Masih ada kesempatan di tengah krisis
Devosi | |
---|---|
Tanggal | 01 Maret 2021 |
Artikel devosi lainnya | |
| |
|
Semua orang di seluruh dunia sedang mengalami masa krisis.
Krisis yang awalnya menyangkut krisis kesehatan pandemi COVID-19, sudah mempengaruhi bukan hanya sektor ekonomi tetapi di berbagai sektor sehingga sekarang krisis ini sudah menjadi krisis kehidupan manusia secara global di seluruh dunia. Namun, apapun situasi dan kondisi yang kita alami sekarang ini, sebagai anak-anak Tuhan, kita tetap memiliki jaminan di dalam Tuhan, bahwa kita akan berjalan makin lama makin kuat. (Mazmur 84:8)
Krisis selalu menimbulkan masalah yang kompleks. Namun bukan berarti krisis bisa menghancurkan kehidupan kita secara keseluruhan. Yang terpenting adalah bagaimana kita menyikapinya. Karena itu, hadapilah krisis yang terjadi dengan kacamata yang positif berdasarkan Firman Tuhan.
Tidak kebetulan kata Krisis dalam bahasa Mandarin disebut WEIJI yang terdiri dari dua kata, yaitu (Wei) atau bahaya dan (Ji) yang berarti peluang atau kesempatan. Jadi krisis dalam bahasa mandarin merupakan gabungan dari dua kata, yaitu Bahaya dan Peluang (Wikipedia)
Penjelasan dan pengertian ini seolah-seolah sedang mengarahkan kita untuk memahami bahwa di dalam krisis selalu terkandung peluang-peluang baru atau kesempatan untuk menata dan memperbarui kehidupan. Krisis bisa menjadi titik balik untuk belajar dan merespons, beradaptasi dengan situasi secara kreatif. Sebagai umat Allah, yang terpenting adalah, bagaimana kita meresponi dan menyikapi situasi krisis yang kita sedang alami dan hadapi sekarang ini.
Saat kita diperhadapkan dengan krisis maka ada dua sudut pandang atau cara pandang yang muncul. Sudut pandang atau cara pandang yang pertama adalah kita akan menganggap bahwa krisis adalah sebuah bahaya atau masalah besar, sementara sudut pandang atau cara pandang yang kedua adalah kita akan menganggap bahwa krisis itu adalah sebuah kesempatan emas! Tetapi pada kenyataannya yang terjadi seringkali kita cenderung melihat ‘krisis’ dari sudut pandang atau cara pandang yang pertama yaitu melihatnya sebagai bahaya daripada kita melihatnya sebagai sebuah kesempatan emas. dan itu sebabnya kemudian kita menjadi tawar hati, menjadi amat takut, menjadi cemas, menjadi frustrasi bahkan menjadi putus asa ketika ‘krisis’ itu terjadi dalam kehidupan kita. Sungguh sangat di sayangkan jika hal itu terjadi, sebab sebenarnya kita bisa saja memiliki iman bahwa ‘krisis’ yang terjadi akan membawa sebuah lompatan besar dalam kehidupan kita.
Krisis yang dilewati Sadrakh, Mesakh dan Abednego bukan saja krisis antara tetap beribadah kepada Tuhan atau kepada allah lain. Tetapi mereka melewati satu keadaan antara mempertahankan atau menyerahkan keteguhan Iman mereka, krisis itu mencapai puncaknya ketika suara itu keluar dari kedalaman hatinya yang berkata:
"Jika Allah kami yang kami puja sanggup melepaskan kami, maka Ia akan melepaskan kami dari perapian yang menyala-nyala itu, dan dari dalam tanganmu, ya raja. tetapi seandainya tidak, hendaklah tuanku mengetahui, ya raja, bahwa kami tidak akan memuja dewa tuanku, dan tidak akan menyembah patung emas yang tuanku dirikan itu." (Daniel 3:17, 18)
Krisis adalah kesempatan bagi Allah untuk menyatakan siapa saya, siapa Saudara di hadapan Tuhan dan Dunia.
Ketika kita mengarahkan kehidupan kita hanya kepada Tuhan saja, PERCAYALAH Kita akan dimampukan untuk MENGUBAH setiap Krisis menjadi KESEMPATAN.
"Tetaplah berdoa. Mengucap syukurlah dalam segala hal, sebab itulah yang dikehendaki Allah di dalam Kristus Yesus bagi kamu." (1 Tesalonika 5:17, 18)
Walaupun Anda telah berdoa, berdoa, berdoa, dan belum dijawab, tetap berdoa!" (AH)