Rumah-Ku akan disebut Rumah Doa

Dari GBI Danau Bogor Raya
Revisi sejak 17 November 2022 10.39 oleh Leo (bicara | kontrib) (Penggantian teks - "| isi =" menjadi "| content=")
Lompat ke: navigasi, cari

“...sebab rumah-Ku akan disebut rumah doa bagi segala bangsa” (Yesaya 56:7)

Di tahun Ayin Beth, Tuhan sedang menyoroti Bait Kudus-Nya. Kita adalah Rumah Tuhan yang sedang diperhatikan. Salah satu aspek yang Tuhan perhatikan dan yang ingin Dia lihat adalah agar kita menjadi rumah doa.

Sebagai bait Tuhan, kita harus membangun hidup kita menjadi rumah doa yang disukai-Nya. Kita menjadi orang yang hidup di dalam doa. Doa menjadi kesukaan di hati kita. Bukan semata-mata membawa daftar permohonan doa dan permintaan kepada Tuhan, melainkan membawa hati yang memiliki kesukaan akan Tuhan. Kesukaan untuk menikmati hadirat Tuhan dan senantiasa tinggal di dalam Dia. Hati kita melekat kepada-Nya, dan kita terus membangun hidup agar menjadi kesukaan Tuhan.

Doa yang berkenan kepada Allah adalah doa yang didasari hubungan persahabatan dengan Bapa di sorga. Sebagai seorang sahabat yang datang kepada sahabatnya tanpa rasa malu ataupun sungkan, melainkan penuh keyakinan, berani “maksa” dan menantikan jawaban yang pasti diperhatikan oleh sahabatnya. Dia adalah Bapa kita yang baik, yang bersikap bagai seorang yang bersahabat kepada kita. Karena itu kita harus datang kepadanya sebagai sahabat. Jadi kita harus setia membangun persahabatan setiap hari dengan-Nya. Ketika kita membangun gaya hidup seperti ini, doa kita didengar dan dikenan Tuhan. Kita menjadi rumah doa seperti yang diingini-Nya.

Lukas 11:5-8, Lalu kata-Nya kepada mereka: "Jika seorang di antara kamu pada tengah malam pergi ke rumah seorang sahabatnya dan berkata kepadanya: Saudara, pinjamkanlah kepadaku tiga roti, sebab seorang sahabatku yang sedang berada dalam perjalanan singgah ke rumahku dan aku tidak mempunyai apa-apa untuk dihidangkan kepadanya; masakan ia yang di dalam rumah itu akan menjawab: Jangan mengganggu aku, pintu sudah tertutup dan aku serta anak-anakku sudah tidur; aku tidak dapat bangun dan memberikannya kepada saudara. Aku berkata kepadamu: Sekalipun ia tidak mau bangun dan memberikannya kepadanya karena orang itu adalah sahabatnya, namun karena sikapnya yang tidak malu itu, ia akan bangun juga dan memberikan kepadanya apa yang diperlukannya.

Ketika para murid datang kepada Yesus untuk minta diajarkan bagaimana seharusnya berdoa, Tuhan memberikan perumpamaan ini kepada mereka. Tuhan Yesus mengajari murid-Nya untuk memandang Bapa itu seperti sahabat. Walaupun sahabat itu sudah tidur, sesuai tradisi Israel masa itu, anak-anak sudah tidur di ruang tengah, menutup jalan untuk membuka pintu depan, namun sahabat yang menunggu di luar “tidak tahu malu” untuk terus mengetuk, terus meminta, dan terus menunggu, sampai si sahabat yang di dalam “walau sambil dengan sedikit omelan seorang sahabat” akhirnya keluar juga, membawa roti yang diperlukannya. Ini adalah gambaran hati. Bapa di sorga mencari hati yang mau bersahabat, yang begitu dekat dan “berani” kepada-Nya karena membangun keakraban yang intim.

Hal berikut yang Tuhan cari adalah Rumah Doa yang membangun hidup yang disiplin dan tekun untuk tinggal di dalam Dia. Disiplin dalam penyembahan, dalam membaca dan merenungkan firman, dan di dalam melakukan firman-Nya.

Yohanes 15:7, Jikalau kamu tinggal di dalam Aku dan firman-Ku tinggal di dalam kamu, mintalah apa saja yang kamu kehendaki, dan kamu akan menerimanya.

Sebagai rumah doa, kita harus dipenuhi firman. Doa kita didasari firman. Hati kita yang mengenal firman dan memegang firman membuat doa kita penuh keberanian percaya di hadapan-Nya. Firman di hati membuat iman kita bangkit. Karena itu, sebagai rumah doa, kita harus selalu penuh firman.

Ketika dalam perumpamaan pokok anggur, Tuhan Yesus berbicara tentang hubungan pokok anggur dan rantingnya yang melekat, Tuhan Yesus menegaskan hubungan itu sangat vital. Ranting tidak akan dapat berbuah dan menjadi layu ketika lepas dari pokoknya. Demikianlah hubungan kita dengan Yesus sebagai pokok kehidupan kita. Kita memandang Yesus itu kebutuhan pokok kita. Sumber hidup kita, dan sumber kekuatan kita.

Dia mendasarkan hubungan itu sebagai janji kepastian tentang doa yang dijawab.

Ketika kita tinggal di dalam Dia dalam hubungan yang melekat, dan firman-Nya ada di hati kita, maka doa kita menjadi berkenan. Firman Tuhan membuat kita selaras dengan Tuhan. Ketika kita selaras dengan kehendak-Nya, maka doa kita Tuhan kabulkan. Kita mempercayai Allah yang berjanji dalam firman-Nya, adalah Allah yang setia. Sebagaimana Allah selalu menghormati firman yang dikatakan-Nya, maka ketika kita menghormati firman-Nya dan membawa firman ke hadapan-Nya dalam doa, apa yang kita katakan kepada-Nya diperhatikan-Nya. Kita perlu disiplin membangun hidup yang melekat kepada-Nya, dan memiliki firman di hati kita senantiasa.

Ketika hidup kita dipenuhi firman dan dikuasai firman, maka doa kita berkenan kepada Tuhan, dan kita menjadi Rumah Doa seperti yang diinginkan-Nya. Kita sedang menyongsong untuk memasuki tahun perkenanan Tuhan. Kita terus membangun persahabatan dengan Bapa di sorga, kita berdisiplin untuk menyimpan firman-Nya senantiasa di hati kita. Karena itu, kita harus jadi rumah doa seperti ini, dan kita menjadi Rumah Doa yang berkenan kepada-Nya.

Sumber