The seven mountains: Government and military (Pdp Tafilus Rudi Suprapto, SE, MM)

Dari GBI Danau Bogor Raya
Revisi sejak 1 Januari 2022 04.10 oleh Leo (bicara | kontrib) (baru)
(beda) ← Revisi sebelumnya | Revisi terkini (beda) | Revisi selanjutnya → (beda)
Lompat ke: navigasi, cari

Shalom semuanya, kita hari ini akan masuk dalam tujuh gunung selanjutnya yakni government dan military, yang akan disampaikan oleh Bapak Letkol Tafilus Rudi Suprapto.

Prolog (Gisela Kilisya)

Shalom semuanya, kita hari ini akan masuk dalam tujuh gunung selanjutnya yakni government dan military, yang akan disampaikan oleh Bapak Letkol Tafilus Rudi Suprapto. Beliau merupakan lulusan Akabri kepolisian tahun 1990. Pernah ditugaskan di Polda Sulawesi Utara tahun 1991, Polda Sulawesi Tengah tahun 1992, juga Sekolah Pembentukan Perwira Sukabumi tahun 2006. Beliau saat ini menjabat di Kasubbagmin Bagbingadik di Bidang Kerohanian sebagai ketua tim pembina rohani siswa Setukpa.

Government and military (Pdp Tafilus Rudi Suprapto, SE, MM)

Shalom Bapak/Ibu, satu hal yang menjadi dasar bagi saya karena saya Ajun Komisaris Besar Polisi (AKBP) di kepolisian, jika dahulu masih ABRI sampai sekarang TNI pangkatnya Letkol. Bapak/Ibu mungkin sudah tahu jika Letkol lebih familier di Indonesia, karena AKBP belum lama dipakai di kepolisian, setelah Polri keluar dari ABRI. Bapak/Ibu, saya sebagai anak Tuhan yang dari awal tahun 1983 mengenal Tuhan, ketika saya tahun 1985 mengikuti sekolah pemuridan di LBTC mungkin Bapak/Ibu kenal dengan Almarhum Bapak Rohim, Pendoa kita. Saya juga sempat belajar di sana. Ketika lulus SMA saya pernah mendaftar satpam karena polisi ada syarat tinggi tertentu yang harus dipenuhi dan saya jauh dari itu. Tetapi ketika antri dalam pendaftaran saya tidak diizinkan mendaftar, karena semua yang mendaftar badannya besar seperti Pak Boy, Pak Hizkia, Gembala kita, tinggi besar. Saya jauh sekali dari badan-badan yang mendaftar itu. Sehingga oleh panitia saya tidak diizinkan mendaftar karena badan saya kecil saya. Apalagi masuk polisi atau Akabri. Saya kuliah, tetapi tahun 1987 saya dipanggil oleh Hamba Tuhan, Bapa rohani saya waktu itu diminta untuk mendaftar Akabri.

Taat kepada pesan Tuhan

Bapak rohani saya katakan, “kamu jangan membantah, dan taat saja.” Seperti kata Pak Rusli dan Gembala Pembina kita, taat saja karena jika tidak taat bapak rohani saya mengatakan jangan sampai dicap oleh Tuhan sebagai orang yang tegar tengkuk. Seperti gembala kita katakan dalam penyembahan, mujizat besar terjadi, karena kita melibatkan surga, kita melibatkan Allah dalam kehidupan kita. Saya diperintahkan oleh Hamba Tuhan “Kamu berdoa dan mendaftar Akabri.” Saya diperintahkan untuk doa malam dan doa puasa, satu minggu sebelum pendaftaran setiap malam saya berdoa. Saya tidak pernah berdoa minta Tuhan luluskan saya, saya hanya duduk dan bermazmur mengatakan “Tuhan Engkau dahsyat, terima kasih atas segala kebaikan yang Engkau berikan.” Saya menyembah dan membaca Alkitab, itu saja yang saya lakukan selama satu minggu. Paginya saya doa puasa, setiap hari.

Setelah hari Senin saya mendaftar Bapak/Ibu, anak Raja itu benar-benar anak Raja. Walaupun kita tidak memperkenalkan diri bahwa kita anak Raja, tapi orang akan melihat ada malaikat Tuhan di sekeliling kita yang mengawal kita. Sehingga ketika saya mendaftar, saya tidak mengalami kesulitan. Ada orang yang badannya tinggi, besar, bagus, begitu ditimbang tinggi dan beratnya tidak seimbang diminta untuk minggir. Tetapi saya Saudara, ketika mendaftar tinggi saya dan berat saya sama sekali tidak memenuhi syarat, tetapi saya dikasih kartu tes. Ketika saya mau ambil, sambil dipegang sama panitia dikatakan, “tambah dahulu tinggi dan berat badanmu.” Saya diterima mendaftar, dan sampai akhir pendidikan saya berjalan dengan semua campur tangan Tuhan.

Setelah itu saya lulus, dan saya ditempatkan di Manado. Di sana, saya akan katakan kepada Bapak/Ibu sekalian bahwa ternyata di karir kepolisian saya mengalami sesuatu yang saya tidak sangka dan hati saya tidak terima. Lalu waktu itu, saya sempat bersungut-sungut Bapak/Ibu, dan saya menelusuri kenapa saya sekolah tidak bisa, pangkat saya tidak naik-naik, saya dapat jabatan yang terombang-ambing, di jabatan-jabatan yang tidak favorit di polisi. Saya cari tahu, saya telusuri, sampai ke Mabes di Jakarta, saya datangi, saya cari catatan apa yang cacat dalam tugas saya. Ternyata semua tidak ada catatan sedikit pun.

Suatu hari, saya dipanggil oleh teman saya yang dia ikut Dewan Kebijaksanaan sebagai notulen. Dia panggil saya dia katakan “Bang, aduh sayang yah bang. Sayang abang Nasrani.” Semua direktur-direktur di Polda minta saya sebagai jabatan-jabatan tertentu di direktorat mereka. Ada tiga direktorat yang minta saya di sana, dan semua memaparkan kemampuan saya dalam bekerja, kinerja saya, tetapi ada yang nyeletuk satu orang katanya “Tetapi dia Nasrani.” Langsung diam semua, dan tutup nama saya. Itu teman saya cerita kepada saya, awalnya dahulu saya bersungut-sungut, mencari tahu kenapa. Setelah saya mendengar penjelasan itu, saya langsung bersukacita. Saya mengucapkan terima kasih bukan karena saya sulit dapat jabatan, tapi karena mereka melihat saya adalah anak Allah.

Saya berbahaya jika mendapatkan jabatan yang strategis. Saya bersukacita artinya tidak bersungut-sungut lagi. Saya tetap bekerja sebagaimana Firman Tuhan katakan. Jika diperintahkan berjalan satu mil, saya akan berjalan dua mil. Dikatakan jika saya diminta untuk sesuatu saya akan berikan yang lebih lagi, sehingga saya berusaha untuk tidak ada celah di mata siapa pun dalam pekerjaan saya. Sampai tahun 2006 saya pindah ke Setukpa, dan saya yakin seperti tadi saya katakan bahwa saya ditempatkan di Kepolisian itu karena Tuhan yang menempatkan saya. Karena dari hal yang tidak layak saya untuk menjadi polisi, bahkan bukan hanya sekedar polisi tetapi masuk dari Akabri, dengan seleksi yang begitu luar biasa ketat. Bahkan jika Bapak/Ibu dengar, sekarang untuk menjadi polisi atau Akabri perlu biaya yang begitu besar. Tapi saya 0 besar biaya yang keluar. Bahkan saya dibiayai oleh negara untuk dapat mengikuti pendidikan.

Dari Kalimantan Selatan, saya waktu itu ke Magelang, tes pusat, itu pun dibiayai negara. Naik pangkat, jabatan, sekolah pun demikian. Saya pernah mengalami yang namanya seleksi dan setiap seleksi saya ranking tiga atau dua, tetapi yang diberangkatkan dan disekolahkan yang ranking 29 pun diberangkatkan, saya tidak ikut. Tetapi saya bersukacita, apalagi saya tahu bahwa karena saya Kristen. Walaupun tidak semua yang Kristen terhambat. Karena banyak orang Kristen ada yang sampai bintang tiga dan dua. Apakah mereka dapat adaptasi dengan government system, saya tidak memperhatikan ke sana, tetapi yang pasti saya mengalami hal yang seperti ini. Tetapi saya tahu bahwa saya ditemukan di Setukpa, Sukabumi. Ini bukan hal yang kebetulan, saya lulus sekolah dan ditempatkan di sini. Bapak/Ibu tahu, saya lulus sekolah karena saya bayar harga yang begitu mahal. Yang membayar bukan hanya saya tetapi juga istri saya. Karena ketika ini istri saya menjadi korban bom di pasar. Di Sulawesi Tengah, kemudian datang Kapolri menanyakan saya sekolah. Saya katakan, saya belum sekolah lalu Kapolri katakan untuk masuk sekolah. Untuk sekolah, saya ternyata harus bayar harga dan yang bayar adalah istri saya. Tetapi Tuhan tempatkan saya di Sukabumi.

Itu dahsyat Saudara, karena setiap saat kita berdoa apalagi dengan 12-12-12 kita membuka gerbang di Sukabumi, dan itu nyata sendiri Saudara. Saya tidak gembar-gembor. Tetapi dalam pekerjaan ada satu kali ketika saya memutuskan tindakan terhadap anggota yang melakukan pelanggaran fatal dan membuat Kepala Setukpa marah besar karena itu satu proyek latihan yang ratusan juta biayanya dan saya sudah mengeluarkan uang hampir 100 juta, ternyata dibatalkan. Yang membatalkan pihak ketiga karena kesalahan satu orang anggota saya. Tetapi ketika dia menghadap saya, saya membuat diri saya dapat tersenyum dengan dia dan saya katakan kepada dia, “Mau tidak kamu memperbaiki? Saya bantu memperbaikinya, mari kita sama-sama menyelesaikannya.” Ketika saya mengatakan begitu anggota itu langsung kembali dengan sukacita dan semangat dia menyelesaikan pekerjaannya. Staf saya yang lain yang dengar itu langsung datang beramai-ramai ke ruangan saya, dan mereka semua mengatakan “Pak, untung Bapak ini orang Kristen, jika Bapak bukan orang Kristen, dia sudah hancur masa depannya. Itu bisa disel, turun pangkat, dan sebagainya.” Tetapi saya mau membantu dia untuk memperbaiki.

Mengibarkan panji-panji Kristus

Itulah bagaimana kita di government dan military untuk dapat mengibarkan panji-panji Kristus, kita menyatakan bagaimana Kristus ada di dalam diri kita. Seperti Firman Tuhan katakan dalam Markus 9:50,

Garam memang baik, tetapi jika garam menjadi hambar, dengan apakah kamu mengasinkannya? Hendaklah kamu selalu mempunyai garam dalam dirimu dan selalu hidup berdamai yang seorang dengan yang lain."

Saudara bukan hanya orang Kristen saja, ada banyak anggota yang bukan Kristen datang kepada saya masalah keluarga, pekerjaan, dan anak, bertanya kepada saya. Semua mengalami perubahan dan pembaharuan kehidupan mereka, sehingga keluarga, hubungan suami-istri, dan anak dipulihkan. Ini yang perlu kita bawa garam di dalam hidup kita, sehingga orang merasakan garam itu. Sekalipun pangkat saya hanya AKBP, yang lain teman-teman saya ada yang Irjen, ada yang Brigjen, bahkan ada yang Komjen, yang bintang dua dan satu. Tetapi saya, jika saya katakan saya kecil banget. Tetapi Saudara tahu, saya kecil tetapi saya adalah garam.

Sebagaimana Firman Tuhan bahwa Betlehem engkau yang terkecil, tetapi Betlehem, Yehuda engkau adalah garam karena di situ Tuhan Yesus lahir. Saya juga yakin di Setukpa saya juga dipilih untuk membawa berita keselamatan, karena Bapak/Ibu tahu banyak istri-istri siswa yang ketika mereka datang menghadiri pelantikan suaminya mereka cari saya. Mereka cari pembina rohani dan mereka katakan “Pak, suami saya diapain Pak. Waduh selama ini tidak pernah mengajak doa dan ke gereja setiap minggu. Tetapi waktu di sini ketika cuti kami pagi-pagi sudah diajak berdoa, diajak baca Alkitab, dan gayanya serta caranya santun sekali kepada anak-anak. Sehingga kami, ketika dia cuti hanya seminggu tetapi kami memiliki sukacita yang luar biasa.” Karena ada garam yang ditaburkan.

Penutup

Mohon dukungan doa dari semua Bapak/Ibu karena di Setukpa saya sebagai pembina rohani dan pengajar, ketika di kelas saya juga menyampaikan banyak hal, saya juga mengajar tentang kepemimpinan secara Kekristenan. Karakter Kristus itu saya masukan dalam pengajaran dan Puji Tuhan saya ditunjuk sebagai yang membuat materi, sehingga saya masukan nilai-nilai Kekristenan di dalam materi pembelajaran. Bahkan saya ada menyampaikan kalimat dengan ayat Alkitab. Inilah garam yang harus kita bawa dalam diri kita. Mari kita tetap berkomitmen dan berpegang teguh kepada Kristus, bagaimana kasih Kristus kita bawa dalam kehidupan kita. (MGT)

Video