Berkat bagi orang yang menjaga integritas hidup

Dari GBI Danau Bogor Raya
Lompat ke: navigasi, cari
Renungan Khusus 2019.jpgRenungan Khusus 2019-1x1.jpg
Renungan khusus
Tanggal31 Januari 2021
PenulisPdp Dio Angga Pradipta, MTh
Voice of PentecostVoice of Pentecost 37 (Aldrin Joshua)
Renungan khusus lainnya

Di dalam Alkitab; baik Perjanjian Lama maupun Perjanjian Baru, banyak ayat yang berbicara tentang integritas. Dalam terjemahan NIV, ada 22 kali kata ‘integrity’ tercatat. Mengapa orang percaya diminta untuk menjaga integritas? Paulus berkata di dalam Efesus 4:1,

“Sebab itu aku menasihatkan kamu, aku, orang yang dipenjarakan karena Tuhan, supaya hidupmu sebagai orang-orang yang telah dipanggil berpadanan dengan panggilan itu.”

Kata 'berpadanan' di sini menggunakan kata axios. Akar kata ini menggambarkan konsep timbangan zaman dahulu yang ada tangan di kiri dan kanan, lalu para penjual biasanya akan menimbang sebuah beban untuk menyesuaikan dengan beban yang ada di seberangnya. Paulus meminta agar orang percaya menaruh bobot panggilan sebagai anak-anak Tuhan di satu sisi timbangan, dan di sisi satu lagi adalah gaya hidup yang menunjukkan kualitas moral dan karakter yang sesuai, sehingga timbangan itu menjadi seimbang. Paulus membahas Efesus 4-6 bagaimana seharusnya orang percaya itu hidup.

Berkat dan manfaat dari orang yang menjaga hidupnya

Dalam artikel ini, kita akan membahas apa saja berkat dan manfaat dari seseorang yang menjaga integritas hidupnya? Setidaknya ada beberapa ayat di Alkitab yang mencatat langsung manfaat integritas, di antaranya:

  1. “Ketulusan dan kejujuran kiranya mengawal aku, sebab aku menanti-nantikan Engkau.” (Mazmur 25:21)
  2. Mungkin di sekitar kita ada beberapa orang yang berusaha menjatuhkan kita. Dalam situasi ini, Daud mengalami cemoohan dan beban yang berat dari musuh-musuhnya (ay. 18-19). Dia berharap hanya kepada Tuhan (ay. 16, 20), dan Daud berharap bahwa kejujurannya atau integritasnya yang akan menjaga hidupnya sembari dia menantikan pertolongan dari Tuhan (ay. 21).

  3. “Siapa bersih kelakuannya, aman jalannya, tetapi siapa berliku-liku jalannya, akan diketahui.” (Amsal 10:9)
  4. Kata 'bersih kelakuan' di dalam terjemahan NIV digunakan kata “walks in integrity”. Orang yang menjaga kehidupannya berintegritas, akan aman hidupnya. Kenapa aman? Karena susah untuk orang lain mencari celah untuk menjatuhkan. Orang Farisi berkali-kali berusaha untuk menjatuhkan Yesus, tetapi tidak berhasil. (Lukas 6:7; 11:54; 14:1)

    Mari jaga integritas, karena dengan sendirinya, pelayanan dan pekerjaan kita akan aman.

  5. “Orang yang jujur dipimpin oleh ketulusannya, tetapi pengkhianat dirusak oleh kecurangannya.” (Amsal 11:3)
  6. Orang yang terbiasa hidup dengan prinsip integritas akan dituntun oleh Roh Kudus. Tuntunan Roh kepada setiap orang percaya akan semakin efektif ketika kita juga berlatih untuk hidup sesuai dengan prinsip-prinsip Firman Tuhan. Dengan kata lain, di dalam pengudusan, Roh Kudus menajamkan karakter-karakter kita sehingga semakin menyerupai Kristus.

  7. “Aku tahu, ya Allahku, bahwa Engkau adalah penguji hati dan berkenan kepada keikhlasan, maka akupun mempersembahkan semuanya itu dengan sukarela dan tulus ikhlas.” (1 Tawarikh 29:17)
  8. Allah ternyata berkenan kepada keikhlasan. Keikhlasan dalam konteks ini berbicara tentang kejujuran dalam bertindak dan motivasi. Motivasi yang murni tanpa ada niatan jahat, adalah orang yang tulus ikhlas dalam berbuat segala sesuatu. Apa yang benar yang harus dilakukan, itulah yang dilakukan. Dan ternyata itu menjadi suatu persembahan yang berkenan kepada Allah. Bukankah itu sesuatu yang luar biasa? Allah ternyata berkenan kepada integritas hidup manusia.

  9. “Orang benar yang bersih kelakuannya--berbahagialah keturunannya.” (Amsal 20:7)
  10. Integritas dalam ayat ini digambarkan dengan kata ‘bersih kelakuannya’. Ternyata berkatnya tidak hanya dirasakan oleh si pelaku Firman, tetapi keturunannya disebut berbahagia atau diberkati. Bersih kelakuan di sini bukannya tidak berdosa sama sekali atau sempurna secara moral, tetapi menghidupi kebenaran Firman dan juga berkata-kata jujur. (Mazmur 15:2)

    Orang tua yang hidup benar dan jujur, tentu anak-anak dan cucu-cucunya akan diberkati pula atas keteladanan hidup mereka.

Berkat dari perkenanan Tuhan

Ayat emas kita tahun ini dari Mazmur 24:4-5,

“Orang yang bersih tangannya dan murni hatinya, yang tidak menyerahkan dirinya kepada penipuan, dan yang tidak bersumpah palsu. Dialah yang akan menerima berkat dari TUHAN dan keadilan dari Allah yang menyelamatkan dia.”

Jelas sekali ada hubungan antara orang yang menjaga integritas hidup dengan menerima berkat (berakah) dari Tuhan. Secara khusus, 'berkat' di sini adalah perkenanan Tuhan yang turun kepada hamba-hamba-Nya yang menjaga hidupnya. Mazmur mencatat banyak sekali berkat dari perkenanan Tuhan ini, contohnya sebagai berikut:

  1. “Sebab TUHAN Allah adalah matahari dan perisai; kasih dan kemuliaan Ia berikan; Ia tidak menahan kebaikan dari orang yang hidup tidak bercela.” (Mazmur 84:11)
  2. Orang yang menjaga integritas atau dalam di dalam ayat ini “hidup tidak bercela”, Allah akan mencurahkan kebaikan-Nya berlimpah-limpah. Kebaikan Tuhan itu bisa berupa berkat materi, damai sejahtera, sukacita, dan kebahagiaan. Bapa rindu sekali memberkati anak-anak-Nya!

  3. “Kiranya kemurahan Tuhan, Allah kami, atas kami, dan teguhkanlah perbuatan tangan kami, ya, perbuatan tangan kami, teguhkanlah itu.” (Mazmur 90:17)
  4. Perkenanan Tuhan akan meneguhkan dan menguatkan hasil karya dan pekerjaan kita. Ada perbedaan antara hasil perbuatan orang yang berasal dari perkenanan Tuhan dengan yang tidak.

Di dalam Perjanjian Baru, Yesus mengajar:

“Berbahagialah orang yang suci hatinya, karena mereka akan melihat Allah.” (Matius 5:8)

Orang yang suci hatinya juga bisa dikatakan sebagai orang yang berintegritas. Karena integritas tidak hanya berbicara soal perbuatan eksternal, tetapi kondisi hati yang murni dan tulus.

Yesus menyebutkan secara langsung berkat ini, yaitu mereka akan melihat Allah. Melihat Allah di dunia ini dengan kacamata iman, melihat perbuatan-Nya yang baik, melihat pertolongan-Nya dan pada akhirnya betul-betul kita melihat Allah dalam segala kemuliaan-Nya ketika Dia menjemput kita dalam kedatangan-Nya kali yang kedua. (Ibrani 12:14; Wahyu 21:22-27) Haleluya! (DAP)