The seven mountains: Education (Pdp Sri Pudyastuti)
Ringkasan Khotbah | |
---|---|
Ibadah | 21 Days of Greater Breakthrough 2022 |
Tanggal | Kamis, 16 Desember 2021 |
Gereja | GBI Jemaat Induk Danau Bogor Raya |
Lokasi | Online |
Kota | Bogor |
Video | YouTube |
Khotbah lainnya | |
| |
|
Prolog (Pdm Paulus Daniel Santo)
Shalom semuanya, pagi hari ini kita akan mendengarkan sharing tentang gunung atau bidang kehidupan yaitu education, yang adalah bidang yang sangat fundamental bagi satu bangsa. Sangat mempengaruhi keberadaan maju, mundur, jatuh bangunnya, sebuah negara. US World and News Report merangkum dari 73 negara yang memiliki standar pendidikan yang baik maka Indonesia itu masuk peringkat 55 dari 73 negara Saudara. Di ASEAN itu peringkat ke 4 tahun ini. Tingkat literasi kita Saudara, kesukaan membaca masyarakat Indonesia itu nomor 8 dari belakang. Ini sebuah pergumulan besar, pagi hari ini ada seorang Hamba Tuhan yang sejak masa mudanya bahkan sejak SMP bakat dan talenta mengajarnya itu sudah terlihat. Pernah mengajar jadi guru SMA Regina Pacis selama 10 tahun dan mulai sejak tahun 1998 bersama dengan Rusli mendirikan Sekolah Amal Kasih. Memiliki bakat menulis, storytelling, dan beliau sudah menjadi pembicara di berbagai event yang ada.
Education: Pendidikan untuk merebut kota (Pdp Sri Pudyastuti)
Shalom semuanya, saya beri judul sharing saya adalah pendidikan untuk merebut kota. Mengapa demikian? Karena sejarah negara Jepang ketika dia di bom pada Nagasaki dan Hiroshima. Yang dilakukan pemerintah Jepang bukan memberikan peralatan militer besar-besaran. Bukan menganggarkan untuk militer atau membeli alat-alat yang canggih. Pemerintah Jepang yang dilakukan itu nyeleneh, dia memperbaiki undang-undang pendidikan, merevisi kurikulum pendidikan di Jepang, dan hasilnya kita lihat dari bangsa yang terpuruk karena terkena bom, sekarang menjadi bangsa yang maju dan luar biasa. Dari situlah kita melihat bahwa pendidikan itu dapat merubah sebuah negara. Maka sharing saya pagi ini saya katakan Pendidikan untuk merebut kota.
Awal saya mendirikan Sekolah Amal Kasih, agak mengharukan, karena saya bukan siapa-siapa, saya bergabung di gereja ini awal tahun 1995 karena kebetulan pembukaan gereja kemudian Kakak saya khotbah, kemudian saya ikut, suami saya mengatakan, “saya maunya gereja ini”. Padahal saya sudah menjadi guru sekolah minggu di sebuah gereja yang lain. Kemudian tahun 1996, tanggal 28 Oktober saya dibaptis, lalu saya bergabung di FA Pak Bram dan Pak Lukas, yang mendoakan saya sehingga Tuhan memberikan anak saya Gama. Pada peristiwa yang sama ketika saya menjadi jemaat baru ini, saya mengajar Kimia di SMA Regina Pacis. Saya menerangkan hukum kekekalan massa. Saya katakan bahwa massa sesudah reaksi dan sebelum reaksi itu sama, hukum termodinamika kedua. Kemudian saya katakan, tetapi Tuhan Yesus tidak di bawah hukum termodinamika kedua. Karena lima roti dan dua ekor ikan, itu sisa 12 keranjang. Murid saya yang reaktif, aktif, pintar, angkat tangan. “Ibu Tuti, kata guru Sekolah Minggu saya tidak begitu. Itu lima roti dan dua ekor ikan diremukkan dan satu orang dapat satu remukan dan kenyang.” Cerita yang dia dengar di masa kecil teringat dan tertancap dengan kuat sampai dia umur 17 tahun. Tetapi sayangnya cerita yang dia dengar dan dia tangkap itu salah. Saya mulai gelisah.
Pendirian Sekolah Amal Kasih
Kemudian, Alexander Kohar, anak dari Pak Benny Kohar membujuk saya untuk menjadi Guru Sekolah Minggu. Saya menjadi asisten dari Yoan Sitompul pada waktu itu. Saya bukan siapa-siapa hanya seorang asisten. Tetapi ketika saya pergi ke sekretariat waktu itu di Villa Duta yang sekarang menjadi TK dan saya katakan kepada Pak Benny saya hendak bertemu Pak Rusli itu diterima. Singkat cerita saya sharing kerinduan dan kegelisahan saya dan Pak Rusli katakan, “Ayo, kita buka sekolah.” Saya ingat sekali didukung Pak Boy Djambek, Pak Benny, Ibu Tina, Pak Sugita, Pak Rusli, Ibu Fanny, itu mendirikan sebuah yayasan lalu mulailah sekolah itu terbit. Mengapa kita mendirikan sekolah:
- Seperti anak-anak panah di tangan pahlawan, demikianlah anak-anak pada masa muda.
Pak Rusli yang terlibat sekali, saya ingat Ibu Fanny, Pak Rusli itu belanja meja-meja yang bentuknya pensil, sampai sekarang masih ada. Sekolah itu mulai berdiri dengan lima orang murid.
Terobosan di Sekolah Amal Kasih
Terobosan apa yang dicapai oleh Sekolah Amal Kasih ini, bagaimana dia merebut kota. Saya masih ingat sekali, mengajak anak-anak murid ini ke Balai Kota. Kemudian, bertemu dengan Sekda dan lain-lain, diterangkan, dan di Plaza Balai Kota itu anak-anak mulai angkat tangan “Bogor, penuh kemuliaan-Nya!” Tidak ada yang marah, malah orang-orang di sekitar mengatakan anak-anak ini pintar dan lucu, kemudian saya membayangkan jika saya, Pak Pongky, Pak David, ke Balai Kota Bogor tiba-tiba “Bogor, penuh kemuliaan-Nya” pasti sebentar lagi dilempari batu. Tapi anak-anak dianggap lucu, padahal anak-anak ini doanya dahsyat. Kemudian Pak Bambang, Sekda, Almarhum, bertanya “Bu Tuti, mengapa mengajak anak-anak ini datang ke Balai Kota, belajar tentang Balai Kota dan Wali kota?” Saya katakan “Saya berdoa 20 tahun yang akan datang Tuhan bangkitkan Wali Kota Bogor yang adalah murid saya dari Sekolah Amal Kasih.” Itu menjadi doa saya sekarang-sekarang, jika Regina Pacis memiliki Wakil Wali Kota Bogor, seorang muslim yang alumni Regina Pacis. Maka saya berdoa Tuhan bangkitkan diantara murid-murid saya menjadi Wali Kota Bogor.
Kemudian, banyak pembantu-pembantu atau pengasuh yang ikut mendengar Firman Tuhan itu bertobat dan dibaptis. Banyak keluarga-keluarga yang dipulihkan, saya masih ingat menuliskan kesaksian yang di awal-awal saya serahkan ke Pak Rusli. Bagaimana sebuah keluarga yang hendak bercerai, karena anaknya mengangkat tangan “Yesus, Yesus” dia ikut-ikutan padahal orang ini belum beragama Kristen. Kemudian suaminya mendadak kembali ke rumah. Kemudian dia bertanya kepada siapakah Yesus itu yang anak saya selalu angkat tangannya dan menyebut. Orang ini saya lihat sekarang dia beribadah di Danau Bogor Raya, aktif sekali.
Kemudian kami menerima murid, dari saudara sepupu kita, selama 4 tahun bersekolah di Sekolah Amal Kasih. Di situ ada pesan dari orang tuanya, “Tidak boleh ikut ibadah yah bu, jadi waktu chapel kami tidak datang.” Walaupun demikian dari agama sepupu, ternyata anak itu selalu menyebut nama Yesus di rumahnya, saat makan, mau tidur, dan sebagainya, sekalipun dimarahi keluarganya. Saya merasa diteguhkan, inilah untuk apa sekolah ini dibangun, untuk merebut Kota Bogor, untuk memenangkan jiwa.
Melayani anak berkebutuhan khusus
- Dan Raja itu akan menjawab mereka: Aku berkata kepadamu, sesungguhnya segala sesuatu yang kamu lakukan untuk salah seorang dari saudara-Ku yang paling hina ini, kamu telah melakukannya untuk Aku.
Suatu saat, anaknya dokter Evans itu autis mendaftarkan sekolah di Sekolah Amal Kasih. Pada zaman itu pengetahuan tentang anak berkebutuhan khusus itu sangat terbatas. Tapi kami menerima anak berkebutuhan khusus. Anak-anak ini diubahkan luar biasa, dari kesaksiannya dokter Evans, anaknya dipulihkan luar biasa. Tapi apa yang terjadi, orang tua murid protes, supaya saya mengeluarkan anak-anak berkebutuhan khusus ini karena takut menular, karena di zaman itu pengetahuan tentang anak berkebutuhan khusus sangat terbatas. Saya kumpulkan orang tua murid itu dan menyampaikan visi dan misi Tuhan dan saya sampaikan ayat tadi, puji Tuhan tidak ada yang keluar dari sekolah itu, dan saya melihat perubahan-perubahan.
Saya masih ingat di dalam kebingungan itu saya memanggil Pak Lukas untuk mendoakan anak-anak berkebutuhan khusus dan saya diterangkan oleh Pak Lukas secara rohani anak-anak berkebutuhan khusus ini apa, kami mulai mengerti secara rohani, kami mulai berdoa bagi mereka dan berpuasa. Mujizat dan pemulihan itu terjadi, saya masih ingat ada anak murid yang tidak dapat berbicara satu kelas dengan Alma tapi Alma katakan anak itu dapat berbicara, ternyata saya yang tidak dapat melihat. Pada waktu anak ini TK B dia bisa katakan “Siap grak”. Hati saya berkata, “Tuhan, Puji Tuhan, kemuliaan Allah dinyatakan di tempat ini.”
Sekolah Minggu Anak Berkebutuhan Khusus
Waktu berjalan terus Tuhan membawa saya diundang mendampingi staff Pak Moeldoko, orang KSP untuk ke Surabaya menghadiri konser anak berkebutuhan khusus karena dua stafnya Pak Moeldoko KSP anaknya berkebutuhan khusus. Sepanjang acara dari ABC movement ini saya menangis karena saya ditunjukkan bahwa anak-anak berkebutuhan khusus dapat menyanyi, menari, bermain drama, saya menangis, dan saya tidak tahan saya keluar, saya telpon Pak Rusli “Pak Rusli, kita harus membuka sekolah minggu anak berkebutuhan khusus.” Pak Rusli katakan “Iya bu, ibu pulang dahulu ke Bogor nanti kita bicara.” Saya sharing dengan Pak Rusli, Esther Kohar, Ka Lia Pongky, Ka Novi, dan kita dikumpulkan Pak Rusli dan membuka sekolah minggu berkebutuhan khusus ini.
Selain kelas Firman Tuhan juga ada kelas keterampilan. Di kelas keterampilan itu kebetulan kita menerima anak-anak yang bukan Kristen. Saya katakan, anak-anak ini akan berlatih tetapi orang tuanya tidak perlu menunggu. Kemudian, Ester Kohar menantunya Pak Benny itu mengajak ibu-ibu ini masuk di Lautan sampingnya ada menara doa. Saya tidak tahu itu diapakan oleh Ester Kohar, Ka Lia, dan Ka Novi. Ibu itu menangis dan dijamah Tuhan serta mulai beribadah di Danau Bogor Raya. Ternyata mereka melalui anak ABK ini kita juga dapat merebut jiwa-jiwa.
Selasa dongeng bersama Ka Tuti
- Tetapi bagaimana mereka dapat berseru kepada-Nya, jika mereka tidak percaya kepada Dia? Bagaimana mereka dapat percaya kepada Dia, jika mereka tidak mendengar tentang Dia. Bagaimana mereka mendengar tentang Dia, jika tidak ada yang memberitakan-Nya?
Saya tidak tahu bagaimana pertemuan awalnya, tetapi saya suka sekali mendongeng karena saya pun juga pendongeng. Saya bertemu dengan Ibu Sekretaris Camat Bogor Timur. Saya terkagum-kagum dengan cara Tuhan Kecamatan Bogor Timur itu ada acara namanya Saldo (“Selasa Dongeng”) bersama Ka Tuti. Saya dibawa keliling dari pesantren ke pesantren untuk menyampaikan cerita, dan saya diterima padahal mereka tidak tahu bahwa saya Kristen dan saya tidak bohong, jika saya ditanya untuk kasih pelatihan biasanya Pak Ustadz bertanya dulu, jawaban saya berkata saya Pendeta Pak. Tapi mereka juga tidak anti, mereka menerima. Melalui Saldo ini saya menceritakan karakter-karakter Kristus dan saya mengucap syukur ada acara santunan anak yatim ketika Muharram, saya menyanyikan lagu-lagu Sekolah Minggu, tetapi mereka tidak menyadari bahwa ini lagu-lagu Sekolah Minggu.
Tuhan itu begitu sempurna mengatur semuanya, berbarengan saya memiliki acara Saldo juga berbarengan saya mengurus surat tanah dan IMB, maka untuk urusan kecamatan dan kelurahan itu hanya hitungan hari. Saya begitu dekat dengan mereka karena saya mendongeng. Jadi pendidikan, baik melalui apapun baik melalui dongeng itu lebih diterima daripada tiba-tiba menginjil. Tapi mungkin bakat orang masing-masing, talenta yang Tuhan taruh bagi saya adalah di situ. Saya mengucap syukur.
Menjadi penulis buku
Kemudian, pada waktu itu saya menjadi pembicara dari Biolysin. Jadi Biolysin mengontrak saya menjadi pembicara seminar parenting di seluruh Indonesia. Di situlah saya bertemu dengan orang-orang Gramedia. Kemudian saya disuruh jualan buku-buku Gramedia dengan cara saya menjadi pembicara dari Gramedia. Kemudian salah satu Pemred itu membujuk saya menulis buku. Pak Benny itu terus menerus mengatakan Ibu Tuti jika menulis itu typo. Bukan hanya typo saya bahkan tidak tahu bahwa habis titik itu spasi. Saya itu lemah sekali, tapi mengapa Tuhan dapat memberikan saya jalan menjadi seorang penulis gitu ya.
Saya mengingat sekali saya memiliki Bapak Rohani namanya Pak Sugita. Saya sering diskusi dengan beliau, saya sekarang malu, mengapa saya tidak taat waktu itu. Jauh sebelum pandemi, Pak Sugita masih sehat, kantor kita masih di Setyajaya. Pak Sugita mendorong saya membuat film-film tentang pelajaran. Dia katakan “Bu Tuti tolong, dongeng Bu Tuti, pelajaran-pelajaran Bu Tuti itu difilmkan, karena nanti sekolah itu online.” Saya katakan dalam hati “Sekolah online pun mahal, anak TK kok sekolah online.” Begitu pandemi terjadi dan saya harus terpaksa membuat film-film terjadi, yang saya ingat adalah Pak Sugita.
Tetapi yang berhasil Pak Sugita mendorong saya adalah menulis buku. Sepanjang siang saya suka berdiskusi, diberikan diagram buku apa yang saya tulis, dan dari diagram itu saya mengucap syukur sampai hari ini saya menulis hampir 20 buku. Saya mengucap syukur bukan hanya karena saya pintar menulis, sekali lagi saya tidak mengerti bahwa habis titik itu spasi. Saya dibimbing oleh banyak orang termasuk orang-orang Gramedia. Saya merasa seperti seorang anak kecil yang bermain piano tetapi kemudian Tuhan mengembangkan saya memberikan penolong-penolong, akhirnya lagu ciptaan tersebut menjadi sebuah orkestra, dan orang lain bertepuk tangan, dan saya menikmati. Saya menjadi malu, sesungguhnya bukan saya, tapi Tuhan Allah sendiri yang menulis buku demi buku. Buku yang saya tulis bukan hanya buku Kristen “Menjadi seperti Yesus” tapi juga cara belajar yang menyenangkan, mendongeng, dan lain-lain
Memberikan pelatihan guru TK dan PAUD
Dari mendongeng itu Tuhan membawa saya memberikan pelatihan untuk guru TK dan PAUD. Banyak Pemda dan Pemprov, yang belum dari Sabang sampai Merauke itu hanya Kota Sabang mengundang saya memberikan pelatihan. Semua itu saya lakukan karena kekuatan ide-ide dan ilham dari Allah sendiri. Saya melihat bahwa melalui sekolah, kita dapat merebut Kota Bogor. Saya yakin Sekolah Amal Kasih yang dahulu didirikan 5 orang bersama Pak Rusli, Bu Fanny, dan Hamba-Hamba Tuhan yang lain, sekarang sudah menjadi SD-SMP, dipakai Tuhan untuk merebut kota ini. Saya selalu berdoa bahwa 10-20 tahun yang akan datang Wali Kota Bogor adalah alumni Sekolah Amal Kasih. Saya terus berdoa diantara murid-murid saya ini raja-raja, pembuat-pembuat kebijaksanaan, pejabat-pejabat, di negeri ini. Karena negeri ini butuh orang-orang yang memiliki karakter Kristus dan melalui anak-anak sekolah amal kasih maka Indonesia dan Bogor akan dipulihkan.
Jaringan sekolah Kristen di Kota Bogor
Visi apa yang belum tercapai, kerinduan saya adalah satu saya ingin memiliki wadah, lembaga, atau sebuah jaringan sekolah Kristen di Kota Bogor. Suatu kali, saya sering diundang oleh sekolah-sekolah Kristen yang lain di Kota Bogor, suatu kali saya diundang oleh BPK Penabur untuk memberikan Firman Tuhan kepada anak-anak, lalu saya diminta berdoa agar Tuhan memberikan murid-murid yang banyak ke BPK Penabur. Saya awalnya ingin menolak, karena waktu itu di TK Villa Duta berdiri TK yang lain, sudah begitu saya disuruh berdoa. Tuhan katakan “BPK Penabur ini bukan sainganmu, Sekolah Pelangi Kasih juga bukan sainganmu, itu jaringan yang harus kita buat untuk bersama-sama memenangkan dan memulihkan warga di Kota Bogor ini.” Saya mau berdoa syafaat untuk Tuhan mengirimkan murid-murid di sekolah BPK Penabur, dan di tahun itu TK Villa Duta juga tidak kekurangan murid. Itu kerinduan saya, saya sudah sharing beberapa pemimpin sekolah Kristen kita membuat jaringan, karena di Katolik sudah ada Majelis Permusyawarahan Sekolah Katolik. Saya rindu sekali, mungkin karena ketidaktahuan saya, di Kota Bogor ini seluruh sekolah Kristen dapat bersatu.
Penutup
Terima kasih ini yang saya sharing-kan, saya ingin mengajak seluruh jemaat berdoa untuk Sekolah Amal Kasih karena saya percaya melalui sekolah ini Tuhan akan merebut Kota Bogor untuk kemuliaan namanya. (MGT)
Video
- Pages using DynamicPageList3 parser function
- ArticleLink pages that already existed
- Khotbah
- Khotbah Tuti Gunawan
- Khotbah 2021
- Khotbah GBI Jemaat Induk Danau Bogor Raya
- Khotbah 21 Days of Greater Breakthrough 2022
- 21 Days of Greater Breakthrough 2022
- Unified info article
- Unified info article 2021
- Article 2021
- Reporter Minerva Gabriela Tuanakotta