Peran perempuan dalam Multiplikasi dan Promosi

Dari GBI Danau Bogor Raya
Revisi sejak 1 Desember 2020 02.06 oleh Leo (bicara | kontrib) (Leo memindahkan halaman Article:20110307/RK ke Article:20110306/RK)
Lompat ke: navigasi, cari
RK.jpgRK.jpg
Renungan khusus
Tanggal06 Maret 2011
Renungan khusus lainnya

“Maka perempuan itu meninggalkan tempayannya di situ lalu pergi ke kota dan berkata kepada orang-orang yang di situ: “Mari, lihat! Di sana ada seorang yang mengatakan kepadaku segala sesuatu yang telah kuperbuat. Mungkinkah Dia Kristus itu?” (Yohanes 4:28-29)

Dalam Yohanes 4:1-42 kita temukan percakapan antara Tuhan Yesus dengan seorang perempuan Samaria. Perempuan tersebut adalah perempuan yang tidak diterima di kota tempat tinggalnya. Mengapa demikian? Jawaban yang paling mungkin adalah karena perempuan itu belum menemukan peranannya sebagai seorang perempuan yang sesungguhnya. Ia mempunyai lima suami dan laki-laki yang ada sekarang pada-nya, bukanlah suami-nya (Yohanes 4:17-18). Yesus mengetahui hal itu, namun ketika Yesus menyuruh perempuan itu memanggil suaminya, ia pun mencoba membohongi Yesus, hal itu dilakukannya karena ia malu mengakui statusnya yang bersuami banyak. Itulah sebabnya perempuan ini juga pergi ke sumur pada pukul dua belas, karena pada jam-jam demikian pastilah tidak akan ada orang yang mengambil air, dengan begitu tidak akan ada orang yang melihatnya menimba air dan mencemooh dirinya karena statusnya itu.

Begitu rendah orang sekitarnya memandang hidup perempuan ini, sehingga semua orang bisa menghakimi dirinya. Padahal mungkin perempuan ini pun tidak mau menerima keadaan hidup yang demikian. Pada saat-saat seperti itu, tentulah perempuan ini menantikan datangnya pertolongan dalam hidupnya. Apakah ia akan berjuang demi mendapatkan pengakuan atas hidupnya? Atau adakah orang yang akan menolong dirinya untuk menemukan apa yang benar untuk dilakukan? Orang lain menuntut hidupnya benar namun tak seorangpun mau mengajarkan hidup yang benar kepadanya.

Yesus mengangkat peranan perempuan

Perjalanan Yesus melintasi daerah Samaria bukanlah suatu kebetulan, karena pastilah Ia mempunyai maksud dan tujuan tertentu, terutama bagi perempuan Samaria itu. Apa yang di lakukan Yesus bagi perempuan Samaria itu?

Pertama, Yesus sengaja lewat ke kota tempat tinggal perempuan itu. Wilayah kota itu adalah kota yang hina dan kawasan terlarang, namun Yesus melanggar batasan itu (Yohanes 4:4).

Kedua, Yesus melanggar peraturan bahwa orang Samaria tidak bergaul dengan orang Yahudi (Yohanes 4:7).

Ketiga, Yesus lebih dahulu membuka percakapan awal kepada perempuan itu. Yang menurut tradisi mereka, bahwa wanita dilarang bicara di muka umum, bahkan lebih jauh diceritakan bahwa Yesus meminta air kepada perempuan itu (Yohanes 4:7-8).

Itulah realitanya, bahwa Yesus melakukan apa yang tidak dilakukan manusia. Jika kita ditanya apakah kita akan melakukan hal yang sama dengan apa yang dilakukan Yesus? Yesus memperlakukan perempuan itu sebagaimana seharusnya, dan tidak seperti orang-orang di sekitar perempuan itu. Apa yang telah dilakukan Yesus membuat perempuan telah menemukan keutuhan dirinya dan hak-nya dalam masyarakat. Pertemuan dan perbincangan Yesus dengan perempuan itu, membuatnya dia mengerti dan mengenal sebuah kebenaran, bahkan ia berani muncul di depan umum.

“Maka perempuan itu meninggalkan tempayannya di situ lalu pergi ke kota dan berkata kepada orang-orang yang di situ: (Yohanes 4:28).

Ketika ia berani mengangkat suara maka sebenarnya ia telah menemukan peranannya, ia “bersuara” dan ”berani keluar” menemui orang banyak untuk mengatakan kebenaran yang telah diterimanya. Kebenaran itu adalah bahwa ia telah bertemu dengan Mesias dan menerima Keselamatan. (Yohanes 4:27-28). Yesus telah mengangkat hidup perempuan Samaria itu, bahkan kebenaran yang baru saja diterimanya membuat perempuan itu lupa akan statusnya, yang dia tahu bahwa ia harus menyampaikan kebenaran yang dari pada Yesus. Inilah peranan perempuan yang sesungguhnya, bahwa perempuan adalah pembawa kebenaran bagi sesamanya.

Perempuan dalam Mutiplikasi dan Promosi

Seperti yang telah kita ketahui bersama bahwa peranan kita khususnya sebagai perempuan bukanlah berjuang untuk mendapatkan persamaan hak, melainkan berjuang bersama menjadi pemberita kabar Keselamatan bagi orang lain. Lalu setelah perempuan menemukan peranannya, bagaimana peranan perempuan di tahun Multiplikasi dan Promosi ini?

1. Mengalami perjumpaan dengan Kristus

Perjumpaan dengan Kristus secara pribadi adalah hal utama bagi setiap orang percaya. Sebab tanpa perjumpaan dengan Kristus tidak mungkin seseorang berkenan menjadi saksi Kristus dan membawa kebenaran dalam hidupnya. Dalam peristiwa percakapan antara Yesus dan perempuan Samaria itu juga demikian, sebelumnya Yesus menguak dosa perempuan itu dan Ia menyucikan hidup perempuan itu.

Kata Yesus kepadanya: “Pergilah, panggillah suamimu dan datang ke sini.” Kata perempuan itu: “Aku tidak mempunyai suami.” Kata Yesus kepadanya: “Tepat katamu, bahwa engkau tidak mempunyai suami, sebab engkau sudah mempunyai lima suami dan yang ada sekarang padamu, bukanlah suamimu. Dalam hal ini engkau berkata benar.” (Yohanes 4:16-18)

Dan akhirnya perempuan mengakui bahwa Yesus benar-benar Mesias yang datang untuk menyelamatkan hidupnya. Sebab Ia tahu apa yang dilakukan oleh perempuan itu. Namun Yesus bukan menghakimi perempuan itu, melainkan Ia mengajarkan kebenaran kepadanya (Yohanes 4:22-24). Demikianlah juga kepada kaum perempuan khususnya, kita harus mengalami perjumpaan dengan Kristus terlebih dahulu sebelum kita dapat menjadi saksi bagi Kristus dan menjadi berkat bagi hidup sesama kita.

2. Menerima kebenaran dan merespon

Dalam peristiwa perjumpaan Yesus dengan perempuan Samaria itu, Yesus mengajarkan kebenaran kepada perempuan itu. Perempuan itu menerima apa yang diajarkan Tuhan Yesus. Bahkan kebenaran itu membuat seorang perempuan berani berbicara, dan menemukan peranannya dalam lingkungannya. Ketika Yesus meminta air kepada perempuan itu, Ia mengajarkan apa yang belum pernah diterima oleh perempuan itu sebelumnya.

Jawab Yesus kepadanya: “Barangsiapa minum air ini, ia akan haus lagi, tetapi barangsiapa minum air yang akan Kuberikan kepadanya, ia tidak akan haus untuk selama-lamanya. Sebaliknya air yang akan Kuberikan kepadanya, akan menjadi mata air di dalam dirinya, yang terus-menerus memancar sampai kepada hi-dup yang kekal.” (Yohanes 4:13-14)

3. Bertindak sebagai agen kebenaran.

Maka perempuan itu meninggalkan tempayannya di situ lalu pergi ke kota dan berkata kepada orang-orang yang di situ: “Mari, lihat! Di sana ada seorang yang mengatakan kepadaku segala sesuatu yang telah kuperbuat. Mungkinkah Dia Kristus itu? (Yohanes 4:28-29)

Dalam peristiwa ini tampak jelas bahwa perempuan ini segera bertindak untuk mengabarkan apa yang telah diterimanya dari Tuhan Yesus, ia tidak menunggu-nunggu waktu. Ia langsung pergi ke kota sehingga banyak orang yang akhirnya datang kepada Yesus. Maka mereka pun pergi ke luar kota lalu datang kepada Yesus.” (Yohanes 4:30)

Demikianlah kiranya kita sebagai perempuan, hendaknya setiap perempuan harus mempergunakan waktu agar perempuan menjadi agen kebenaran bagi banyak orang. Saat ini apa yang diceritakan oleh perempuan-perempuan bukan lagi gosip semata, bukan perkataan yang sia-sia seperti yang dilakukan perempuan pada umumnya, tetapi kaum wanita adalah agen kebenaran yang hanya menceritakan apa yang di ajarkan oleh Tuhan Yesus Kristus. Dengan menjadi pembawa kebenaran bagi sesama, maka akan banyak jiwa yang dimenangkan dan hidup kita semakin diberkati.

Peristiwa percakapan Yesus dan perempuan Samaria di atas, merupakan pelajaran yang sangat berharga bagi hidup orang percaya, khususnya bagi kaum perempuan. Peranan perempuan telah ditemukan sejak dahulu, Yesuslah yang telah membuat perempuan menemukan peranannya. Bagaimana dengan peran wanita hari ini? Adakah perempuan saat ini masih memperjuangkan Imannya dan memberitakan Mesias bagi hidup sesamanya? Peranan perempuan bukan semata-mata hanya untuk memperjuangkan persamaan hak sebagaimana yang dilakukan perempuan pada umumnya. Perempuan Samaria yang bertemu dengan Yesus itu adalah seorang perempuan biasa, namun perjumpaannya dengan Yesus menjadikannya sebagai perempuan yang luar biasa. Oleh sebab itu kaum wanita tidak perlu merasa terbelakang, dan tidak perlu ada persamaan hak yang harus di perjuangkan. Keterbelakangan kita adalah jika kita tidak merespon panggilan kita sebagai agen kebenaran. Persamaan kita adalah hidup menjadi pembawa kabar keselamatan yang dari Tuhan Yesus Kristus kepada sesama kita.

Sumber

  • [ES] (06 Maret 2011). "Renungan Khusus". Warta Jemaat. GBI Jalan Gatot Subroto. Diakses pada 03 Maret 2011.