Tetap bahagia di tengah pencobaan
![]() ![]() | |
Inspirational | |
Tanggal | 19 Desember 2024 |
Oleh | Yustinus Suhartanto |
Baca juga | |
| |
|
Kebahagiaan sejati tidak bergantung pada keadaan, tetapi pada sikap hati yang percaya kepada Tuhan. Pencobaan, masalah, dan badai kehidupan adalah sekolah rohani yang Tuhan izinkan agar kita bertumbuh dan naik kelas. Tetap bersyukur, tetap memuji Tuhan, dan anggaplah segala ujian sebagai peluang pertumbuhan, bukan kehancuran.
Ini adalah sesuatu yang kelihatannya kontradiktif. Bagaimana mungkin kita bisa tetap bahagia di tengah pencobaan dan tantangan? Inilah yang membedakan kita dengan orang yang belum mengenal Tuhan. Ketika mereka menghadapi pencobaan, mereka cenderung mengeluh, menyalahkan orang lain, menyalahkan pasangan, anak, bahkan tetangga. Tapi dalam Tuhan Yesus, kita tetap bisa bahagia.
- Saudara-saudaraku, anggaplah sebagai suatu kebahagiaan apabila kamu jatuh ke dalam berbagai-bagai pencobaan, sebab kamu tahu, bahwa ujian terhadap imanmu menghasilkan ketekunan.
Firman Tuhan jelas: anggap pencobaan sebagai kebahagiaan.
Pencobaan memang tidak enak. Tidak ada orang yang senang mengalaminya. Bahkan tanpa kita minta, pencobaan bisa datang sendiri—baik dari luar, maupun dari dalam rumah. Konflik suami-istri pun bisa menjadi pencobaan.
Banyak orang kalah dalam perang pikiran. Saat menghadapi konflik, sering kali kita mengambil sikap emosional dan berkata-kata sembarangan, yang akhirnya memperburuk keadaan. Cara memenangkan peperangan pikiran adalah dengan diam, duduk tenang, bukan jadi pengacara pakai ayat ini dan itu. Tunggu tenang dulu, baru bawa ke hadapan Tuhan. Jangan lapor ke tetangga, tapi lapor kepada Tuhan.
Ketika masalah datang terus-menerus, itu berarti kita belum lulus ujian sebelumnya. Kalau hari ini ada masalah, lalu kita bertobat, nangis, minta ampun, tapi besok masih ulangi kesalahan yang sama—artinya kita belum lulus. Tuhan ingin kita menyelesaikan soal yang sama sampai kita benar-benar mengerti dan mampu mengatasinya.
Setiap pencobaan, badai, dan kesulitan adalah sekolah dan guru rohani. Kita belajar dari pengalaman hidup, baik yang menyenangkan maupun yang menyakitkan. Tuhan tidak memberikan pendidikan hanya lewat teori, tapi lewat pengalaman yang membentuk. Maka kita bisa menjadi guru yang bukan hanya tahu, tapi juga pernah melakukan.
Contohnya sederhana: Bangun kesiangan, kopi tumpah, belok salah, lalu konflik berlanjut seharian. Masalah kecil kalau tidak diselesaikan bisa menumpuk, dan akhirnya meledak saat ada pemicu kecil. Maka penting bagi kita untuk tidak menyimpan hal-hal kecil, tapi belajar menyelesaikannya dengan kasih dan pengertian.
Ketakutan, kecemasan, kehilangan orang terkasih—semua itu adalah bagian dari sekolah kehidupan. Tapi percayalah: Jika Tuhan mengizinkan itu terjadi, artinya kita sedang naik kelas. Mau tahu apakah kita sudah naik kelas? Kalau bisa bersyukur di tengah badai, itu sudah level “atas." Tapi kalau salah ngomong sedikit saja sudah marah-marah, berarti masih TK—belum lulus.
Firman Tuhan berkata: anggaplah suatu kebahagiaan. Kalau hidup tidak sesuai harapan, tetaplah memuji Tuhan. Kalau sakit, tetaplah bersyukur karena masih diberi kesempatan hidup. Masih bisa hirup oksigen gratis adalah alasan untuk tetap bersyukur.
Tuhan selalu menepati janji-Nya
Keadaan mungkin tidak baik, tapi Tuhan selalu baik. Walaupun kita tidak suka keadaan yang kita alami, tetaplah memuji Tuhan.
Tuhan tidak pernah berubah. Allah yang kita sembah adalah Allah yang samadulu, sekarang, dan sampai selamanya. Dia menyertai kita dalam segala musim kehidupan. Intimidasi mungkin datang dari mana-mana, tapi jangan salah sangka: Tuhan tidak sedang menghukum kita. Dia sedang membentuk kita.
Don't worry, be happy. Tetap semangat. Hadapi ujian dengan sukacita. Karena kalau tidak ada ujian, tidak ada kenaikan kelas. Kalau tidak ada tantangan, tidak ada berkat. Tuhan ingin kita lulus ujianagar kita bisa bersaksi, dan menjadi berkat bagi banyak orang
Tuhan Yesus memberkati.