Hati yang suci
Devosi | |
---|---|
Tanggal | 07 Juni 2021 |
Artikel devosi lainnya | |
| |
|
Pertumbuhan Rohani seseorang sangat ditentukan oleh hatinya. Seorang perwira Italia bernama Kornelius yang belum mengenal Yesus, ia sangat terkenal di antara orang Yahudi karena hatinya yang tulus dan takut akan Tuhan.
Apa yang ada di dalam hati menggambarkan siapa kita. Kita bisa menyimpan pikiran dan perasaan yang bersifat rahasia di dalam hati dengan anggapan bahwa tidak ada seorangpun yang akan mengetahuinya.
Walaupun isi hati dan pikiran kita tersembunyi dari orang lain, kita tidak bisa menyembunyikannya dari Tuhan, karena Dialah yang mampu memeriksa kedalaman hati kita.
Salah satu ucapan Tuhan Yesus dari rangkaian khotbah-Nya di atas bukit yang terkenal berbunyi seperti berikut:
- Berbahagialah orang yang suci hatinya, karena mereka akan melihat Allah. (Matius 5:8)
Dalam bahasa Inggris, kata hati yang suci ini disebutkan dengan "pure heart". Kata suci menurut bahasa aslinya (Yunani) "katharos" yang berarti bersih, murni atau belum tercemar.
Allah menginginkan kemurnian tersebut selalu ada di dalam hati setiap kita, sama seperti saat pertama kali ketika kita percaya kepada Tuhan Yesus, kemurnian hati kita masih terjaga, bagaikan bayi yang baru lahir. Hati kita masih murni, belum tercemar oleh apapun juga. Hati yang murni akan membuat kita melihat Allah. Melihat kuasa-Nya, melihat jalan-jalan-Nya, melihat petunjuk-Nya dan melihat rencana-Nya.
Mari hari ini kita sama-sama memeriksa hati kita. Sudahkah kita memiliki hati yang tulus, suci dan murni dalam menjalani hidup? Apakah kita sudah melayani dengan tulus ikhlas hanya karena Tuhan dan bukan hal-hal yang memegahkan diri kita sendiri? Pemazmur mengatakan:
- Sesungguhnya Allah itu baik bagi mereka yang tulus hatinya, bagi mereka yang bersih hatinya. (Mazmur 73:1)
Sesungguhnya ada berkat-berkat dan perlindungan yang disediakan Tuhan kepada orang-orang yang tulus dan bersih hati. Dasarkanlah segala sesuatu yang kita lakukan dengan hati yang bersih dan tulus, suci dan murni agar kita bisa merasakan kebaikan Tuhan senantiasa menyertai kita. Karena akan sia-sia saja kita berbuat baik dan melayani apabila hati kita masih mengalami polusi dari berbagai limbah yang bukan berasal dari Allah. Munafik akan menerima upah, tulus dan murni pun pasti menerima upah. Tapi upahnya jelas berbeda. Yang mana yang akan kita pilih sungguh tergantung dari bagaimana sikap dan kondisi hati kita. Sungguh tepat jika Salomo pun mengingatkan:
- Jagalah hatimu dengan segala kewaspadaan, karena dari situlah terpancar kehidupan. (Amsal 4:23)
Adakah hati kita masih mengalami pencemaran dari berbagai hal? Mari kita bersihkan dengan lebih bertekun lagi membina hubungan dengan Tuhan. Milikilah hati yang suci, karena hanya dengan demikianlah kita bisa melihat Tuhan.
Hati nurani yang murni adalah kunci untuk kehidupan rohani dan pelayanan yang berhasil. Hati nurani yang murni mempengaruhi hubungan kita dengan Tuhan dan sesama.
Tuhan tidak memandang muka, tapi menguji hati. Sebagai anak Tuhan, milikilah karakter jujur dan tulus dan hati yang murni sehingga hidup kita selalu berkenan kepada-Nya menjelang kedatangan Tuhan Yesus kedua kalinya. (AH)