Allah menjadikannya untuk kebaikan
Devosi | |
---|---|
Tanggal | 13 Maret 2023 |
Penulis | (MG) |
Artikel devosi lainnya | |
| |
|
Memang kamu telah mereka-rekakan yang jahat terhadap aku, tetapi Allah telah mereka-rekakannya untuk kebaikan, dengan maksud melakukan seperti yang terjadi sekarang ini, yakni memelihara hidup suatu bangsa yang besar.
Allah adalah Pribadi yang sanggup mengubahkan dan membalikkan hal buruk yang menimpa hidup kita dijadikan kebaikan.
Apa yang direka jahat oleh si jahat melalui peristiwa buruk, dibalikkan Tuhan menjadi kebaikan. Tuhan merekayasa ulang menjadi sarana menyatakan kebaikan-Nya bagi kita.
Melalu pernyataan seorang Yusuf dalam Kejadian 50:20 ini kita dapat berpegang kepada Tuhan dalam melewati kesusahan dan penderitaan dengan penuh pengharapan, bahwa kebaikan Allah akan dinyatakan di depan kita. Kita mengenal Allah seperti Yusuf mengenalNya.
Melihat perjalanan hidup seorang Yusuf adalah luar biasa. Seorang yang harus melewati pergumulan dan penderitaan berat menjadi korban dari iri hati dan dengki abang-abangnya sendiri. Di usia masih belasan tahun harus terbuang jadi budak di negeri asing orang kafir pemuja dewa, dijual oleh abang-abangnya sendiri. Bukan karena kejahatan atau kenakalan, melainkan justru karena Yusuf menerima mimpi dari Tuhan akan masa depannya.
Yusuf tentunya bisa melihat dirinya sebagai korban, lalu menjadi pahit dan dendam terhadap kejahatan abangnya ini. Yusuf melewati masa sukarnya dengan menjaga hati yang bersih dan penuh kerelaan mengampuni.
Kenyataannya ketika Tuhan sudah mengangkatnya jadi penguasa nomor dua (seorang raja muda) di Mesir di bawah Firaun, abang-abangnya datang untuk mencari makan di tengah kelaparan melanda dunia, Yusuf bukan hanya memberikan apa yang dibutuhkan, gandum untuk makan, bahkan memberikan kelimpahan. Yusuf memindahkan seluruh keluarga keturunan Yakub dari Kanaan ke Tanah Gosyen. Gosyen adalah tempat terbaik yang subur dan berkelimpahan di Mesir.
Yusuf menerjemahkan penderitaan dalam perjalanan hidupnya dengan melihat Allah yang merekayasa keadaan yang dialaminya itu sebagai kebaikan. Sehingga perbuatan jahat abang-abangnya itupun diterjemahkannya sebagai sarana kebaikan yang Allah daya gunakan.
Pelajaran apa yang kita bisa petik dari seorang Yusuf? Yang membuatnya diangkat naik oleh Tuhan dari pergumulan penderitaan, meraih kebaikan-Nya:
- Yusuf setia dengan apa yang telah Tuhan taruhkan di hatinya sejak menerima mimpi. Di Mesir sebagai budak selalu melakukan dengan setia seluruh kewajibannya.
- Hati yang tuntas mengampuni, tidak menyisakan catatan buruk atas kesalahan/kejahatan orang lain.
- Mempraktekkan belas kasihan dan murah hati.
- Melihat kepada Tuhan dan campur tanganNya saat melewati kesukaranNya.
- Mengerti panggilan hidupnya untuk apa.
Melewati masa sukar di waktu lalu, bisa saja ada hal yang "buruk/jahat" menimpa kita dan itu membuat hidup serasa gelap dan terpuruk.
Mari ikuti teladan Yusuf, melihat tangan Tuhan yang merekayasa ulang. Hadapi semua itu dengan kesadaran bahwa Allah turut bekerja dalam keadaan sukar dan buruk, Dia merekakan ulang keadaan buruk untuk menjadi kebaikan (Roma 8:28).
Saat kenyataannya belum berubah, kita mensyukuri Tuhan atas hikmat, kekuatan dan kesempurnaan rencana-Nya atas hidup kita dan panggilan-Nya. Tetap percaya, bahwa apa yang direkakan kejahatan oleh si musuh, Tuhan rekakan balik menjadi kebaikan bagi kita.
Karena itu teruslah memandang kepada Tuhan (Ibrani 12:2) dan berharap akan kebaikan-Nya dinyatakan melalui semua yang kita alami. Kita menjaga hati yang bersih dan murni, tidak menyimpan hal buruk, melainkan mengasihi dan berbelas kasihan. (MG).
Memang kamu telah mereka-rekakan yang jahat terhadap aku, tetapi Allah telah mereka-rekakannya untuk kebaikan, dengan maksud melakukan seperti yang terjadi sekarang ini, yakni memelihara hidup suatu bangsa yang besar. (Kejadian 50:20)