Melepaskan pengampunan dan imunitas

Dari GBI Danau Bogor Raya
Revisi sejak 19 November 2022 04.13 oleh Leo (bicara | kontrib) (Penggantian teks - "| summary =" menjadi "| longsummary= | summary= | shortsummary=")
Lompat ke: navigasi, cari

Pada akhir tujuh tahun engkau harus mengadakan penghapusan hutang. Inilah cara penghapusan itu: setiap orang yang berpiutang harus menghapuskan apa yang dipinjamkannya kepada sesamanya; janganlah ia menagih dari sesamanya atau saudaranya, karena telah dimaklumkan penghapusan hutang demi TUHAN. Dari seorang asing boleh kautagih, tetapi piutangmu kepada saudaramu haruslah kauhapuskan. (Ulangan 15:1-3)

Hari-hari ini kita sama-sama sedang menghadapi COVID-19 yang semakin mengganas, dengan munculnya varian-varian baru yang penularannya lebih cepat dan sebagainya. Selain menerapkan protokol kesehatan 6M, maka menjaga imunitas tubuh tentulah menjadi sangat penting.

Selain melalui makan makanan yang bergizi dan minum vitamin-vitamin, maka menjaga hati dan pikiran tetap gembira merupakan faktor yang sangat penting untuk menjaga imun tubuh tetap tinggi. Nah salah satu hal yang sangat penting dalam hal ini adalah bila kita memiliki hati yang mau mengampuni.

Ayat-ayat di atas adalah ayat-ayat mengenai Tahun Sabat. Tahun di mana orang-orang Israel berhenti untuk mengusahakan, mengolah atau menanami tanah mereka. Jadi tanah tersebut pun mengalami istirahat pada tahun tersebut. Tahun sabat di dalam alkitab menggambarkan tentang 1000 tahun damai (millenial kingdom). Di tahun ini mereka diminta untuk melepaskan piutang/hutang yang mereka pinjamkan kepada saudara mereka. Melepaskan piutang secara alkitabiah sama dengan melepaskan pengampunan. Kita tidak menahan kesalahan orang lain pada kita.

Di sini kita melihat hubungan yang sangat erat antara tahun Sabat dengan melepaskan pengampunan. Kalau kita mau mengalami keadaan yang tenang, bahagia, diberkati Tuhan, maka kita harus mau melepaskan pengampunan. Kita harus mau berdamai dengan Tuhan, berdamai dengan diri kita sendiri dan berdamai dengan sesama kita.

Bapak Gembala Sidang/Pembina kita, Pdt Dr Ir Niko Njotorahardjo, belum lama ini baru saja menyampaikan Mazmur 127:1-2. Bahwa Tuhan memberkati orang-orang yang dikasihi-Nya pada waktu tidur.

Kata tidur di sini sangat erat kaitannya dengan Sabat. Jadi sekali lagi, kalau kita mau mengalami kebahagiaan, damai sejahtera, disembuhkan, diberkati berlimpah-limpah, maka kita harus mau berdamai (melepaskan pengampunan). "Berapa kali kita harus mengampuni?" tanya Petrus kepada guru-Nya. Lalu Tuhan Yesus menjawab: "Tujuh puluh kali tujuh kali." (Angka 7 di dalam alkitab menunjuk kepada Sabat, menunjuk kepada kesempurnaan)

Sedikit lebih jauh lagi tentang hal ini, saya diingatkan akan hal ini: Di manakah hadirat kemuliaan Allah tinggal (dwell, rest/sabat) pada waktu Perjanjian Lama? Jawabannya adalah di atas tutup pendamaian pada Tabut Allah.

"Dan mereka harus membuat tempat kudus bagi-Ku, supaya Aku akan diam di tengah-tengah mereka. Haruslah kauletakkan tutup pendamaian itu di atas tabut dan dalam tabut itu engkau harus menaruh loh hukum, yang akan Kuberikan kepadamu. Dan di sanalah Aku akan bertemu dengan engkau dan dari atas tutup pendamaian itu, dari antara kedua kerub yang di atas tabut hukum itu, Aku akan berbicara dengan engkau tentang segala sesuatu yang akan Kuperintahkan kepadamu untuk disampaikan kepada orang Israel." (Keluaran 25:8, 21-22)

Di atas percikan darah di atas tutup pendamaian itulah hadirat kemuliaan Allah dwell/rest.

Mau mengalami kehadiran Tuhan? Mau mengalami damai sejahtera, kebahagiaan, dan diberkati berlimpah-limpah? Sekali lagi kuncinya; lepaskan pengampunan, lepaskan kekuatiran, andalkan Tuhan. LET GOD BE GOD IN OUR LIFE. Tuhan Yesus memberkati.