Penuai yang bersukacita

Dari GBI Danau Bogor Raya
Revisi sejak 19 November 2022 04.12 oleh Leo (bicara | kontrib) (Penggantian teks - "| summary =" menjadi "| longsummary= | summary= | shortsummary=")
Lompat ke: navigasi, cari

"...sebab musim menuai sudah tiba." (Markus 4:29)

Sebuah pesan Tuhan yang kuat dan tentunya pesan sukacita yang telah lama kita nantikan adalah: MUSIM MENUAI SUDAH TIBA! Tentunya tidak ada petani, pengolah atau pemilik lahan yang tidak antusias dan bersukacita dengan penuaian, sebab itulah yang mereka nanti-nantikan sambil mengupayakan agar tuaian mendatangkan hasil yang maksimal.

Jika kita memperhatikan yang tertulis dalam Mazmur 126:5-6,

Orang-orang yang menabur dengan mencucurkan air mata, akan menuai dengan bersorak-sorai. Orang yang berjalan maju dengan menangis sambil menabur benih, pasti pulang dengan sorak-sorai sambil membawa berkas-berkasnya.

Paling tidak ada 3 (tiga) hal yang mengakibatkan seorang penuai bersukacita:

  1. Melihat apa yang telah ditabur menghasilkan tuaian
  2. Tiap-tiap benih yang ditabur tentunya memiliki masa waktu tertentu sampai mereka bertumbuh dan menghasilkan tuaian, tergantung dari jenis tumbuhan apa yang ditanam. Ada yang membutuhkan waktu empat, enam, dua belas bulan bahkan lebih. Berapa pun lamanya waktu yang dibutuhkan, adalah sebuah sukacita tersendiri bagi si penabur melihat apa yang telah ditaburnya bertumbuh dan menghasilkan tuaian.

    Demikian juga kita, ketika kita menabur ‘benih firman' (pemberitaan Injil) kepada orang yang belum percaya kepada Tuhan Yesus, kemudian kita melihat benih yang kita taburkan mulai menghasilkan perubahan paradigma dan keputusan untuk mengikut Tuhan Yesus kepada siapa benih itu kita taburkan. Wow, itu adalah sebuah sukacita yang luar biasa, bahkan malaikat-malaikat Allah ikut bersukacita (Lukas 15:10).

  3. Jerih lelah dan kerja kerasnya terbayarkan
  4. Dalam surat penggembalaannya kepada Timotius, Rasul Paulus menyatakan:

    '"Seorang petani yang bekerja keras haruslah yang pertama menikmati hasil usahanya." (2 Timotius 2:6).

    Jangan anggap sepele pekerjaan dan upaya yang dilakukan oleh seorang petani dalam mengolah lahan dan menanam, tentunya memerlukan upaya, tenaga dan kerja yang tidak ringan. Itulah mengapa Paulus mengatakan ‘petani yang bekerja keras', sebab dalam proses menabur benih kadang disertai dengan mencucurkan air mata, berjalan maju sambil menangis (Mazmur 126:5-6). Namun, ketika tiba musim menuai, air mata berganti dengan sorak-sorai, artinya segala lelah dan kerja kerasnya terbayarkan!

    Sekarang ini kita mungkin telah menabur benih-benih kebenaran firman, pemberitaan Injil di ladang-ladang hati yang keras, entah itu keluarga, rekan, sahabat atau kerabat. Mungkin kita mengalami penolakan, cemooh, aniaya yang membuat kita rasanya ingin berhenti untuk menabur benih Injil. Jangan berhenti! Sekalipun disertai dengan menangis dan cucuran air mata, terus berjalan maju sambil menabur benih, karena begitu kita melihat jiwa-jiwa tersebut dituai, segala kerja keras dan jerih lelah kita terbayarkan. Ada sukacita yang luar biasa kita rasakan saat melihat mereka yang mendengarkan dan menerima pemberitaan Injil mengambil keputusan untuk percaya dan menerima Tuhan Yesus Kristus sebagai Tuhan dan Juruselamat dalam hidupnya.

  5. Dapat membawa pulang dan mengumpulkan berkas-berkas tuaian
  6. Membawa pulang hasil tuaian dengan sorak-sorai adalah sukacita seorang penuai. Tuaian yang telah masak tentu tidak dibiarkan begitu saja karena mereka bisa menjadi layu, rusak dan dicuri. Tuaian dikumpulkan dan dibawa pulang. Demikian juga dengan tuaian jiwa-jiwa, jangan dibiarkan begitu saja! Mereka harus dikumpulkan untuk digembalakan, diajar dan dimuridkan sebagaimana Amanat Agung Tuhan Yesus (Matius 28:19-20) sehingga mereka bertumbuh secara rohani, menjadi seperti Yesus dan dipersiapkan menjadi penuai yang bersukacita! (DL)