The seven mountains: Family and health (dr Desy Ria Simanjuntak, MKes)

Dari GBI Danau Bogor Raya
Lompat ke: navigasi, cari

Prolog (Yoan Sitompul)

Shalom Bapak/Ibu, pagi ini kita akan mendengarkan sharing yang akan membahas tentang family dan health. Dokter Desy Ria sempat menjabat sebagai direktur dalam bidang akademik, keperawatan, dan fisioterapis di UKI selama beberapa tahun. Saat ini beliau menjabat sebagai Direktur SDM di Rumah Sakit UKI semenjak tahun 2017.

Family and health (dr Desy Ria Simanjuntak, MKes)

Shalom Bapak/Ibu semuanya, saya sangat bersyukur jika pada pagi hari ini kita semua boleh dalam keadaan baik dan sehat.

Dalam perjalanan hidup kita masing-masing pasti Tuhan memiliki banyak rencana yang terkadang kita sendiri masih belum tahu ketika kita menjalaninya. Begitu juga dengan yang saya alami terjun dalam dunia rumah sakit, kita tidak pernah tahu bahwa akan terjadi suatu yang namanya pandemi. Mungkin sedikit yang saya sampaikan terkait hal yang benar-benar sangat berkesan di mana saya juga boleh menjadi saksi dalam melihat karya Tuhan yang luar biasa. Bapak/Ibu, dalam dunia rumah sakit di tengah pandemi khususnya di gelombang kedua kemarin, pastinya Bapak/Ibu semua sudah melihat dan mendengar di TV dan media semuanya betapa banyak tenaga medis sendiri yang tumbang dan jatuh. Itu juga yang saya alami ketika berada memimpin di rumah sakit.

Tuhan berperang bagi orang percaya

Pada bulan enam dan tujuh lebih dari lima puluh persen tenaga kesehatan kami tumbang dan terpapar. Perawat, dokter, setiap hari bergantian semuanya harus masuk isolasi. Pasien juga luar biasa penuh. Bapak/Ibu bisa bayangkan saat itu tidak mungkin tidak dilayani, karena di IGD semuanya mengantre penuh. Saya bersyukur kita memiliki Allah yang luar biasa. Lalu, saat itu saya kebetulan dalam tim direksi ada enam dokter, ada dokter Ruyandi Hutasoit bersama dengan kami. Dia katakan, "Desi, di dalam Tuhan pasti ada jalan keluar. Baik, kita naik ke atas dan di sana kita melakukan deklarasi doa, sepakat." Saat itu kami hanya dapat berdoa, menangis, dan berteriak, "Tuhan tolong, kami percaya Tuhan tidak akan membiarkan ini di luar kemampuan kami." Dokter Ruyandi mengingatkan di 2 Tawarikh 20:15b bahwa, "Tuhan Engkau yang berperang bukan kami." Setelah doa, belum terjadi apa-apa, mendapatkan laporan, stok obat hanya untuk 3 hari lagi. Pulang ke rumah, dr Ruyandi telepon lagi, "Des, kita doa, stok oksigen habis tinggal sampai besok jam 8 malam."

Bapak/Ibu, saat itu saya hanya terpikir harus ada sub relawan. Akhirnya saya WA pengganti saya di Akademi Keperawatan kemudian saya katakan saya butuh relawan, tolong hubungi grup WA mahasiswa, siapa yang digerakkan untuk relawan. Bapak/Ibu itu luar biasa, dalam waktu tidak sampai 24 jam itu pagi-pagi saya buka WA ada kurang lebih 12 orang mengatakan "Dokter Desy saya mau jadi relawan di rumah sakit UKI." Bahkan akhirnya selama 24 jam kemudian terus bertambah menjadi 20 orang relawan karena saat itu dokter dan perawat lebih dari 50% hampir 100 orang yang juga terpapar.

Bapak/Ibu bagaimana dengan obat-obatan dan oksigen yang sudah mau habis, ternyata ada salah satu pasien di bangsal isolasi yang adalah tim dari Kementerian Kesehatan. Dia lapor kepada pimpinannya dan akhirnya sampai ke Wakil Menteri. Tiba-tiba dia telepon saya malam hari itu, saya tidak kenal, tapi dia katakan, "Saya dari Wakil Kementerian Republik Indonesia, dr Desy apa yang dapat dibantu?" Saya sampaikan, "Bapak telepon, pas di saat kami membutuhkan obat dan oksigen. Kita hanya dapat bertahan sampai besok jam 8 pagi." Bapak/Ibu itu bukan pekerjaan manusia tapi pekerjaan Tuhan, dia katakan, "baik dokter, akan diarahkan ke rumah sakit UKI." Rumah Sakit yang ada nama Kristus di situ. Ini luar biasa, suatu hal yang saya sendiri akan terus mengagumi bahwa Tuhan itu luar biasa. Benar-benar Dia yang berperang, kita hanya diminta untuk taat. Bapak/Ibu, oksigen diantar dengan luar biasa dan obat pagi itu saya disuruh mengambil di Kementerian Kesehatan karena sangat terbatas. Bapak/Ibu banyak sekali kejadian lepas kejadian yang saya tidak sempat menceritakan semuanya betapa Tuhan berkarya. Di sini saya hanya boleh mengatakan bahwa sesungguhnya Tuhan yang berperang. Saya selalu memperkatakan dari 2 Tawarikh 20:15b,

Janganlah kamu takut dan terkejut karena laskar yang besar ini, sebab bukan kamu yang akan berperang melainkan Allah.

Memperoleh kekuatan dari Tuhan

Bukan saya yang berperang tapi Allah yang akan berperang. Satu hari saya sempat hampir tidak berani ke rumah sakit karena saya sendiri ketakutan. Satu ruangan saya semuanya positif, saya sudah pernah terpapar Bapak/Ibu bahkan dua kali. Tetapi Bapak/Ibu, di situ saya di dalam mobil sebelum turun saya hanya dapat menyembah Tuhan dan berdoa, lalu Tuhan bicara begini, "Kamu masih takut dan ragu dengan apa yang sudah saya nyatakan? Maju, Saya yang berperang. Percaya Saya akan melindungi kamu." Bapak/Ibu saya menangis dan minta ampun kepada Tuhan "Tuhan ternyata saya masih terlalu sayang dengan hidup saya padahal saya sudah katakan bahwa hidup saya adalah milik Tuhan." Akhirnya saya pada saat itu minta Pak Edo, suami saya untuk mendoakan saya karena mengalami rasa takut untuk kembali bekerja. Akhirnya setelah didoakan saya mendapat kekuatan yang luar biasa.

Ketika masuk rumah sakit saya menemukan beberapa perawat saya yang datang menghadap saya mengatakan dokter mau mengundurkan diri. Jadi Bapak/Ibu ketika saya dikuatkan di mobil, ternyata Tuhan meminta saya menguatkan beberapa orang yang mau mengundurkan diri karena dia tidak sanggup lagi. Saya harus menangani orang-orang yang depresi, dokter-dokter yang ketakutan dan perlu dikuatkan, tetapi Bapak/Ibu ternyata benar-benar ketika kita mendapatkan satu kesempatan dan kekuatan Tuhan, kita diminta menguatkan orang lain lagi. Jadi berpegangan tangan itu benar-benar Bapak/Ibu. Saya katakan kepada teman-teman "Kita ini menerima kehormatan untuk melayani di masa yang sulit ini, saya berharap tidak ada yang mundur, apa pun terjadi pada diri kita tidak ada yang di luar dari kehendak Tuhan." Akhirnya teman-teman saya yang tadinya mau mundur semuanya masuk kembali, kecuali yang hamil memang kami minta untuk istirahat di rumah karena itu berisiko tinggi.

Pentingnya dukungan keluarga

Tentunya dukungan keluarga sangat penting Bapak/Ibu. Jika tidak didukung oleh keluarga saya juga tidak sanggup. Kami, setiap pagi tetap menjalankan mezbah keluarga. Itu sangat menguatkan, anak-anak bergantian mendoakan saya. Pak Edo, mengurapi saya supaya kuat dan luar biasa tentunya setiap hari di jalani dengan tidak mudah tetapi kembali lagi saya katakan Tuhan yang berperang. Bahkan ketika saya katakan "Anak-anak apakah masih mengizinkan mama terjun ke rumah sakit lagi dengan risiko kita semua sekeluarga dapat terpapar?" Karena saya sudah pisah kamar, tetapi anak-anak selalu masuk ke kamar saya. Jadi mereka katakan "Mama maju terus, kami dukung." Pak Edo juga demikian, sehingga saya juga kuat. Banyak sekali teman-teman saya juga yang meninggal, tetapi satu hal justru itu menguatkan karena sepertinya semuanya berpesan lanjutkan, tuntaskan.

Bapak/Ibu, itu tidak mudah tetapi sekali lagi saya katakan di tengah peperangan itu Tuhan sendiri yang bekerja. Di luar kemampuan kita. Dokter Ruyandi Hutasoit juga menjadi salah satu pembimbing rohani yang begitu sangat menguatkan sekali, memberikan banyak keteladanan, usianya 72 tahun dia katakan "Desy, kalau sudah berperang bersama Tuhan kita pasti menang. Ini adalah kesempatan bahwa hidup kita masih dibutuhkan dan bermanfaat."

Menjaga kesehatan dan menjaga hati

Gaya hidup sehat itu benar, istirahat yang teratur, makan gizi seimbang, ada sayur dan buah, itu juga saya kerjakan pastinya. Makanan tidak perlu yang mahal tetapi yang sehat, setiap hari harus ada sayur dan buahnya. Meminum air putih, dan tidur yang cukup. Walaupun tidak mudah terkadang tetapi itu harus diupayakan, dan di atas semuanya menjaga hati. Menjaga hati, agar selalu penuh dengan damai sejahtera, kuat, penuh sukacita, dan seperti yang dikatakan dalam Amsal, hati yang gembira adalah obat yang manjur, itu benar dan amin. Saya juga tidak tahu ketika saya menjalani hari-hari rasanya makanan sederhana saja, biasa saja tetapi ketika sudah didoakan itu menjadi satu yang luar biasa.

Penutup

Jadi Bapak/Ibu sekalian, menjaga kesehatan dan kebersamaan di dalam keluarga ini adalah satu keseimbangan yang tidak mudah tetapi harus kita perjuangkan. Syukur kepada Tuhan jika kita memiliki satu komunitas melalui COOL dan gereja kita. Saya bersyukur sekali juga Ibu Fanny dan Pak Rusli yang terus mendukung dalam doa, mengingatkan, mengirimkan ayat Firman yang begitu sangat menguatkan. Mungkin saat mengirim sepertinya dikirim ke banyak orang, tetapi ketika seseorang membaca di titik yang tepat itu sangat memberkati sekali.

Jadi itu yang dapat saya bagikan pada hari ini, betapa apa pun yang menjadi pergumulan Bapak/Ibu sekarang di tengah pandemi yang belum selesai juga, tetapi kita boleh melihat bahwa Tuhan itu luar biasa. Keluarga kita juga harus menjadi hal prioritas utama di mana mezbah doa harus terus dilakukan setiap hari. Puji nama Tuhan, itu juga yang kami sepakati dalam keluarga untuk terus berdoa. Saya selalu pesan kepada anak-anak bahwa kalian adalah penerus bangsa, penerus gereja, dan penerus keluarga. Jadi harus mengambil bagian menjadi orang-orang yang berpengaruh di bidangnya masing-masing apa pun itu. Tetapi itu semua harus kembali untuk kemuliaan nama Tuhan, karena gereja perlu dilanjutkan karena bangsa kita perlu dilanjutkan. Sehingga mereka dapat memiliki beban itu bukan hanya menjalani masa mudanya dengan biasa-biasa saja tetapi mengingat bahwa ada tugas yang harus juga diemban sebagai anak-anak Tuhan. Saya juga rindu kita semuanya sama-sama bersama dengan keluarga kita untuk terus setia melayani Tuhan selama waktu dan kesempatan yang Tuhan berikan kepada kita. Terima kasih, terpujilah nama Tuhan dulu sekarang sampai selama-lamanya. Terima kasih, Tuhan berkati. (MGT)

Video