Penyalahgunaan kekayaan
Renungan khusus | |
---|---|
Tanggal | 23 April 2023 |
Penulis | Pdm Junus Mulyana, MTh |
Renungan khusus lainnya | |
| |
|
Jadi sekarang hai kamu orang-orang kaya,
menangislah dan merataplah atas sengsara yang akan menimpa kamu!
Kekayaanmu sudah busuk, dan pakaianmu telah dimakan ngengat!
Emas dan perakmu sudah berkarat, dan karatnya akan menjadi kesaksian terhadap kamu
dan akan memakan dagingmu seperti api.
Kamu telah mengumpulkan harta pada hari-hari yang sedang berakhir.
Sesungguhnya telah terdengar teriakan besar,
karena upah yang kamu tahan dari buruh yang telah menuai hasil ladangmu,
dan telah sampai ke telinga Tuhan semesta alam keluhan mereka yang menyabit panenmu.
Dalam kemewahan kamu telah hidup dan berfoya-foya di bumi,
kamu telah memuaskan hatimu sama seperti pada hari penyembelihan.
Kamu telah menghukum, bahkan membunuh orang yang benar
dan ia tidak dapat melawan kamu.
Alkitab memerintahkan kita untuk bekerja mencari nafkah dan tidak bergantung kepada orang lain. (2 Tesalonika 3:10) Yakobus mengecam orang-orang kaya pada waktu itu karena mereka “menyalahgunakan posisi dan kekayaan mereka."
Mereka bertindak sewenang-wenang terhadap orang-orang yang bekerja pada mereka. Apa yang dipikirkan hanya memperkaya diri tanpa mempedulikan kepentingan orang lain. Kekayaan menjadi tujuan hidup mereka dan ini adalah gambaran cinta akan uang. Yakobus tidak mengatakan bahwa menjadi kaya itu dosa, tetapi mengecam mereka karena memperoleh kekayaan dengan menghalalkan segala cara, dan menggunakannya untuk kepuasan diri sehingga Yakobus menyerukan agar mereka “menangis dan merataplah”.
Dosa orang-orang kaya
- Menahan upah
- Sesungguhnya telah terdengar teriakan besar, karena upah yang kamu tahan dari buruh yang telah menuai hasil ladangmu, dan telah sampai ke telinga Tuhan semesta alam keluhan mereka yang menyabit panenmu." (Yakobus 5:4)
- Janganlah engkau memeras sesamamu manusia dan janganlah engkau merampas; janganlah kautahan upah seorang pekerja harian sampai besok harinya. (Imamat 19:13)
- Menggunakan kekayaan untuk kepuasan daging
- Dalam kemewahan kamu telah hidup dan berfoya-foya di bumi, kamu telah memuaskan hatimu sama seperti pada hari penyembelihan. (Yakobus 5:5)
- Menguasai pengadilan
- Kamu telah menghukum, bahkan membunuh orang yang benar dan ia tidak dapat melawan kamu. (Yakobus 5:6)
Orang-orang kaya ini mempekerjakan buruh-buruhnya dan menyepakati untuk membayar upah mereka pada waktunya. Namun ketika para buruh ini telah menyelesaikan pekerjaan mereka, upah mereka tidak dibayarkan. Orang-orang kaya ini menahan upah buruhnya dengan cara yang curang.
Dalam Hukum Taurat, Allah memberikan petunjuk mengenai orang upahan untuk melindungi mereka dari penindasan majikannya.
Orang-orang kaya ini tidak mempedulikan Hukum Tuhan, mereka terus memperkaya diri mereka dengan cara menindas buruh mereka. Tentunya ada perbedaan yang besar antara menikmati berkat Tuhan dan hidup berkelebihan dengan harta orang lain yang kita tahan. (1 Timotius 6:17)
Kemewahan adalah pemborosan, dan pemborosan adalah dosa. Sekalipun harta yang kita miliki itu kita peroleh dengan halal, kita tidak boleh menghamburkannya untuk kepuasan diri sendiri. Yakobus tidak melarang orang percaya hidup menjadi kaya karena berkat Tuhan, asalkan harta yang berlimpah itu digunakan untuk menggenapi rencana Tuhan dan memuliakan Tuhan.
Banyak tokoh di Alkitab yang memiliki harta yang berlimpah, tetapi mereka hidup sesuai dengan kehendak Tuhan, contohnya: Abraham.
Ketika Tuhan memberikan tanah Kanaan kepada bangsa Israel, Ia menetapkan suatu sistem pengadilan dan memperingatkan para hakim untuk tidak menerima suap. (Keluaran 17:8-13; 18:21)
Mereka tidak boleh memihak orang kaya atau orang miskin. Nabi Amos juga mencela para hakim yang menerima suap dalam suatu perkara di pengadilan. (Amos 5:12,15)
Rupanya pengadilan pada masa Yakobus dikuasai oleh orang-orang kaya yang mempunyai banyak harta untuk menyuap para hakim dalam menjatuhkan putusan. Para buruh miskin tidak sanggup membayar biaya pengadilan yang mahal; oleh sebab itu mereka seringkali ‘dikalahkan’, sekalipun mereka berada di pihak yang benar. Orang miskin tidak mendapatkan keadilan, dan tidak dapat melawan kesewenang-wenangan orang-orang kaya.
Konsekuensi memperoleh harta yang tidak halal
- Sesungguhnya telah terdengar teriakan besar, karena upah yang kamu tahan dari buruh yang telah menuai hasil ladangmu, dan telah sampai ke telinga Tuhan semesta alam keluhan mereka yang menyabit panenmu. (Yakobus 5:4)
Tuhan melihat ketidakadilan yang dilakukan oleh orang-orang kaya kepada para buruh miskin, dan Dia mendengar doa-doa mereka. Oleh sebab itu Tuhan bertindak sehingga orang-orang kaya itu:
- Mengalami kesengsaraan
- Jadi sekarang hai kamu orang-orang kaya, menangislah dan merataplah atas sengsara yang akan menimpa kamu! (Yakobus 5:1)
- Kekayaan mereka akan lenyap
- Kekayaanmu sudah busuk, dan pakaianmu telah dimakan ngengat! Emas dan perakmu sudah berkarat, dan karatnya akan menjadi kesaksian terhadap kamu dan akan memakan dagingmu seperti api. Kamu telah mengumpulkan harta pada hari-hari yang sedang berakhir. (Yakobus 5:2-3)
- Penyalahgunaan kekayaan merusak watak seseorang
- …dan karatnya akan menjadi kesaksian terhadap kamu dan akan memakan dagingmu seperti api… (Yakobus 5:3)
- cinta uang adalah akar dari segala kejahatan.
Biasanya kesengsaraan identik dengan kemiskinan, tetapi jangan mengira apabila seorang yang sudah memiliki banyak harta tidak akan mengalami kesengsaraan. Mereka yang hidup dalam dosa akan mengalami kesengsaraan: tidak memiliki kedamaian, stres, hidup dalam kekuatiran, ketakutan, menjadi sakit, mengalami musibah dan lain-lainnya.
Apakah enaknya menghuni rumah yang mewah, tetapi tidak ada kedamaian di hati? Atau mengenakan perhiasan yang mahal sembari mengalami sakit penyakit? Yakobus tidak saja melihat penghakiman yang sedang berlangsung (kekayaan mereka membusuk), tetapi juga suatu penghakiman yang akan datang di hadapan Allah, di mana Tuhan Yesus sendiri akan menjadi hakim. (Yakobus 5:9)
Orang kaya berpikir bahwa segala sesuatu akan beres karena mereka kaya. Tetapi tidak ada suatu benda pun di dunia ini yang akan bertahan untuk selamanya. Semuanya akan sia-sia apabila diperoleh dengan cara yang tidak benar. Pakaian yang indah dan mahal juga bisa habis dimakan ngengat, bahkan emas perak sekalipun bisa dimakan karat.
Kata-kata ‘busuk’, ‘ngengat’ dan ‘karat’ menunjukkan bahwa Tuhan sanggup menghancurkan kekayaan mereka dengan berbagai macam cara. Kalau Iblis dapat menghancurkan semua harta dan anak-anak Ayub dalam satu hari; terlebih lagi Tuhan yang Mahakuasa.
Apa yang sudah dikumpulkan selama ini akan hilang begitu saja; bagaimanapun hebatnya mereka ‘mengamankan’ hartanya. Salah besar apabila kita mengira kekayaan dapat memberi jaminan masa depan. Untuk orang yang cinta akan harta, kehilangan harta mereka adalah penderitaan yang sangat berat.
Inilah yang dihadapi oleh orang-orang yang cinta akan uang. Cnta akan uang telah mempengaruhi dan menggerogoti mereka hidup-hidup. Memiliki uang sebagai alat pembayaran bukan dosa, tetapi 1 Timotius 6:10 menuliskan bahwa:
Cinta kepada harta membuat cinta kepada Tuhan semakin lama semakin menipis.
Alkitab tidak melarang kita bekerja keras, mengumpulkan harta dan menjadi kaya. Namun kita harus bekerja dengan cara yang benar, tidak menindas dan merampas hak-hak orang lain, dan tidak menghalalkan segala cara.
Kalau kita menyadari bahwa hidup di dunia ini sementara, dan kekayaan tidak dapat dibawa kepada kekekalan, maka kita akan menyadari bahwa betapa bodohnya kita apabila menggantungkan hidup kita kepada harta yang kita miliki. Tuhan memberkati kita supaya dengan berkat itu kita dapat menjadi saluran berkat untuk orang lain dan memuliakan Tuhan, bukan untuk berfoya-foya memuaskan diri sendiri. (JM)
Apa gunanya seorang memperoleh seluruh dunia tetapi kehilangan nyawanya?
Dan apakah yang dapat diberikannya sebagai ganti nyawanya?