Jadilah pemenang! (Pdt Dr Ir Niko Njotorahardjo)

Dari GBI Danau Bogor Raya
Revisi sejak 21 November 2024 03.36 oleh Leo (bicara | kontrib) (Penggantian teks - "| video1caption= Rekaman YouTube" menjadi "| video1caption= {{youtube}} YouTube")
(beda) ← Revisi sebelumnya | Revisi terkini (beda) | Revisi selanjutnya → (beda)
Lompat ke: navigasi, cari

Pada tanggal 20 Februari 2022, waktu saya berulang tahun yang ke-73, saya membaca dari Markus 4:26-29 yang berkata:

“Lalu kata Yesus: "Beginilah hal Kerajaan Allah itu: seumpama orang yang menaburkan benih di tanah, lalu pada malam hari ia tidur dan pada siang hari ia bangun, dan benih itu mengeluarkan tunas dan tunas itu makin tinggi, bagaimana terjadinya tidak diketahui orang itu.
Bumi dengan sendirinya mengeluarkan buah, mula-mula tangkainya, lalu bulirnya, kemudian butir-butir yang penuh isinya dalam bulir itu. Apabila buah itu sudah cukup masak, orang itu segera menyabit, sebab musim menuai sudah tiba."

Melalui perikop ini, Tuhan berkata bahwa musim menuai sudah tiba, musim menuai sudah tiba.

Hari-hari ini kita sedang memasuki masa penuaian jiwa; masa penuaian jiwa bagi generasi muda yang kita kenal dengan generasi Yeremia; masa penuaian jiwa yang terbesar dan yang terakhir.

Tuhan ingatkan bahwa masa penuaian jiwa itu identik dengan masa peperangan rohani yang dahsyat. Dan kita harus menjadi pemenang.

Menjadi pemenang

Pada waktu Yosua menggantikan Musa untuk masuk dan merebut Tanah Perjanjian, maka supaya selalu menjadi pemenang, Tuhan berpesan kepada Yosua dalam Yosua 1:7-9, yang berkata:

“Hanya, kuatkan dan teguhkanlah hatimu dengan sungguh-sungguh, bertindaklah hati-hati sesuai dengan seluruh hukum yang telah diperintahkan kepadamu oleh hamba-Ku Musa; janganlah menyimpang ke kanan atau ke kiri, supaya engkau beruntung, ke manapun engkau pergi.
Janganlah engkau lupa memperkatakan kitab Taurat ini, tetapi renungkanlah itu siang dan malam, supaya engkau bertindak hati-hati sesuai dengan segala yang tertulis di dalamnya, sebab dengan demikian perjalananmu akan berhasil dan engkau akan beruntung.
Bukankah telah Kuperintahkan kepadamu: kuatkan dan teguhkanlah hatimu? Janganlah kecut dan tawar hati, sebab TUHAN, Allahmu, akan menyertai engkau, ke mana pun engkau pergi.”

Supaya kita menjadi pemenang seperti Tuhan katakan kepada Yosua, maka yang harus kita lakukan adalah:

  1. Kuatkan dan teguhkan hati kita.
  2. Jangan kecut dan tawar hati, sebab Tuhan akan menyertai kita. Katakan: "Amin!"
  3. Jangan menyimpang ke kanan atau ke kiri.
  4. Perkatakan Firman Tuhan dan renungkan itu siang dan malam, supaya kita bertindak hati-hati sesuai dengan firman-Nya.

Jadi setiap kali bangsa Israel akan merebut suatu kota, mereka pasti akan bertanya kepada Tuhan bagaimana caranya untuk menjadi pemenang.

Nyanyi:

Kuatkan dan teguhkan hatimu
Jangan takut dan tawar hati
S'bab Tuhan besertamu

Kuatkan dan teguhkan hatimu
Yesus Tuhan berjalan di depanmu
B'rikan kemenangan

Coda
Yesus Tuhan berjalan di depanmu
B'rikan kemenangan

Pada suatu hari ketika mereka akan merebut kota Ai, mereka tidak bertanya kepada Tuhan karena menganggap Ai adalah kota kecil dan jumlah orangnya sedikit. Jadi mereka menganggap enteng. Tetapi apa yang terjadi? Justru mereka kalah perang, 36 orang mati. Ini membuat mereka sangat tawar hati. Mereka berseru-seru meminta ampun kepada Tuhan.

Yang menjadi pertanyaannya: “Mengapa mereka bisa tidak bertanya dulu kepada Tuhan, padahal di setiap langkah mereka, setiap kali mereka merebut suatu kota, mereka akan bertanya kepada Tuhan?"

Jawabannya: Tuhan yang mengizinkan mereka lupa bertanya, karena ada dosa dari Akhan yang mengambil barang yang dikhususkan, sehingga Tuhan murka terhadap orang Israel.

Kekalahan bangsa Israel merupakan pelajaran bagi kita. Kalau kita teledor dengan hal-hal yang seharusnya kita bertanya kepada Tuhan, tetapi tidak kita lakukan, sehingga terjadi hal-hal yang tidak kita inginkan, kita harus introspeksi apakah ada dosa yang kita lakukan yang belum diselesaikan dengan Tuhan. Sebab ini akan bisa berakibat seperti yang dialami oleh bangsa Israel.

Pesan Tuhan Yesus kepada tujuh sidang jemaat dalam Wahyu 2-3, di mana ini juga berbicara tentang pesan Tuhan Yesus kepada gereja sepanjang masa, termasuk gereja masa kini, selalu diakhiri dengan kata-kata:

“Barangsiapa bertelinga hendaklah mendengarkan apa yang dikatakan oleh Roh kepada jemaat-jemaat dan barangsiapa menang upahnya adalah masuk sorga.”

Sekali lagi, bahwa peperangan rohani berhubungan erat dengan menjadi pemenang. Kita harus menjadi pemenang dalam melawan dosa, Iblis dan kedagingan kita. Kuncinya adalah mendengarkan apa yang dikatakan oleh Roh dan melakukannya. Ingat Saudara, hanya para pemenang yang masuk sorga.

Menjadi seorang yang berkenan di hati Tuhan

Kisah Para Rasul 13:22 berkata bahwa:

“…Tentang Daud Allah telah menyatakan: Aku telah mendapat Daud bin Isai, seorang yang berkenan di hati-Ku dan yang melakukan segala kehendak-Ku.”

Daud berkenan di hati Tuhan karena melakukan segala kehendak-Nya. Tadi dikatakan bahwa pemenang adalah orang yang mendengarkan apa yang dikatakan oleh Roh dan melakukannya. Jadi Daud adalah seorang pemenang. Ini tidak berarti bahwa Daud tidak pernah berbuat dosa. Mungkin dosa Daud dalam peristiwa Batsyeba merupakan dosa yang sangat besar, tetapi yang penting bagaimana Daud menyelesaikan dosa itu dengan Tuhan.

Tidak banyak orang seperti Daud yang ketika ditegur dosanya langsung mengaku dan minta ampun. Banyak yang justru sebaliknya, mereka belat-belit dan tidak jujur. Selain itu, Daud tidak berulang-ulang melakukan dosa yang sama. Kalau dia sudah bertobat terhadap suatu dosa, dia akan benar-benar bertobat dan tidak akan mengulanginya lagi.

Pada waktu itu Daud lari dari Yerusalem, karena anaknya Absalom memberontak dan mau membunuh dia. Di tengah perjalanan ketika hati Daud sedang sedih dan dia menangis, tiba-tiba datang seseorang yang bernama Simei, salah satu keluarganya Saul. Di hadapan para pahlawan dan prajurit-prajuritnya, dia mengutuk Daud habis-habisan sambil melemparinya dengan batu.

Abisai, seorang pahlawannya Daud, melihat hal itu, dia minta izin kepada Daud untuk memenggal kepala Simei. Tetapi apa jawaban Daud?

“Biarkanlah dia dan biarlah ia mengutuk, sebab apabila Tuhan berfirman kepadanya: Kutukilah Daud! Kita bisa apa?
Sedangkan anak kandungku ingin mencabut nyawaku, apalagi dia yang bukan keluargaku.
Biarkanlah dia dan biarkan dia mengutuk, sebab Tuhan yang telah berfirman kepadanya demikian.
Mungkin Tuhan akan memperhatikan kesengsaraanku ini dan Tuhan akan membalas yang baik kepadaku sebagai ganti kutuk orang itu kepadaku hari ini.”
(2 Samuel 16:11-12)

Saudara, dalam pelayanan saya, mungkin saya termasuk salah seorang hamba Tuhan yang paling banyak dimaki-maki dan dikutuki orang. Terus terang saya banyak belajar dari Daud ini. Saya bersyukur kepada Tuhan bahwa sampai dengan hari ini, saya masih diberi kesanggupan oleh Tuhan untuk melakukan seperti apa yang telah dilakukan oleh Daud. Akhirnya pemberontakan Absalom, anak Daud, itu berakhir dengan kematian Absalom.

Ketika Daud pulang kembali ke Yerusalem dan ia sampai ke tepi sungai Yordan, banyak orang yang menyambut dia termasuk Simei. Simei sujud di hadapan Daud untuk minta ampun. Di sini kembali Abisai, salah seorang pahlawan Daud; yang pernah minta izin untuk memenggal kepala Simei berkata kepada Daud, agar Simei dihukum mati karena dia mengutuki orang yang diurapi Tuhan. Tetapi Daud dengan tegas berkata kepada Abisai: Tidak! Kemudian Daud berkata kepada Simei: “Engkau tidak akan mati” dan Daud bersumpah kepadanya.

Puji Tuhan Saudara, sampai dengan hari ini, dengan kekuatan yang diberikan oleh Tuhan, saya tidak pernah dendam kepada orang-orang yang dengan sengaja atau tidak sengaja berbuat jahat kepada saya. Meskipun mereka tidak minta maaf, saya tetap melupakan apa yang pernah mereka lakukan kepada saya. Haleluya!

Nyanyi:

Allah yang bela
Siapa lawan Dia
Lebih dari pemenang
Dalam s'gala hal

Ku pasti dapat
Lakukan semua
Yesus yang b'ri kekuatan
O terpujilah nama-Nya

Menjelang kematiannya, Daud memberikan pesan-pesannya kepada Salomo, salah satunya adalah mengenai Simei. Daud berkata kepada Salomo,

“Juga masih ada padamu Simei bin Gera, orang Benyamin dari Bahurim, dialah yang mengutuki aku dengan kutuk yang kejam pada waktu aku pergi ke Mahanaim, tetapi kemudian dia datang menyongsong aku di tepi sungai Yordan dan aku bersumpah kepadanya demi Tuhan: Tidak akan kubunuh engkau dengan pedang! Sekarang janganlah bebaskan dia dari hukuman, sebab engkau orang bijaksana dan tahu apa yang harus kau lakukan kepadanya untuk membuat yang ubanan itu turun dengan berdarah ke dunia orang mati.”

Wow, banyak komentar yang muncul dengan adanya pernyataan Daud ini. Ada yang bilang: Sayang sekali, Daud yang terkenal berkenan di hati Tuhan karena menuruti segala perintah-Nya, ternyata masih menyimpan dendam kepada Simei. Padahal dia bersumpah untuk mengampuni Simei. Ada juga yang berkomentar: Peristiwa ini adalah di Perjanjian Lama, tidak bisa dibandingkan dengan peristiwa di Perjanjian Baru. Tetapi bagi saya secara pribadi, waktu membaca peristiwa ini justru mempunyai pengertian yang berbeda dengan tafsiran yang ada di atas tadi. Bagi saya, ini bukan karena Daud dendam kepada Simei, tetapi karena Tuhan yang akan menghukum Simei, karena perbuatannya kepada Daud. Tuhan memberitahukan hal itu kepada Daud dan Daud memberitahukannya kepada Salomo.

Kisah ini belum berakhir. Sekarang, mari kita lihat apakah pengertian yang saya dapatkan itu benar atau tidak.

Apa yang Salomo lakukan kepada Simei? Sebagai seorang yang bijaksana, Salomo memanggil Simei dan berkata,

“Kamu buat rumah di Yerusalem dan kamu tinggal di sana, janganlah kamu keluar kemana-mana. Pada saat kamu keluar dan menyebrangi sungai Kidron, pastilah engkau dibunuh dan darahmu akan ditanggungkan kepadamu sendiri.”
(1 Raja-raja 2:37)

Simei bersumpah dan setuju dengan perjanjian itu.

Setelah lewat tiga tahun, dua hambanya Simei lari kepada raja Gat. Ketika Simei mengetahui hal ini, maka dia menjemput kedua hambanya itu. Dia lupa akan sumpahnya, atau lebih tepat saya pakai istilah: bahwa Tuhan membuat dia lupa pada sumpahnya.

Setelah Simei kembali ke Yerusalem, dia dipanggil oleh Salomo. Dia diingatkan akan perjanjian yang mereka buat dengan bersumpah.

“Mengapa engkau tidak menepati sumpah demi Tuhan itu dan perintah yang kuperintahkan kepadamu?”

Kemudian Salomo berkata pula:

“Engkau sendiri tahu dalam hatimu segala kejahatan yang kamu perbuat kepada Daud, ayahku, maka Tuhan telah menanggungkan kejahatan itu kepadamu sendiri.”
(1 Raja-raja 2:42-43)

Akhirnya Simei dihukum mati dengan cara dipancung. Artinya dia turun ke dunia orang mati dengan berdarah seperti yang dikatakan oleh Daud kepada Salomo.

Di sini jelas sekali bahwa bukan Daud yang dendam kepada Simei, tetapi Tuhan sendiri yang menghukum Simei karena kutukan-kutukan jahat yang keluar dari mulutnya kepada Daud.

Tahun Pey Bet

Melalui kisah Simei ini, Tuhan mengingatkan kita tentang mulut. Menurut kalender Ibrani, dari tanggal 6 September 2021 sampai dengan 26 September tahun 2022, kita masuk Tahun 5782 yang disebut sebagai Tahun Pey Bet. Pey Bet artinya 82. Pey adalah angka 80, yang menggambarkan mulut.

Bet atau huruf kedua dalam alfabet Ibrani digambarkan dengan sebuah tenda atau rumah atau tempat kediaman. Ada 2 tempat tinggal dari umat manusia: Yang pertama adalah di bumi dan yang kedua di sorga atau neraka.

Sekarang dalam Tahun 5782 atau Pey Bet ini, kita diingatkan bahwa kita masih hidup dalam dunia ini, tetapi segala apa yang kita lakukan, apa yang kita ucapkan; apa yang kita tuliskan dan ucapkan di media sosial, bukan seperti cara-cara dunia tetapi harus dengan cara sorga.

Microsoft merilis “Indeks Keberadaban Digital atau Digital Civility Index” yang menunjukkan “tingkat keberadaban” pengguna internet atau netizen sepanjang tahun 2020. Ternyata tingkat keberadaban netizen di Indonesia sangat rendah. Dari survey terhadap 16.000 responden di 32 negara, Indonesia berada di peringkat 29 dan yang terburuk di Asia Tenggara. Wow, saya percaya dari netizen ini pasti juga termasuk orang-orang Kristen.

Saya akan mengingatkan kepada Saudara tentang perkataan Tuhan Yesus dalam Matius 12:36-37 yang berkata:

“Tetapi Aku berkata kepadamu: Setiap kata sia-sia yang diucapkan orang harus dipertanggungjawabkannya pada hari penghakiman. Karena menurut ucapanmu engkau akan dibenarkan, dan menurut ucapanmu pula engkau akan dihukum."

Tuhan Yesus akan datang segera. Karena itu, kita semua harus berhati-hati dengan mulut kita, dengan apa yang kita tulis atau perkatakan di media sosial, apakah itu hoaks atau ujaran kebencian, supaya jangan kita dihukum.

Nyanyi

Mulutku penuh dengan pujian
Kepada-Mu ya Yesus Tuhan
Sepanjang hari kuberi penghormatan
Kepada-Mu ya Allahku

Kita harus mengingat 1 Korintus 6:19 yang berkata:

“Atau tidak tahukah kamu, bahwa tubuhmu adalah bait Roh Kudus yang diam di dalam kamu, Roh Kudus yang kamu peroleh dari Allah, - dan bahwa kamu bukan milik kamu sendiri?”

Sekali lagi saya ingatkan bahwa tubuh kita bukan milik kita sendiri, mulut kita bukannya milik kita sendiri, tetapi miliknya Tuhan Yesus. Karena kita sudah dibeli dengan harga yang mahal dari kuasa iblis dengan darah Tuhan Yesus sendiri.

Kita harus menggunakan mulut untuk memperkatakan hal-hal yang sesuai dengan firman Tuhan, termasuk juga saat berbicara dan menulis di media sosial. Karena itu, sekali lagi saya mau katakan: Jadilah pemenang! Jadilah pemenang! Saya berdoa agar semua Saudara menjadi pemenang. Dan sekali lagi, hanya pemenang yang masuk sorga.

Nyanyi

Allah yang bela
Siapa lawan dia
Lebih dari pemenang
Dalam s'gala hal

Ku pasti dapat
Lakukan semua
Yesus yang b'ri kekuatan
O terpujilah nama-Nya

Video