Rahasia ucapan syukur Nabi Yeremia (Pdt Boy Arifin Djambek)

Dari GBI Danau Bogor Raya
Lompat ke: navigasi, cari

Tak berkesudahan kasih setia Tuhan, dan tak habis-habisnya rahmat-Nya selalu baru setiap pagi, besar kesetiaan-Mu!

Shalom, semua merasakan hadirat Tuhan indah melawat kita pagi ini? Haleluya!

Kita boleh melakukan Mazmur 100 yang menjadi tema kita dalam beberapa minggu ini, Enter His Gates with Thanksgiving, kita masuk gerbang-Nya dengan nyanyian syukur, beribadah dengan sukacita bersorak-sorak buat Tuhan Allah. Kita ada yang jauh dari Sukabumi, ada yang dari Jonggol, ada dari berbagai tempat di Rayon 7 Bogor ini, dan pagi ini kita sama-sama boleh beribadah dengan sukacita kepada Tuhan.

Nah, dalam Mazmur itu di ayat yang terakhirnya ada dikasih alasan: Sebab Tuhan itu baik kasih setianya untuk selama-lamanya dan kesetiaannya tetap turun temurun.

Firman Tuhan katakan, mengucap syukurlah dalam segala hal, dalam segala situasi kondisi.

Nah pagi ini saya mau ajak kita sama-sama lihat dari seorang yang namanya Yeremia. Keadaan seperti apa yang dia alami. Kita sering menyanyikan lagu dari ayat yang ditulis oleh Yeremia, dari Ratapan 3:23,

Tak berkesudahan kasih setia Tuhan, dan tak habis-habisnya rahmat-Nya selalu baru setiap pagi, besar kesetiaan-Mu!

Saya ingin mengajak Bapak/Ibu untuk melihat, dalam kondisi seperti apa sih yang sedang dialami oleh seorang Yeremia, ketika dia menulis ayat ini. Ratapan pasal ini berada di tengah-tengah pasal 1 hingga 5.

Secara cepat, kita baca cuplikan dari pasal pertama hingga kelima.

Ratapan 1:5,

Lawan-lawan menguasainya, seteru-seterunya berbahagia. Sungguh, TUHAN membuatnya merana, karena banyak pelanggarannya; kanak-kanaknya berjalan di depan lawan sebagai tawanan.

Ratapan 1:20c,

di luar keturunanku dibinasakan oleh pedang, di dalam rumah oleh penyakit sampar.

Ratapan 2:5, 21,

Tuhan menjadi seperti seorang seteru; Ia menghancurkan Israel, meremukkan segala purinya, mempuingkan benteng-bentengnya, memperbanyak susah dan kesah pada puteri Yehuda.
Terbaring di debu jalan pemuda dan orang tua; dara-daraku dan teruna-terunaku gugur oleh pedang; Engkau membunuh mereka tatkala Engkau murka, tanpa belas kasihan Engkau menyembelih mereka!

Ratapan 3:15-17,

Ia mengenyangkan aku dengan kepahitan, memberi aku minum ipuh.
Ia meremukkan gigi-gigiku dengan memberi aku makan kerikil; Ia menekan aku ke dalam debu.
Engkau menceraikan nyawaku dari kesejahteraan, aku lupa akan kebahagiaan.
Saya percaya belum ada di antara kita yang hadir pagi ini pun yang lupa akan kebahagiaan. Saudara, Yeremia itu sampai lupa apa sih itu yang namanya bahagia!

Lanjut, pada Ratapan 4:9-10,

Lebih bahagia mereka yang gugur karena pedang dari pada mereka yang tewas karena lapar, yang merana dan mati sebab tak ada hasil ladang.
Dengan tangan sendiri wanita yang lemah lembut memasak kanak-kanak ereka, untuk makanan mereka tatkala runtuh puteri bangsaku.
Kasih karunia Tuhan dalam sepanjang hidup kita belum pernah kita lihat ada ibu-ibu masak bayinya untuk dimakan saudara ya. Tapi Yeremia menyaksikan pada waktu itu!

Lalu kemudian pada Ratapan 5:11-13,

Mereka memperkosa wanita-wanita di Sion dan gadis-gadis di kota-kota Yehuda. Pemimpin-pemimpin digantung oleh tangan mereka, para tua-tua tidak dihormati. Pemuda-pemuda harus memikul batu kilangan, anak-anak terjatuh karena beratnya pikulan kayu.

Bapak Ibu, bisa bayangkan, dari pasal pertama sampai kelima, Yeremia menggambarkan betapa kehancuran Yerusalem, dan dia ada di tengah-tengah situ. Tapi yang luar biasa, di tengah situasi kondisi yang paling terpuruk, paling hancur itu, Yeremia tetap berkata, tak berkesudahan kasih setia Tuhan, tak habis-habisnya rahmat-Nya, selalu baru setiap pagi, besar kesetiaan-Mu. Sangat bertolak belakang! Biasanya kita menyanyikan lagu ini ketika kita dalam kondisi yang baik-baik saja. Tapi dalam kondisi yang ekstrim, dalam kondisi yang amat sangat tidak baik, Yeremia tetap bisa berkata bahwa tak berkesudahan kasih setia Tuhan!

Apa sih rahasianya sehingga Yeremia tetap bisa bersyukur? Sema mau tetap bisa bersyukur apapun kondisinya? Amin!

#1 Fokus pada Tuhan

Kehidupan Yeremia itu fokus pada Tuhan.

Yeremia lahir sekitar tahun 645 SM. Pada usia 18 tahun dia dipanggil untuk melayani oleh Tuhan. Karena itu, anak-anak muda kita disebut sebagai generasi Yeremia, karena sejak belasan tahun Yeremia sudah dipanggil oleh Tuhan. Yeremia ini melayani 40 tahun di Yehuda sampai pembuangan ke Babel tahun 586 SM. Lalu dibawa ke Mesir dan meninggal kurang lebih pada usia 65 atau 75 tahun. Dari kehidupan Yeremia, kita bisa lihat bahwa dia itu adalah nabi yang ditolak. Tentu kalau dia diterima, dan pesan-pesannya diterima, tentu Israel bertobat. Tapi Yeremia menyaksikan sampai kehancuran total kerajaan Yehuda yang dia layani selama 40 tahun.

Yeremia bahkan dianiaya, dipukul, kemudian dipasung –ngga tanggung-tanggung di atas Rumah Tuhan–. Lalu dia juga di vonis hukuman mati, tulisannya dalam gulungan kitabnya dibakar satu persatu oleh Raja Yoyakin yang tidak percaya. Lalu kemudian dia dimasukkan ke sumur lumpur.

Dia dituduh pembohong. Itulah yang Yeremia alami sepanjang pelayanannya dan di akhir

pelayanan 40 tahun buat kerajaan Yehuda, yang dia saksikan adalah kehancuran Yerusalem. Dalam kesemuanya itu, Yeremia tetap bisa berkata, tak berkesudahan kasih setia Tuhan, tak habis-habisnya rahmat Tuhan. Karena apa? Karena Yeremia belajar hari lepas hari, saat ke saat tetap fokus sama Tuhan. Siapa yang mau tetap fokus sama Tuhan di akhir tahun 2023 masuk tahun 2024? Amin!

Inilah yang menjadi dasar Yeremia bisa fokus pada Tuhan:

tetapi siapa yang mau bermegah, baiklah bermegah karena yang berikut: bahwa ia memahami dan mengenal Aku, bahwa Akulah TUHAN yang menunjukkan kasih setia, keadilan dan kebenaran di bumi; sungguh, semuanya itu Kusukai, demikianlah firman TUHAN.” (Yeremia 9:24)

Pengenalan akan Tuhan, fokus akan Tuhan, harus lebih daripada situasi kondisi kita.

#2 Tidak pernah mempersalahkan Tuhan

Kenapa Yeremia itu bisa tetap mengucapkan tak berkesudahan kasih setia Tuhan, tak habis-habisnya rahmat Tuhan, selalu baru setiap paginya?

Saudara, Yeremia tidak pernah mempersalahkan Tuhan dengan situasi kondisi yang dia hadapi. Ratapan 1:18 adalah pengakuan dari seorang Yeremia,

Tuhanlah yang benar, karena aku telah memberontak terhadap firman-Nya; dengarlah hai segala bangsa, dan lihatlah kesedihanku; dara-daraku dan teruna-terunaku pergi sebagai tawanan.

Dalam kondisi yang terpuruk sekalipun, dihancurkan dan ditawan ke negeri Babel, Yeremia tidak pernah mempersalahkan Tuhan. Yeremia sadar kalau terjadi sesuatu yang tidak baik nomor satu koreksi diri. Kalau kita belajar dari sejarahnya orang Israel baik kerajaan atas Israel maupun bawah Yehuda, paling gampang ingat buah tomat. Tobat-kumat! Tapi sayang Israel lebih banyak kumatnya daripada tobatnya.

Waktu mereka ‘kumat’ biasanya Tuhan kasih itu 4P:

  • Perut mulai terganggu
  • Kumat lagi ngga tobat-tobat, Tuhan mulai kasih P kedua, Penyakit Sampar
  • Ngga tobat juga, dikasih yang lebih keras lagi, namanya Pedang Musuh. Musuh mulai bisa mengalahkan Israel
  • Ngga tobat juga, dikasih yang paling dahsyat, Penawanan. Itulah yang terjadi baik kerajaan utara sana Israel dibuang ke Asyur, kemudian Yehuda juga ikut dibuang ke Babel.

Nah Saudara, jadi bukannya Tuhan itu kejam ya, membuang, mengizinkan sakit-penyakit, kelaparan, penderitaan, tapi karena pemberontakan umat-Nya. Yeremia sadar, Yeremia tidak pernah mempersalahkan Tuhan, karena fokusnya pada Tuhan.

#3 Berdoa sampai pemulihan terjadi

Kenapa Yeremia tetap bisa mengatakan Tak berkesudahan kasih setia TUHAN, tak habis-habisnya rahmat-Nya, selalu baru tiap pagi; besar kesetiaan-Mu?

Ratapan 3:49-50,

Air mataku terus-menerus bercucuran, dengan tak henti-hentinya, sampai TUHAN memandang dari atas dan melihat dari sorga.

Yeremia ini terkenal sebagai nabi yang menangis, nabi yang meratap. Dari pasal pertama sampai kelima, kitab Ratapan itu adalah satu kitab doa ratapan Yeremia sambil dia fokus kepada Tuhan sambil menyaksikan keadaan yang ada. Dan dia tidak berhenti berdoa kepada Tuhan sampai di pasalnya yang terakhir, pasal yang kelima ditutup dengan satu doa yang diberi judul LAI, “Doa untuk Pemulihan”,

Bawalah kami kembali kepada-Mu, ya TUHAN, maka kami akan kembali, baharuilah hari-hari kami seperti dahulu kala!
Atau, apa Engkau sudah membuang kami sama sekali? Sangat murkakah Engkau terhadap kami?
(Ratapan 5:21-22)

Yeremia enggak tanggung-tanggung waktu doa, dia minta pemulihan seperti masa-masa lampau ketika kejayaan Israel. Jadi, bagaimana pun kondisi kita, jangan pernah berhenti berdoa agar Tuhan memulihkan keadaan kita.

Di akhir ayatnya dikatakan begini,

Atau, apa Engkau sudah membuang kami sama sekali? Sangat murkakah Engkau terhadap kami?

Kenapa ditanyakan ini? Karena Yeremia meninggal sebelum kerajaan Yehuda dipulihkan. Tapi kita tidak perlu bertanya lagi, karena ayat yang terakhir:

Sebab beginilah firman TUHAN: Apabila telah genap tujuh puluh tahun bagi Babel, barulah Aku memperhatikan kamu. Aku akan menepati janji-Ku itu kepadamu dengan mengembalikan kamu ke tempat ini.
Sebab Aku ini mengetahui rancangan-rancangan apa yang ada pada-Ku mengenai kamu, demikianlah firman TUHAN, yaitu rancangan damai sejahtera dan bukan rancangan kecelakaan, untuk memberikan kepadamu hari depan yang penuh harapan.
(Yeremia 29:10-11)

Setelah masa penghukuman 70 tahun menjadi tawanan di Babel, dalam satu hari seperti membalikkan telapak tangan, Tuhan bangkitkan Koresy, Raja Persia, mengalahkan Babel. Dan di tahun pemerintahan yang pertama, seperti dalam kitab Esra, Koresy minta perintahkan orang Israel kembali ke tanah perjanjian bangun rumah Tuhan, dikasih perbekalan yang banyak.

Kita tahu, kalau Tuhan menghukum itu karena dosa. Tapi kalau kita bertobat, Tuhan itu suka memulihkan keadaan kita. Jangan pernah berhenti buat doa pemulihan, baik kita pribadi, rumah tangga, maupun juga bangsa kita! Amin!

Tuhan Yesus memberkati.

Video