Lupakan, demi Kristus!

Dari GBI Danau Bogor Raya
Revisi sejak 22 November 2022 05.59 oleh Leo (bicara | kontrib) (Penggantian teks - " " menjadi " ")
Lompat ke: navigasi, cari
Renungan Khusus 2022.jpgRenungan Khusus 2022-1x1.jpg
Renungan khusus
Tanggal03 April 2022
PenulisPdm Micky Kambey, MA
Renungan khusus lainnya

Masa lalu selalu menjadi bagian yang indah untuk dikenang. Masa kecil, remaja, pemuda, saat telah dewasa, apalagi ketika sudah bekerja dan berkeluarga. Ada begitu banyak memori yang indah untuk selalu diingat. Terlepas dari apakah itu kesalahan dan kegagalan yang kita lakukan atau kemenangan dan keberhasilan yang kita alami.
Seringkali pengalaman dan peristiwa di masa lampau itu begitu membekas sehingga bukan hanya sulit untuk dilupakan, tetapi berdampak dan membawa pengaruh yang begitu besar dalam kehidupan kita. Pengaruh itu bisa terlihat ketika kita sedang diperhadapkan pada sebuah situasi, atau ketika kita bertemu dengan orang-orang yang datang dengan latar belakang tertentu, atau bahkan ketika kita sedang berpikir untuk hal-hal yang bisa terjadi di masa yang akan datang.
Pengalaman dan peristiwa di masa lampau itu begitu membekas sehingga mempengaruhi banyak keputusan penting yang diambil.

Ketika membaca Alkitab, ada satu kebenaran yang sering kita jumpai dalam banyak bagian dari Firman Tuhan yang mengajarkan bahwa Tuhan selalu bekerja dan berkarya dengan cara dan pola yang baru. Ketika Dia sedang melawat umat-Nya, entah memberikan kesembuhan, mukjizat dan pertolongan, maka Dia tidak pernah dibatasi dengan satu metode yang tetap. Tuhan tidak pernah bekerja dengan pola yang selalu sama dari masa ke masa, dari generasi ke generasi karena Dia Allah yang kreatif. Kasih dan kuasa-Nya tidak pernah bisa dibatasi oleh apapun karena Dia selalu punya cara yang ajaib, yang selalu baru untuk dinyatakan di tengah-tengah umat-Nya.

Sebagai orang percaya, kita harus memiliki cara pandang yang benar terhadap masa lalu, apa yang harus kita lakukan terhadapnya, supaya hidup ini selalu berpadanan dengan kehendak dan rencana-Nya? Tahun 2022 ini Tuhan memberikan tuntunan sebagai Tahun Paradigma Yang Baru. Ini berarti Tuhan mau agar kita mempersiapkan diri untuk perkara-perkara baru yang akan Dia lakukan. Salah satunya Dia menuntun kita melalui Firman-Nya dalam Filipi 3:13-14:

Saudara-saudara, aku sendiri tidak menganggap, bahwa aku telah menangkapnya, tetapi ini yang kulakukan: aku melupakan apa yang telah di belakangku dan mengarahkan diri kepada apa yang di hadapanku, dan berlari-lari kepada tujuan untuk memperoleh hadiah, yaitu panggilan sorgawi dari Allah dalam Kristus Yesus.

Dari kedua ayat ini kita bisa menemukan tiga kata kunci yang Firman Tuhan ajarkan dalam melihat segala sesuatu yang pernah terjadi dalam kehidupan ini supaya kita dapat melakukan apa yang benar dan berkenan di hadapan-Nya.

  1. Melupakan yang di belakang
  2. Ada orang yang berkata bahwa hidup kita saat ini adalah produk dari masa lalu. Ini tentu ada benarnya karena ada begitu banyak orang yang kondisi hidupnya saat ini adalah dampak dari apa yang dilakukannya di masa lalu.

    Rasul Paulus dalam Filipi 3:4-8, menceritakan tentang dirinya dan apa yang ia telah lakukan di masa lalu. Ketika di ayat 13 dia berkata untuk melupakan masa lalunya, ternyata itu bukan berarti tidak boleh membicarakannya. Yang dia ajarkan adalah supaya orang jangan hidup dengan masa lalu. Masa lalu boleh dibicarakan hanya untuk dijadikan pelajaran yang berharga, sehingga memberikan kita hikmat. Tapi masa lalu jangan menentukan hidup kita hari ini; apalagi menentukan masa depan kita.

    Ada 2 hal di masa lalu yang harus kita lupakan yaitu kegagalan maupun keberhasilan.

    • Kegagalan
    • Di sini bisa berarti dosa dan kesalahan yang dilakukan, luka yang kita alami, atau apa saja yang pernah membuat hati kita pahit dan kecewa. Manusia cenderung sangat mudah mengingat hal-hal yang negatif daripada yang baik/positif. Bahkan kadang pengalaman negatif itu; entah kegagalan atau disakiti orang lain, menimbulkan trauma yang dalam. Sementara Tuhan menghendaki kita hidup dalam kasih dan kemenangan.

      Ada cara yang ampuh untuk melupakan semua itu yaitu dengan mengampuni. Mengampuni bahkan sering kali harus dilakukan berulang-ulang, sampai luka itu sembuh. Ketika mengampuni, kita sedang berdamai dengan Tuhan, berdamai dengan diri sendiri dan berdamai dengan orang lain.

    • Keberhasilan
    • Ini berbicara tentang kesuksesan dan kebanggaan-kebanggaan yang pernah kita miliki di masa lampau, yang membuat kita seringkali susah untuk melihat perkara-perkara baru yang Tuhan sedang kerjakan.

      Rasul Paulus memberikan contoh tentang dirinya di masa lalu, seorang Yahudi asli, disunat di hari yang tepat yakni hari ke-8, seorang Farisi, artinya dia sangat sungguh-sungguh dengan Tuhan dan ritual agamanya.

      Tapi ketika ia bertemu Kristus, semua itu dia tanggalkan, dia lupakan, dianggap sampah, karena pengenalannya akan Kristus. Semua keberhasilan dan kesuksesannya dahulu tidak sebanding dengan apa yang dia miliki sekarang.

    Sesungguhnya, kita akan sulit untuk maju dan berhasil lebih lagi kalau kita terus terikat dengan masa lalu. Lepaskan dan lupakan baik yang gagal maupun yang sukses, sebab Tuhan sedang membuat sesuatu yang baru, yang jauh lebih baik.

  3. Fokus kepada apa yang di depan
  4. Masih di ayat 13, hal kedua yang Alkitab katakan adalah mengarahkan diri kepada apa yang ada di depan. Ini artinya, dalam menjalani hidup harus berfokus pada tujuan yang ada di hadapan kita. Masa lalu hanyalah cermin untuk belajar dan introspeksi, tetapi tujuan dan harapan yang hendak dicapai itulah yang harus menjadi perhatian kita sepenuhnya.

    Apa yang akan kita alami nanti adalah buah daripada apa yang kita lakukan hari ini, sebab itu putuskan untuk melakukan apa yang benar saat ini.

    Masalah dan tantangan akan selalu ada di hadapan kita, tapi kalau kita tetap fokus, maka kita akan tetap kuat dan bertindak. Di tahun yang baru ini milikilah mimpi yang baru, harapkanlah berkat dan anugerah yang baru, sebab mukjizat selalu ada. Mari menabur dengan benih yang baru, karena pasti kita akan menuai. Tabur kebaikan, tabur persembahan, tabur pelayanan, tabur kerja keras dan ketekunan. Fokus dan jangan pernah undur sebab pasti kita akan melihat hasilnya yaitu berkat dan tuaian dari Tuhan.

    Fokus artinya kita harus serius dengan hidup ini, jangan main-main lagi. Ada tanggung jawab, kesempatan, juga terobosan baru yang Tuhan sudah siapkan. Bagian kita ialah menjadi “orang yang tepat, di tempat yang tepat, pada waktu yang tepat”. Tetap fokus dan jangan goyah, jangan sampai kehilangan arah dan tujuan sehingga kita kehilangan berkat Tuhan, coz the best is yet to come.

  5. Berlari mengejar panggilan-Nya
  6. Di ayat 14, kata kunci di sana ialah 'berlari'. Kita sudah melupakan masa lalu, kita sudah punya tujuan yang jelas untuk dicapai, tapi untuk mengalaminya kita harus berlari.

    Berlari artinya tidak bisa santai dan hanya menunggu. Berlari artinya harus mau bayar harga dengan mengorbankan segenap hati, pikiran, tenaga dan segala yang dimiliki agar tujuan akhir tercapai.

    Ketika Paulus berjumpa dengan Tuhan maka perjumpaan itu mengubah hidupnya 180 derajat. Apa yang dulu berharga sekarang bagaikan sampah baginya. Paulus sekarang telah menemukan tujuan hidupnya yang sempurna di mana pengenalan akan Kristus adalah segalanya, lebih berharga dari apapun juga.

    Bagaimana dengan hidup kita? Apakah ada hal lain yang lebih berharga dari pengenalan kita akan Kristus? Kalau Dia adalah Tuhan dan Juruselamat hidup kita, maka Kristus haruslah menjadi yang nomor satu. Panggilan Tuhan supaya kita mengasihi dan melayani Dia haruslah menjadi prioritas utama untuk kita kejar. Semua yang kita miliki di dunia ini hanya sementara, tidak sebanding dengan kekekalan yang akan kita alami bersama Dia.

    Sebab itu di atas segala-galanya, kita harus hidup untuk Tuhan. Kita harus hidup memuliakan nama Tuhan, berapapun harganya, kita bersedia membayarnya karena kitapun sudah ditebus dan dibayar lunas oleh-Nya. Satu hari kita semua akan datang menghadap Tuhan, biarlah kita menghadap Dia dengan penuh damai, tanpa ketakutan dan penyesalan karena kita telah menjalani hidup ini dengan penuh arti. Kita boleh mengakhiri dengan baik karena hidup ini telah menjadi berkat bagi hormat dan kemuliaan-Nya. (MK)

Tetapi kamulah bangsa yang terpilih, imamat yang rajani, bangsa yang kudus, umat kepunyaan Allah sendiri, supaya kamu memberitakan perbuatan-perbuatan yang besar dari Dia, yang telah memanggil kamu keluar dari kegelapan kepada terang-Nya yang ajaib

1 Petrus 2:9