Sampai kapan ya Tuhan?
Devosi | |
---|---|
Tanggal | 21 Juni 2021 |
Penulis | Pdm Dr Dony Lubianto, MTh |
Artikel devosi lainnya | |
| |
|
Pertanyaan seperti judul renungan kita ini bisa jadi pertanyaan yang banyak muncul dalam benak dan hati jemaat saat mengalami proses dalam kehidupan. Seperti juga halnya yang sedang kita alami bersama oleh penduduk dunia sekarang ini sehubungan dengan pandemi yang belum juga kunjung berakhir.
Sekalipun beberapa orang yang memiliki usaha atau bekerja sudah melakukan upaya-upaya penyesuaian agar bisnis dapat terus berjalan, namun tidak dapat dipungkiri jika hasil yang diperoleh jauh lebih kecil dibandingkan dengan masa sebelum pandemi.
Pertanyaan "sampai kapan ya TUHAN?" mungkin bukan pertanyaan yang dapat langsung kita dapatkan jawabannya. Namun ada langkah yang lebih baik untuk kita lakukan dibandingkan dengan hanya sekedar duduk termenung serta larut dalam pertanyaan tersebut.
Jalani prosesnya
Daripada mempertanyakan, mengapa tidak kita jalani saja setiap proses yang sedang kita alami saat ini? lagipula hidup kita harus terus berlanjut. Jangan menyerah dan jangan berputus asa. Bukankah Firman Tuhan mengatakan kepada kita, "Orang yang bersemangat dapat menanggung penderitaannya, tetapi siapa akan memulihkan semangat yang patah?" (Amsal 18:14).
Bagaimana kita dapat menjalani proses ini dengan baik dan tidak stres bahkan depresi?
- Yakin bahwa Tuhan memberikan jalan keluar yang terbaik bagi kita (1 Korintus 10:13)
- Percaya bahwa Tuhan tidak akan meninggalkan kita di tengah proses yang kita sedang hadapi (Ulangan 31:18)
- Banyak berdoa dan mengucap syukur (Filipi 4:6-7)
Ayo tetap semangat, tetap melangkah dengan keyakinan iman. Roh Kudus pasti memberikan penghiburan, kekuatan dan pertolongan bagi kita.
Ambil pembelajaran
Saat kita menghadapi proses dan pergumulan pasti pikiran kita menjadi kalut untuk sementara waktu. Rasanya semua yang di hadapan kita menjadi gelap, kita tidak bisa lagi melihat masa depan. Jangan tenggelam dengan perasaan tersebut! Kita harus bangkit kembali.
Ingat apa yang dialami oleh Yusuf, dibuang ke dalam sumur, dijual sebagai budak, difitnah dan dipenjarakan. Tentu bukan hal yang mudah. Namun dari proses yang dialami Yusuf dapat menarik pembelajaran yang berharga, ia mengerti bahwa dibalik setiap proses yang dialaminya ada maksud dan rencana Tuhan. Itulah sebabnya ia dapat berkata, "Memang kamu telah mereka-rekakan yang jahat terhadap aku, tetapi Allah telah mereka-rekakannya untuk kebaikan, dengan maksud melakukan seperti yang terjadi sekarang ini, yakni memelihara hidup suatu bangsa yang besar." (Kejadian 50:20)
Berubah seiring proses yang berjalan
Pernahkah terpikirkan apa maksud Tuhan dibalik setiap proses yang diizinkan-Nya terjadi dalam hidup kita? Mengubah keadaan? Iya, namun sebelum itu tentu mengubah kita terlebih dahulu. Proses ‘membersihkan' kita, menyadarkan kita akan hal-hal yang masih kurang dalam hidup ini yang harus kita perbaiki sehingga kita dipersiapkan seperti ‘kantong kulit yang baru' yang dapat diisi dengan ‘anggur yang baru'.
Kita melihat para tokoh dan pahlawan iman dalam Alkitab semuanya dipakai Tuhan setelah melalui proses dalam kehidupan. Sebut saja misalnya Abraham, Ishak, Yakub, para nabi Perjanjian Lama dan Perjanjian Baru.
Dalam peristiwa yang dialami Ayub kita melihat bagaimana Ayub berubah dan TUHAN memulihkan keadaannya, sebagaimana tertulis, "Hanya dari kata orang saja aku mendengar tentang Engkau, tetapi sekarang mataku sendiri memandang Engkau. Oleh sebab itu aku mencabut perkataanku dan dengan menyesal aku duduk dalam debu dan abu...Lalu TUHAN memulihkan keadaan Ayub, setelah ia meminta doa untuk sahabat-sahabatnya, dan TUHAN memberikan kepada Ayub dua kali lipat dari segala kepunyaannya dahulu." (Ayub 42:5-6, 10). (DL)
Pertanyaan seperti judul renungan kita ini bisa jadi pertanyaan yang banyak muncul dalam benak dan hati jemaat saat mengalami proses dalam kehidupan.