghadapi keadaan yang mirip. Ada ribuan orang yang lapar, yang perlu dikasih makan. Ada kebutuhan yang besar.

Tetapi dahsyatnya, waktu ada kebutuhan yang besar, Tuhan Yesus tidak fokus dengan kebutuhan. Apa yang Tuhan ajarkan? Tuhan berkata kepada murid-murid-Nya, "Apa yang ada padamu?" Dengan kata lain, fokuslah dengan apa yang ada, bukan apa yang tidak ada atau belum ada.

Seringkali kita kepikiran: waduh, aku belum punya ini, aku belum punya ini, aku ngga bisa ini, aku ngga bisa ini. Tetapi hari ini Tuhan ingatkan: fokuslah dengan apa yang ada. Fokuslah dengan apa yang Tuhan sudah lakukan. Fokuslah dengan apa yang Tuhan sudah berikan.

Tuhan Yesus ngomong kepada murid-murid-Nya, "Apa yang ada?" "Lima roti dan dua ekor ikan." Oke, bawa sini. Dan ini dahsyat. Waktu Tuhan Yesus menerima lima roti dan dua ekor ikan, sebelum Dia memberikan kepada orang-orang yang lapar itu, Tuhan Yesus mengangkat tangan. Doanya ngga panjang lebar, ngga doa macam-macam. Apa yang Tuhan Yesus lakukan? Mengangkat tangan dan mengucap syukur. Dan setelah mengucap syukur, Tuhan Yesus bagi-bagi roti itu, ngga habis-habis. Ribuan orang makan, sisa 12 bakul. Itu definisi hidup berlimpah-limpah-limpah-limpah. Dimulai dari apa? Mengucap syukur.

Ada kuasa dalam mengucap syukur! Bahkan Filipi 4:6 mengatakan, Jangan kamu khawatir, nyatakan segala permohonanmu, nyatakan segala keinginanmu dalam doa dan ucapan syukur.

Jadi, how to live by faith? Kebiasaan mengucap syukur.

#4 Memiliki komunitas

Yang berikutnya, how to live by faith? Kita harus dikelilingi oleh orang-orang yang bisa membangun iman kita. Pastikan kita ada dalam circle yang menguatkan iman kita. Surround yourself with faith builders.

Kalau kita berteman, bersahabat, berkomunitas dengan orang-orang yang loser, orang-orang kalah, kita akan ditarik turun jadi orang kalah. Kalau kita bergaul dengan orang-orang yang suka mengeluh, tanpa kita sadari, kita akan jadi suka mengeluh. Tetapi Firman Tuhan mengingatkan kepada kita, kita mau dikelilingi oleh orang-orang yang bisa membangun iman kita, supaya iman kita bertumbuh.

Lompatan iman

Kalau tadi kita belajar faith over fear, living in the uncertain times, Firman Tuhan hari ini ditutup dengan lompatan iman — the leap of faith. Lompatan iman. Bukan cuma naik dengan landai, tapi lompat.

Kita buka Matius 14:22-33. Waktu saya nangkap esensi dari cerita ini, terus terang saya gemeteran. Waduh, Tuhan maunya gitu ya? Gemeteran saya. Ceritanya begini. Murid-murid Tuhan Yesus lagi naik kapal. Kapalnya kecil, kapal kayu. Bukan kapal pesiar, bukan cruise, bukan. Cuma kapal kayu yang kecil. Dan waktu mereka lagi naik kapal kayu yang kecil itu, di tengah-tengah Danau Galilea, mereka diterpa badai. Alkitab menulis: angin sakal — angin yang berasal dari depan. Jadi mereka harus berjuang untuk mendayung kapal itu. Anginnya kencang, ombaknya besar.

Nah, saya mau mengajak Bapak Ibu Saudara berimajinasi. Lagi ada di atas kapal kayu yang kecil seperti itu, bayangkan kita yang di atas kapal kayu yang kecil. Anginnya kencang, ombaknya besar. Goyang-goyang, goyang-goyang. Alkitab menulis: terombang-ambing. Orang kalau hidup dalam ketidakpastian, terombang-ambing kan hidupnya. Keuangan tidak pasti, ekonomi tidak pasti, pekerjaan tidak pasti, hubungan tidak pasti. Itu ngga enak. Terombang-ambing. Terombang-ambing itu ngga enak. Uncertainty itu tidak enak. Terombang-ambing.

Manusia adalah makhluk darat. Kenapa dikatakan makhluk darat? Karena manusia diciptakan, didesain untuk hidup di atas solid ground. Ngga kayak burung yang terbang-terbang, ngga kayak ikan yang berenang-berenang di air. Tetapi manusia harus memiliki pijakan kaki yang solid.

Itu yang dialami oleh murid-murid. Mereka terombang-ambing. Mereka terombang-ambing. Mungkin sebagian dari kita hari-hari ini sedang terombang-ambing. Kerjaan ngga jelas, penghasilan ngga jelas, mungkin hubungannya ngga jelas. Terombang-ambing. Sama dengan murid-murid waktu itu. Mereka berseru kepada Tuhan. Bayangan kita, kalau lagi terombang-ambing, berseru kepada Tuhan, bayangan kita Tuhan akan tenangkan semuanya, bikin semuanya jadi smooth, bikin semuanya jadi aman, bikin semuanya jadi damai. Betul ya? Bayangan kita gitu ya? Harapan kita begitu.

Tapi cerita ini —yang tadi saya bilang bikin saya bergetar— waktu mereka berseru kepada Tuhan, Tuhan hadir. Tapi Tuhan tidak hadir di atas perahu. Tuhan hadir di mana? Tuhan hadir berjalan di atas air. Dan yang lebih mengerikan —saya pakai kata-kata mengerikan— waktu Tuhan menampakkan diri berjalan di atas air, Tuhan Yesus panggil salah satu murid-Nya yang namanya Simon Petrus, "Sini kamu, sini kamu."

Waktu saya membaca ini, saya ngeri loh. Kita yang mungkin lagi terombang-ambing. Terombang-ambing ini ngga enak kan? Terombang-ambing. Uncertainty, tidak ada kepastian. Kita berdoa, "Tuhan, tolong. Tuhan, tolong berikan kepastian dalam hidupku." Terus jawaban Tuhan bukan kasih kepastian, malah jawaban Tuhan manggil kita. Manggil apa? Terjun keluar dari kapal. Tuhan ajak kita jalan di atas air.

Jadi saya kasih judul gini: dari yang uncertainty —dari yang tidak pasti— menuju kemustahilan. Kan jalan di atas air ngga mungkin, mustahil. Yang kita tadinya minta hidup aman-aman aja, yang pasti-pasti aja, malah diminta sama Tuhan, ditantang Tuhan: ayo sini, jalan di atas air.

Beberapa orang berkata ceritanya tidak happy ending karena Simon Petrus masuk air. Kenapa? Karena Simon Petrus tidak percaya. Tetapi saya mau melihat cerita ini happy ending. Kenapa? Karena Simon Petrus berani melangkahkan kaki keluar. Keluar dari zona nyaman. Dia berani mentaati panggilan Tuhan. Walaupun uncertainty, dipanggil ke impossibility, dia berani keluar. Dia menginjakkan kaki di atas air. Satu langkah, dua langkah, tiga langkah. Walaupun akhirnya waktu dia bimbang, dia takut, dia tenggelam. Tetapi happy ending.

Kalau kita mentaati panggilan Tuhan, walaupun rasanya impossible, rasanya tidak mungkin, rasanya mustahil, Tuhan yang akan angkat kita kembali. Jadi Bapak Ibu Saudara, kalau hari-hari ini sedang menghadapi uncertainty dalam hidup Bapak Ibu Saudara, terus Bapak Ibu Saudara berseru, "Tuhan, tolong. Tuhan, tolong." Eh, Tuhan seakan-akan bukannya memberi kedamaian, seakan-akan bukannya memberi kepastian, tapi malah nantangin sesuatu yang lebih besar: ayo sini, lakukan yang mustahil bersama dengan Aku.

Waktu kita berani melangkahkan kaki, ada penyertaan Tuhan, ada pertolongan Tuhan, ada mukjizat yang lebih besar!

Amin!

Nyanyi:

Aku punya Tuhan yang besar,
yang telah berjanji dan sanggup menggenapi
Imanku bersepakat percaya kuasa-Nya
Kuterima sekarang kemenangan dari-Mu

Video