House of Giving is a House of Blessing

Dari GBI Danau Bogor Raya
Revisi sejak 31 Oktober 2011 02.24 oleh Leo (bicara | kontrib) (baru)
(beda) ← Revisi sebelumnya | Revisi terkini (beda) | Revisi selanjutnya → (beda)
Lompat ke: navigasi, cari
House of Giving is a House of Blessing
Logo Cool.png
Suplemen Diskusi COOL
PeriodeNovember 2011
MingguI (2011-44)
Sebelumnya
    Selanjutnya

      Hidup yang memberi adalah hidup yang terberkati

      “Berilah dan kamu akan diberi: suatu takaran yang baik, yang dipadatkan, yang digoncang dan yang tumpah ke luar akan dicurahkan ke dalam ribaanmu. Sebab ukuran yang kamu pakai untuk mengukur, akan diukurkan kepadamu.” (Lukas 6:38)

      Ada sebuah kisah inspiratif mengenai seekor ulat yang kelaparan terdampar di tanah yang tandus. Dengan lemas ia menghampiri pohon mangga sambil berkata, “Aku lapar, bolehkah aku makan daunmu?” Pohon mangga menjawab, “Tanah di sini tandus, daunku pun tidak banyak. Apabila kamu makan daunku, nanti akan berlubang dan tidak kelihatan cantik lagi. Lalu aku mungkin akan mati kekeringan. Hmmm...tapi baiklah, kau boleh naik dan memakan daunku. Mungkin hujan akan datang dan daunku akan tumbuh kembali.” Ulat naik dan mulai makan daun-daunan pohon mangga itu. Ia hidup di atas pohon itu sampai menjadi kepompong dan akhirnya berubah menjadi kupu-kupu yang cantik. “Hai pohon mangga, lihatlah aku sudah menjadi kupu-kupu, terima kasih karena telah mengizinkan aku hidup di tubuhmu. Sebagai balas budi, aku akan membawa serbuk sari hingga bungamu dapat berbuah.”

      Pelajaran yang dapat kita petik dari kisah ini adalah: Jangan memperhitungkan untung-rugi dalam pengorbanan/pemberian yang kita lakukan. Tanpa kita sadari, seringkali kita berpikir “jika saya memberi, saya akan kekurangan. Bagaimana nanti saya mengatasinya?” atau “bagaimana kalau ternyata saya ditipu?” Tuntunan Firman Tuhan sangat jelas soal memberi. Melalui nats yang kita baca di atas, maka ada dua pelajaran yang dapat kita ambil dari ayat ini:

      #1 Memberi adalah kunci untuk diberkati

      Kalau kita perhatikan ayat ini, perintah Tuhan “Berilah dan kamu akan diberi…” berlaku bagi semua orang. Tidak ada batasan miskin atau kaya, dalam pengertian bukan hanya orang-orang mampu saja yang memberi, tetapi orang yang tidak mampu pun harus memberi kalau ingin diberkati. Ada pengertian yang salah yang selalu ditanamkan dalam pikiran orang miskin; bahwa bagian mereka hanya menerima saja. Padahal kalau ia hanya menerima saja, maka orang itu akan tetap miskin dan tidak mungkin jadi kaya karena Firman Tuhan jelas berkata berilah maka kamu akan diberi.

      Kita tidak akan menjadi miskin karena memberi, justru kita disebut miskin kalau kita tidak memberi. Sebuah judul buku yang pernah saya baca menjelaskan dengan baik pengertian ini, judulnya: KITA TIDAK MISKIN, MISKIN BERARTI TIDAK MEMPUNYAI APA-APA UNTUK DIBERIKAN. Berbicara soal memberi tidak melulu bicara soal memberi uang/materi. Orang yang memang tidak memiliki uang bisa juga memberi pemberian yang baik dalam bentuk lain, seperti: kata-kata yang baik, pujian, sikap yang ramah, perbuatan yang baik, dan lain sebagainya. Jadi tidak ada alasan bagi kita untuk tidak memberi.

      Diskusi: Pernahkah Anda mengalami krisis/kesusahan, tetapi masih bisa memberi (tidak hanya sebatas pemberian materi)? Ceritakan dan saksikanlah.

      #2 Kita harus memberi tanpa syarat

      Kadang-kadang kita selalu memberikan syarat jika mau memberi, misalnya, “Saya mau memberi asalkan kamu baik kepada saya. Air muka (raut wajah)-mu kalau meminta yang baik-baiklah, kata-katamu juga harus sopan, maka nanti aku akan memberi. Tetapi kalau air mukamu cemberut sampai aku muak melihatnya, aku tidak akan memberi!” Sebagai pihak yang akan memberi terkadang kita merasa kalau kita berhak untuk menetapkan suatu syarat kepada seseorang yang akan kita beri. Untuk orang-orang dengan kriteria tertentu kita mau memberi (misalnya, kepada orang-orang yang bersikap baik atau menaruh hormat kepada kita). Tetapi kepada orang-orang yang tidak sesuai dengan kriteria kita, kita tidak mau memberi.

      Tetapi kita harus sadar bahwa kadang-kadang Tuhan mengirimkan orang-orang yang meminta kepada kita, tetapi dengan sikap sepertinya kitalah yang berhutang! Mereka meminta kepada kita dengan mendesak-desak atau dengan raut muka yang menjengkelkan, namun hari ini Tuhan memberikan kita perintah, "berilah, maka engkau akan diberi!" Artinya berilah tanpa syarat apapun. Jika Anda melakukan yang seperti itu maka Lukas 6:38 tadi menjadi milik Saudara.

      Dua hal yang telah kita pelajari pada hari ini apabila kita praktekkan dalam kehidupan kita sehari-hari, maka hidup kita ini akan menjadi House of Giving (Rumah/Hidup yang Memberi). Ketika hidup kita menjadi Hidup yang Memberi, itu berarti hidup kita ini menjadi House of Blessing! (Rumah/Hidup yang Terberkati) Bukan hanya hidup kita yang diberkati, tetapi dari hidup kita keluar berkat bagi orang-orang lain. Orang-orang yang menjadi berkat bagi orang lain, maka ada berkat kekal yang Tuhan berikan baginya, bahkan sampai kepada keturunannya. Itulah sebabnya Daud berkata: “Dahulu aku muda, sekarang telah menjadi tua, tetapi tidak pernah kulihat orang benar ditinggalkan, atau anak cucunya meminta-minta roti; tiap hari ia menaruh belas kasihan dan memberi pinjaman, dan anak cucunya menjadi berkat.” (Mazmur 37:25-26). Amin!

      Diskusi: Bincangkanlah bagaimana COOL, baik secara perseorangan maupun komunitas, dapat menjadi berkat bagi orang lain.

      Peneguhan

      Bacalah dan renungkan 2 Korintus 8:1-5 berikut ini:

      “Saudara-saudara, kami hendak memberitahukan kepada kamu tentang kasih karunia yang dianugerahkan kepada jemaat-jemaat di Makedonia. Selagi dicobai dengan berat dalam pelbagai penderitaan, sukacita mereka meluap dan meskipun mereka sangat miskin, namun mereka kaya dalam kemurahan. Aku bersaksi, bahwa mereka telah memberikan menurut kemampuan mereka, bahkan melampaui kemampuan mereka. Dengan kerelaan sendiri mereka meminta dan mendesak kepada kami, supaya mereka juga beroleh kasih karunia untuk mengambil bagian dalam pelayanan kepada orang-orang kudus. Mereka memberikan lebih banyak dari pada yang kami harapkan. Mereka memberikan diri mereka, pertama-tama kepada Allah, kemudian oleh karena kehendak Allah juga kepada kami.”

      Sumber